Berkenalan Dengan Rasa

236 11 5
                                    

Bismillahirrahmanirrahim...

Mari memulai cerita ini dengan perkenalan singkat yang bisa ku bagikan. Aku tinggal di sebuah kota yang cukup famous di telinga masyarakat Indonesia. Namun demi menghindari hal-hal yang merugikan aku memutuskan untuk tidak menyebutnya secara terperinci. Aku hidup rukun bersama ayah dan ibuku serta satu orang abang yang sangat spesial bagiku. Aku adalah anak bungsu yang hanya memiliki satu orang abang. Kesepian tentu saja bagian dari keseharian kami. Namun bersyukur bisa menghapuskannya. Mungkin sudah menjadi kodrati bagi seorang anak bungsu memiliki watak yang manja. Yah aku manja. Aku dimanja sama ayah, ibu, dan abangku. Aku bahkan kadang dianggap anak kecil oleh mereka, namun itu bukanlah masalah besar. Sejak kecil aku dan abang di ajari untuk taat. Ketaatanlah kunci kehidupan yang kami pegang. Taat dalam ibadah, taat dalam keluarga, taat dalam bersosialisasi, bahkan dalam segala hal.

Aku terlalu sibuk menghabiskan waktu ku bersama abang. Aku terlau puas dengan itu. Sehingga aku tidak begitu memperdulikan tentang laki-laki lain yang mencoba merebut kebahagiaan ku dengan abang. Aku tau tidak mungkin bisa selamanya dengan abang, namun setidaknya akan ku habiskan waktu itu bersama sampai Allah menetapkan kami untuk berpisah. Itu saja dulu tentang aku. Selanjutnya tentang ibu, ayah, dan abangku.

Ibu ku seorang dosen di salah satu universitas swasta di kota. Ibuku bernama Aisya binti Qomar. Ibu tipe perempuan yang sangat bertanggung jawab. Dia selalu mengerjakan sesuatu dengan mengharap keridhaan dari yang Maha Kuasa. Ibu merupakan anak bungsu dari dua orang kakak perempuan dan satu abang. Alhamdullillah kedua orang tua ibu (kakek dan nenek) masih diberkahi umur panjang. Ibu adalah perempuan paling ideal sejauh ini yang aku kenal, ibu sangat lembut perangainya, bahkan di umurku yang sudah 20 tahun belum pernah sekali pun aku ingat ibu memarahi ku. Ibu selalu bisa menjadi penenang dan selalu ada ketika kami membutuhkan. Ibu lah inti dari rumah tangga kami. Ibu tipe pekerja keras, bisa dikata ibu sebagai wanita karir namun ibu tidak lepas dari tanggung jawabnya sebagai istri dan sebagai ibu untuk anak-anaknya. 

Ahmadi Amar adalah nama dari hero ku yang kedua. Dialah ayah. Ayah ku seorang pengusaha yang tentu saja kesibukannya bahkan 2 x lipat dari ibuku. Tak jarang ayah harus keluar kota demi kelancaran usahanya. Berbeda dengan ibu, ayah justru merupakan anak tunggal dari orang tuanya dan juga telah dahulu meninggalkan ayah. Kakek dan nenek dari ayah wafat beberapa bulan setelah ayah menikah dengan ibu. Yah ayah ku seorang yang sangat darmawan, dia murah senyum kepada siapa saja. Ayah adalah yang paling dekat dengan ku sebab ayah selalu membuatku tertawa. Ayah cukup humoris. Ayah tau kesibukannya bekerja sangat menguras waktunya dengan anak-anaknya, sehingga ketika dalam waktu lowong ayah manfaatkan untuk bermain bersama aku dan abang.

Bahkan dengan kesibukan orang tua kami, aku dan abang tidak pernah merasakan kurangnya kasih sayang. Sebab kami tau mereka bekerja sedemikian lelahnya tak lain demi kami berdua. Pun mereka selalu menyempatkan untuk mengajak kami berlibur dan bersuka cita.

Yang terakhir adalah abang namanya Ahmad Rayhan Andala, namun kami memanggilnya Rey. Dia adalah sosok yang paling aku spesialkan. Aku sangat dekat dengan abang. Umurku hanya berjarak 3 tahun. Abang adalah orang yang paling tau tentang pribadiku. Bahkan bisa di bilang abang lebih tau dari diriku sendiri. Ada banyak hal yang tidak bisa ku deskripsikan melalui wadah sempit ini. Biarlah kisah selanjutnya yang menyiratkan seperti apa abang itu.

*******








Part ini mungkin tidak begitu berkesan namun ayookk terus membaca inshaaAllah akan terus diperbaiki. Kami selaku penulis pemula mohon masukan, saran, dan kritikan dari teman-teman readers yahh..

Salam hangat :)




--kirana_ayunda59--

RASA 1Where stories live. Discover now