20

781 66 3
                                    

Hai! Aku up nih sesuai janji... telat sehari tapi hehehe maapin, serem juga yang komen di part sebelah 😢

Selain ga ada yang semangatin biar up next part gitu, aku juga suka lupa besti jadi harap maklum ya :D

So, what are you waiting for? Let's read chapter 20 tonight and make it fun!

***

Sore ini keadaan di tempat Romeo sangat amat berisik. Rumah yang tidak bisa dikatakan kecil tersebut berisikan kicauan Alice yang tak kunjung berhenti sedari pagi, jelas sangat mengganggu Romeo di hari weekend yang special ini. Perkara baju, alas kaki, make up, tas, bahkan sampai hiasan yang pas untuk kuku di jari-jarinya pun tak ada habisnya.

"Heh!"

"Apa, sih?!"

"Bisa diam tidak?!"

"Lo sono diem!"

"Yang berisik dari siang itu lo! Bukan gue!"

"Stttt, diem!" Romeo memilih mengalah dan melangkah menuju kamarnya.

"Woy! Jangan ke kamar."

"Diem."

"Sini buru! Kita sesuaiin baju lagi."

"Kan udah?!" emosi Romeo. Dari pagi sampai sekarang, Alice tak memperbolehkannya masuk ke dalam kamar dan menyuruhnya duduk diam memperhatikan perempuan itu mengoceh.

"Be—"

"Kenapa, sih, ini? Dari pagi lho berisik nih rumah."

"Dia Ma."

Romeo melotot, bisa-bisanya Alice menuduhnya. "Dia Ma! Aku daritadi duduk diem di sini."

"Ka—"

"Udah-udah. Alice, masih lama? Ini udah mau malem dan kita harus dateng tepat waktu."

"Iya-iya Ma bentar lagi beres."

"Kamu dari pagi lho," sindir Laura menyadarkan Alice. Sedikit kasihan melihat nasib Romeo yang tertekan di sana, sedangkan yang dikasihani malah tertawa mengejek Alice yang tak bisa berkata-kata lagi.

"Kamu juga."

"Lah? Kok aku?" heran Romeo.

"Kamu juga belom siap-siap, daritadi rame mulu sama Kakaknya."

"Lah, kan—"

"Udah, ga usah ngeles. Sana ke kamar ganti baju." Alice menahan tawanya berbalik mengejek Romeo. Lelaki itu memandang Alice sinis dan berjalan menuju kamarnya.

"Cepet Kak!"

"Iya Ma!"

***

Juntaian karpet bewarna merah membentang memenuhi jalanan setapak yang memang di desain sebelum memasuki pintu masuk. Setelan baju dan gaun bewarna biru tua dengan sedikit glitter membuat ketiga orang yang sedang berjalan di atas red carpet tersebut nampak bersinar. Beberapa kamera memotret mereka, menciptakan paparazi.

"Malam, Mr. Frankiston." Laura yang berdiri di depan kedua anaknya mewakili untuk menyapa sosok lelaki paruh baya bernama Frankiston.

"Malam juga, Mrs. Kellys. Dan ...?"

"Oh, kenalkan. Ini Alice anak pertama saya." Wanita itu sedikit menyingkir ke kiri, memperkenalkan kedua anaknya. Alice membungkukkan badannya dengan anggun, kemudian menjabat tangan Frankiston seraya tersenyum manis.

"Dan ini—"

"Ya, Romeo. Saya mengenal putra anda," potong Frankiston tahu.

Laura tersenyum ramah, "Acaranya sudah mulai?"

ROMEOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang