Ketika Sang Abang Mengungkapkan Perasaannya

91 8 4
                                    


"Abang, dimana kotak parfum aku yang dikamar itu? Kok ga ada sih? Abangggg!!" teriakku sambil menggedor pintu kamar abang.

"Abang buang dek, maaf" jawabnya dengan nada polos tanpa rasa bersalah.

"Maaf bang? Maaf kata abang???? Belinya pake duit bang bukan daun mangga, pokoknya aku ga mau tau balikin sekarang juga!" aku bergegas kembali ke kamar tanpa mendengar sepatah kata dari abang.

For the first time aku bener-bener kecewa banget sama abang. Dia memang pernah melarang aku untuk pakai parfum dengan alasan-alasan agamis namun aku mengabaikannya dan justru membeli parfum yang waktu itu benar-benar aku suka dengan aromanya. Aku bukan tipe perempuan pesolek, aku juga bisa jaga diriku sendiri, dan menurutku parfum ga ada kaitannya dengan hal-hal buruk. Abang terlalu overthingking kali ini dan membuat aku bener-bener kecewa.

"Dek buka pintunya" panggil abang lembut dari balik pintu kamarku.

Padahal pintu ku tidak pernah aku kunci, tapi seperti itulah abangku menjaga kesopanannya. Dia selalu mengajariku arti budi pekerti, dia selalu lihai mempraktekkan ilmu-ilmu yang dia dapatkan. Dia sangat sopan, aku suka dan semua orang suka.

"Masuklah abang, pintu ga kekunci" balasku lemas.

"Ga minta pasword?" tanyanya.

"Lagi ga mood bang, masuk aja sebelum aku kunci" balasku dengan sangat jutek.

Harusnya aku marah. Parfum yang tidak berapa lama ini aku beli tiba-tiba dibuang begitu saja tanpa sepengetahuanku. Mengapa aku tidak marah? Mengapa membiarkan abang yang ngeselin itu masuk ke kamar ku setelah apa yang dia lakukan? Jawabannya yah karena aku tidak bisa. Aku terlalu sayang dengan abang, dan kesalahan yang dia lakuin tidak ada apa-apanya dengan tingkat kebutuhanku terhadap dirinya setiap saat. Seperti apa aku mau marah?

"Dek, kamu masih ingatkan abang bilang jangan pakai parfum." pintanya lembut.

(Aku hanya terdiam)

"Dek Rasulullah saw bersabda : Seorang perempuan yang mengenakan wewangian lalu melalui sekumpulan laki-laki agar mereka mencium bau harum yang dia pakai maka perempuan tersebut adalah seorang pelacur. HR. An-Nasa'i, Syeikh Al-Albani dalam Shahihul Jami' nomor hadits 323." Jelasnya sambil membaca buku yang ada ditangannya.

Dia mengangkat hadits, dan apa yang bisa aku bantah dari hal itu kecuali hanya diam. Yah tentu saja karena aku memang salah. Namun aku masih tidak bisa menerima, parfum itu cukup mahal aku belinya pun saat keberadaannya limited edition. Aku tau aku salah tapi aku tetap mencoba untuk mengeluarkan sedikit pendapatku yang tak berdalih apa-apa.

"Tapi bang aku pernah denger katanya ada beberapa hadits yang dikeluarkan berlaku khusus di zaman nabi. Termasuk parfum katanya karena dulu di zaman nabi perempuan sangat dijaga kemudian di zaman nabi laki-laki gampang tergoda, dengan parfum aja mereka tergoda. Kan beda dengan zaman sekarang, ga mungkin cuman parfum kita jadi suka sama orang." Jelasku.

"Beritahu abang kamu dapat sumber dari mana Kay? Zaman dulu perempuan memang sangat di jaga kemuliaannya terus zaman sekarang apa bedanya? Kemuliaan perempuan terjaga bahkan dalam al-quran hanya saja terkadang perempuan yang tidak sadar betapa mulianya mereka. Terus kamu bilang zaman dulu laki-laki gampang tergoda dan zaman sekarang tidak? Apa kamu yakin dengan argumenmu itu dek? Sejauh mana kamu bisa menafsirkan sifat seorang laki-laki Kay? Nabi lebih tau dari pada kita manusia-manusia zaman belakang ini. Nabi tau sifat laki-laki makanya nabi bersabda tentang hal itu. Abang ini laki-laki Kay abang punya teman laki-laki bahkan wewangian perempuan yang begitu menyengat sangat beresiko bagi syahwat dek, hati-hati dengan ucapanmu." Jelas abang dengan tegas.

RASA 1Where stories live. Discover now