8. Hope

3K 93 0
                                    

Minta tolong jika tidak bisa memberikan kebahagiaan maka jangan mengundang harapan. 


Jangan lupa untuk meninggalkan jejak berupa komentar. Dan jangan lupa juga untuk Vote dan follow akun ini sebelum membaca.


"Sea lo baik-baik aja?"

"Tidak"

"Lo bisa cerita ke gue kok"

"Lo aja mungkin udah banyak masalah"

Setelah percakapan singkat antara Semi dan Sea berakhir, Sea yang lebih dulu memilih untuk beranjak pergi dan meninggalkan taman belakang sekolah yang menjadi tempat favorite miliknya.

Sendirian itu memang enak, mungkin beberapa orang berpikir jika mereka punya teman maka akan menyusahkan teman mereka, tapi dalam kehidupan pertemanan itu sendiri berbeda. Saat teman punya masalah itulah moment yang tepat, hal itu tidak menyusahkan mereka tapi lebih membuat senang. Artinya mereka benar-benar merasakan apa yang namanya 'Teman' itu.

Sea merasa lebih sendirian dari pada sebelumnya, ini bukan karena tidak mempunyai teman, tapi perasaan ini lebih menjurus pada rasa yang lebih berat. Ditatap dengan pandangan jahat itu benar-benar bukan hal yang enak, dan Sea merasakan hal itu.

Sea tiba dikelas dengan tepat waktu sebelum pelajaran dimulai, dan disusul Semi yang berjalan dengan santai kearah tempat duduk Mora dan mencium kepala Mora dengan santai lalu berjalan kembali ke tempat duduknya.

Ms. Lucy sudah tiba dikelas dengan beberapa tumpukan buku atau lebih tepatnya tumpukan makalah milik kelas Sea. Ms.Lucy mulai menatap mereka dengan pandangan dingin miliknya, lalu kembali melihat kearah tumpukan makalah.

Ms. Lucy mulai membagikan tugas makalah dan tidak lupa menyebut nilai yang mereka peroleh. Semua sudah menerima hasil mereka, dan tiba giliran Sea yang dinanti.

"Sea, B" Ms. Lucy dengan santai menyebut hasil nilai dari Sea. Seluruh murid mulai memandang Sea dengan tatapan remeh. Ini salah satu dampak karena membuat masalah dengan berlian Luciano.

Sea mulai merasakan beberapa perbedaan semenjak kejadian tempo hari dengan Mora, beberapa guru mulai memberikan nilai yang tidak diinginkan oleh Sea, meskipun semua tugasnya sudah sebaik mungkin dia kerjakan tetap saja hasilnya jauh dari harapan.

"Jangan terlalu berharap untuk bahagia Sea" sahut cewe dengan rambut abu-abu yang duduk disebelah kanan Mora.

Sea tau hal ini akan terjadi, semua berubah semenjak berlian Luciano itu menangis. Bahkan suasana sekolah tidak lagi sama, Sea mengerti dirinya ditempat ini seperti orang asing.

Sea maju dengan tenang "Terimakasih" kata Sea pada Ms. Lucy, sedangakn Ms. Lucy tidak mengeluarkan sepatah kata apapu.

"Gimana rasanya? Pasti terasa beda kan Sea." Ejek Mora saat Sea sampai ditempat duduk miliknya.

The Lust

Proses belajar telah selesai dan sekarang jam yang paling ditunggu semua siswa yaitu istirahat. Semua murid berjalan kearah kantin, mereka menggunakan semua waktu yang mereka miliki untuk menghirup udara segar setelah penat dalam kelas.

"Gosipnya mulai beredar" ucap salah satu siswa dilorong yang dekat kelas Sea, dan Sea masih setia dengan posisinya untuk mendengar kelanjutan cerita mereka. Tidak biasanya Sea menguping seperti ini, tapi entah kenapa perasaan Sea seolah mengatakan agar Sea tetap tinggal.

"Sea itu cuman mainan, tapi dia berharap lebih" sahut siswa yang satu lagi

"Dia bukan dari keluarga atas, bahkan yang gue dengar dia nggak masuk dalam keluarga menengah"

"Pantas aja sih jadi mainan Kenzie, semua orang tau kalau Kenzie itu lagi nunggu Rora"

"Biarin dia berharap lebih nanti juga dia sadar dimana posisinya". Sea mendengar semua cerita mereka, Sea menatap punggung kedua perempuan yang tadi bergosip dilorong kelas mulai berbelok kearah kantin.Sea memutar langkah dan memilih untuk pergi keperpustakaan.

Sudah hampir lima belas menit Sea berada diperpustakaan, dia rela menahan lapar agar tidak pergi kekantin dan jadi bahan gosip anak-anak. Saat sedang asik membaca Sea merasa kehadiran sesorang yang tiba-tiba datang dan duduk deselah kanan Sea.

Sea hafal dengan aroma tubuh milik orang ini, aroma nikotin hisap dan ditambah aroma mint yang tidak pernah lepas dari diri Kenzie.

Sea memilih untuk tidak memperdulikan Kenzie yang masih setia duduk disebelah Sea. Namun tiba-tiba tangan Sea yang berada diatas meja ditarik pelan dan diletakan diatas paha milik Kenzie.

"Lepasin" tegas Sea sambil menatap muka Kenzie. Sedangkan yang ditatap hanya menampilkan wajah polos miliknya.

Kenzie dengan santai mengusap tangan milik Sea "Semua akan baik-baik saja" kata Kenzie tibia-tiba tanpa berhenti mengusap tangan Sea.

"Oh" hanya itu yang bisa Sea katakan. Sea tidak lagi melanjutkan acara membaca buku miliknya, dia memilih untuk melihat kearah rak buku yang berjejer dengan rapi. Suasana dalam perpustakan yang sepi benar-benar membuat diri Sea tenang.

"Kenzie" panggil Sea dengan lembut

Sedangkan yang dipanggil tidak menjawab apapun tapi Kenzie langsung menatap Sea dengan pandangan yang tidak bisa diartikan.

"Terimakasih" setelah mengatakan kalimat singkat itu Sea berdiri dan berjalan meninggalkan perpustakan.

Sekarang Sea sedang duduk manis didepan kelas sambil menatap hujan yang sedang turun, terlalu banyak hal yang Sea pikirkan.

Dengan kita terlalu cepat nyaman mungkin salah satu penyebab sakit hati. Sea terlalu baper, tapi bagaimana dia tidak baper, waktu Sea dalam bahaya Kenzie orang pertama yang ada dan menolongnya.

Bukan hanya sekali, tapi beberapa hal sederhana yang Kenzie lakukan pasti menghantarkan perasaan nyaman pada Sea. Tapi semua masi abu-abu, apalagi ditambah dengan gosip yang Sea dengar dilorong tadi. Semua menjadi lebih rumit saat kita mulai ada perasaan lebih pada orang lain.

The Lust


Terimaksih telah membaca.

lanjut

THE LUSTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang