14.

29.7K 2.1K 136
                                    

"Perrie?" Zayn langsung terbangun dari tempat tidurnya saat melihat tunangannya berdiri di pintu kamar hotelnya.

"Hey baby.." Sapa Perrie dilanjut berjalan menuju Zayn yang sudah duduk manis walaupun masih bertelanjang dada karena bangun tidur.

Zayn langsung memeluk Perrie dan mencium kening perempuan pirang itu. "Is it a surprise?" Tanya Zayn yang masih merangkul Perrie.

"Yeah. I miss you. Dan aku sangat suka Helsinki. Jadi aku mengunjungimu kemari." Jawab Perrie sambil tersenyum. "Maafkan atas hubungan kita yang buruk beberapa waktu kemarin.."

"It's okay baby. I was an asshole for you." Zayn mencium kening Perrie sekali lagi.

Perrie lalu mengalungkan tangannya pada leher Zayn dan mengecup bibir Zayn. Tanpa dikomando, Zayn membalas ciuman Perrie dan mengangkat Perrie ke pangkuannya.

"I want you now.." Bisik Perrie di sela-sela ciuman mereka. Perrie makin ganas mencium Zayn dan Zayn tidak kalah memainkan lidahnya di dalam mulut Perrie.

Perrie menjelajahi leher Zayn dan menggigit telinga kiri Zayn yang membuat Zayn mengerang. "Calm down, sweetheart.." Ucap Zayn tepat di telinga Perrie.

"I can't be calm. I fucking need you inside me.." Balas Perrie. Zayn menghempaskan tubuh Perrie ke tempat tidur dengan posisi Perrie berada tepat dibawahnya. Lalu mencium leher Perrie hingga bagian dadanya sampai Perrie mendesah karena nikmat. "Hurry, Zayn.." Desah Perrie. Zayn kembali melumat bibir Perrie sambil tangannya membuka mini dress yang Perrie kenakan. "Shit!" Erang Perrie saat bibir Zayn berhasil menyentuh dadanya yang kini tidak terbalut apapun.

'Fuck! Mengapa aku tiba-tiba membayangkan melakukan ini bersama perempuan Sydney itu!'

"Zayn?" Tanya Perrie saat Zayn tiba-tiba memberhentikan aksinya padahal Perrie sudah terlalu basah. "Something wrong?"

"No, baby. I just.. I mean.. Can we continue this after breakfast?"

Dengan malas Perrie pun bangun dan mengenakan pakaiannya kembali. "So you stop it because you're hungry? You're so making sense." Ucapnya sarkastik.

"Don't be mad my sexy kitten. I promise you I will make you feel so damn good." Bisik Zayn dengan nada menggoda yang membuat Perrie luluh seketika dan menurunkan emosinya.

"Treat me like a princess in bed, promise?"

"You got me." Zayn mengecup bibir Perrie lalu mereka berdua pergi ke lobby hotel untuk sarapan.

'Ada apa denganku? Kenapa akhir-akhir ini perempuan itu selalu melintas di pikiranku?'

***

"Kandunganmu sehat, Maia. Berat badanmu juga naik secara normal. Usia nya sekarang 10 minggu."

"Benarkah?" Maia masih melihat layar yang memperlihatkan kondisi janinnya.

"Ya. Ingat kataku. Jangan kelelahan. Banyak berjalan kaki juga perlu. Kau kerja kan? Jangan terlalu banyak duduk." Dokter pun melepaskan alat USG dari perut Maia dan menyimpannya kembali. Maia langsung bangun dari tempat tidur pasien menuju kursi di depan meja dokter. "Vitaminnya jangan lupa diminum ya, Maia."

"Aku tidak pernah lupa, Dok." Ujar Maia sambil senyum mengetahui anaknya sehat.

"Ini kunjunganmu kedua kesini tapi aku belum lihat ayah dari bayimu menemani. Apa dia sibuk?"

Senyum dari bibir Maia seketika pudar. "I.. Iya, Dok. Dia kerja di luar kota." Jawab Maia berbohong.

"Sesekali ajaklah dia kesini. Dia butuh tau keadaan calon bayinya." Ujar sang dokter sambil mencatat resep.

"Pasti." Kata Maia menguatkan diri.

Maia pun keluar dari ruangan Dokter Felicite sambil memegang resep di tangannya.

Buk.

Maia menabrak seseorang saat baru keluar dari pintu ruangan praktek. "Ca.. Calum?"

"Hello, Maia. Bertemu lagi." Sapa si jambul pirang yang hari ini mengenakan tshirt hitam, skinny jeans, Vans dan beanie nya. "Apa yang kau lakukan di..." Calum menghentikan pertanyaannya sambil membaca plang nama di pintu. "Dokter kandungan?"

Maia terdiam dan bingung akan menjawab apa. Sementara membohongi Calum adalah hal yang mustahil karena dia akan sering bertemu anak bos nya ini. Sudah pasti nantinya Calum akan menyadari perubahan bentuk tubuhnya. "Aku.. Aku sedang hamil."

"Wait what? Hamil?" Sudah diduga Calum pasti akan memberikan respon ini.

"Iya, Calum. Aku sedang hamil." Jawab Maia berusaha rileks. "Permisi, Calum. Aku harus ke apotek menebus obat."

"Ayo kita kesana bersama. Aku pun akan membeli obat untuk Candy."

"Candy sakit?"

"Hanya flu. Tapi dia hanya cocok dengan obat disini." Calum tersenyum. "So, ayo!" Calum pun berjalan duluan diikuti Maia.

Maia dan Calum duduk di ruang tunggu apotek sambil menunggu obat mereka selesai diracik. Brianna tidak bisa mengantar Maia kali ini karena sedang mengajar.

"Jadi, sudah berapa bulan usia kandunganmu?" Tanya Calum memecah kesunyian.

"10 minggu."

"Semoga ayah bayimu tidak marah aku mengantarmu pulang waktu itu."

'Marah? Peduli padaku pun mungkin tidak.'

"Tidak apa-apa, Calum. Dia bekerja di luar kota kok." Lagi-lagi Maia berbohong.

"Ini bukan urusanku tapi.. Kalian menikah?"

"Belum. Baru bertunangan." Dan untuk kesekian kalinya Maia mengada-ada. Tentu sambil menahan air mata. Dan Calum hanya mengangguk mengerti.

Beberapa saat kemudian kedua obat mereka pun sudah tersedia. Maia mengambil obatnya begitu juga Calum. Calum lalu berinisiatif membayarkan obat Maia walaupun Maia menolaknya. "Anggap saja ini hadiah dari Uncle Calum. Jaga kesehatanmu dan bayimu ya, Maia!"

Untuk pertamakalinya setelah sekian lama, Maia merasa seseorang memperhatikannya. Selain Brianna tentunya. Dan Maia punya alasan lagi untuk menjaga calon bayinya, bukan kebanyakan mengeluh atas situasinya sekarang.

"Terimakasih, Calum."

WORDS ✖️ ZAYN MALIKWhere stories live. Discover now