Chapter 7

1.3K 92 8
                                    

Hari ini hari tanggal 17 Desember tepat jatuh hari rabu.

Tapi hari ini aku tidak masuk, karna kejadian kemarin bukan karna tidak mau menunjukan wajahku lagi disekolah itu tapi aku hanya memiliki satu seragam dan sekarang seragam itu sudah na'as.
Aku sekarang tiduran dikamarku, aku sudah menghubungi wali kelas karna aku izin sakit, iya sakit hati.

Kedua orang tuaku saat tau aku dibully seperti itu hanya tersenyum dan berkata : "Doakan saja yang terbaik untuk mereka."

Menyebalkan bukan? Tapi aku tetap melakukannya.

Ya, aku mendoakan mereka.

Drrrttt Drrrtttt

Aku segera membukanya.

From : Davian

"Kenapa gak masuk?"

Aku megetik membalas smsnya.

To : Davian

"Aku sakit, bilang ketua kelas ya."

Sent-

Aku kembali fokus pada tubuhku yang masih memar sedikit dan mengolesi salep pada bagian tubuh yang memar.

Drrrrttt drrrrttt, drrrrtttt drrrrttt

2 massages unread.

Aku membukanya cepat.

From: Davian

"Sakit apa? Abis pulang sekolah gue kerumah lo bareng Gava, katanya dia udah pernah kerumah lo."

Yaa, waktu itu aku menolak Gava untuk berkunjung kerumahku setelah membawaku jalan jalan.

To: Davian

"Memar doang kok. Boleh, dateng aja."

Sent-

Aku membuka satu pesan lagi.

Tidak dikenal? Siapa ya?

From: +628**********

"Get well soon, Wonder Woman."

Aku membalas

To: +628**********

"Hmm, iya makasih. Ini siapa ya?"

Sent-

Aku mencium bau masakan bunda dari bawah.

Aku segera turun dan meninggalkan hapeku dikamar.

"Woaaahh, bunda masak apa? Enak banget baunya." Ucapku saat memasuki dapur sambil mengendus ngendus.

Bunda tersenyum. "Kesukaan kamu."

Selera makanku naik drastis.

Memang masakan rumah lebih enak dan sehat daripada masakan luar.

Aku iseng, mengambil sendok dan mencicipi dikit.

Beeehhh, rasanya .... susah dijelaskan. Ini lebih dari sekedar enak.

Ayah sudah pergi dari tadi pagi ada urusan penting Boss-nya harus keluar kota pagi pagi sekali.

Aku kembali ke kamar menunggu Bunda selesai masak.

Oh sudah ada 4 Massages.

Aku membuka satu persatu.

From : +628**********

"Oh iya sorry sorry. Ini Keylo. Dapet nomor lo dari Davian."

Oh Keylo.

Aku mengesave nomornya dan membalasnya.

To: Keylo

"Iya tidak apa, terima kasih sekali lagi."

Sent-

Aku membuka satu lagi, sisa 2 unread massages.

From: Gavaa

"Gws cewe bengong :D "

Haah, dia menyempatkan juga berkata seperti itu padaku.

Aku membalas cepat.

To: Iblis Gavaa

"Kau tau dari mana aku sakit? Iya terima kasih."

Sent-

Aku bergerak cepat membuka pesan darinya, karna ini pasti dari Malaikat Davian.

From: Davian.

"Oke."

Apa? Segitu doang? Yaelah tau gitu gausah dibales kali. Udah nunggu balesan lama lama eh cuma tiga huruf doang.

Kesel.

Aku tidak membalas pesannya, karna itu final! Tidak ada yang perlu ditanyakan lagi.

1 new massage unread.

Ah pasti ini dari Excel.

Davian, Gava dan Keylo sudah ngucapin pasti yang terakhir Excel!

Aku membukanya dengan percaya diri.

But wait ...

Ayah?!

Ngapain Ayah sms aku bukan langsung ke Bunda?

From: Ayah

"Nad, kamu bisa ketempat kerja Ayah gak? Berkas sama dokumennya Boss Ayah tertinggal diruang tamu. Ayah tunggu kamu ya."

Duh, ayah. Anakmu lagi memar masih sakit belum sembuh. Kenapa udah disuruh suruh sih?

Dengan malas aku melangkah kelemari pakaian untuk ganti baju dan pamit izin dengan Bunda.

"Bund, tadi Ayah sms aku. Katanya berkas sama dokumen Ayah tertinggal di ruang tamu, aku disuruh kesana ngaterin." Ucapku sambil memasang muka melas berharap sang Bunda peka.

"Ohh yang itu, Bunda pindahin ke Kamar. Dimeja rias ya." Ucap Bunda sedikit teriak diakhir kalimat. Karna aku sudah jalan duluan kearah kamarnya.

Aku pamit dengan Bunda dan berlalu pergi.

Aku sudah tau dan hapal letak rumah tempat kerja Ayah. Karna waktu kecil dulu aku sering bermain dengan anak majikannya.

Tapi saat tau, dia ingin pindah ke Amerika untuk sekolah. Aku menangis dan aku berjanji menunggunya pulang. Tapi sampai sekarang aku tidak dapat kabar apapun mengenai kepulangannya.

Ayah juga tidak bercerita apapun padaku.

---

"Permisi ... " ucapku sopan

Aku sudah sampai ditempat kerja Ayah.

"Loh? Non Lisya? Ada perlu apa?" Tanya Pak Satpam

Iya, aku mengenalnya sudah lama jadi dia hapal betul wajahku.

"Ini Pak, Ayah memintaku untuk menyerahkan ini." Ucapku sambil menyerahkan dokumen.

"Non masuk aja deh, serahkan sendiri. Ada juga yang mau ketemu Non Lisya" ucap Pak Satpam dibarengi senyum misteriusnya.

"Siapa?" Tanyaku dengan wajah berbinar.

Ayolah ucapkan kalau itu Nard!

Iya teman kecilku anak majikan Ayahku, aku sering memanggilnya Nard.

"Cari tau saja sendiri." Ucap pak Satpam megangkat bahu.

Ah nyebelin! Aku segera melangkah ke pintu utama rumah itu dan meninggalkan Pak Satpam yang sedang senyum senyum sendiri.

Tok! Tok! Tok!

"Ayolah buka, Nard. Aku merindukanmu." Gumamku

"Sebentar ... " Ucap seseorang dari dalam.

"Nard? Itu kah kau?"

Cklek!

Loh?

DIA?!

- - -

Maaf lamaa-_- jangan lupa votemmentsnya yaa:3 makasih. Lanjut chap8 :* :*

Promise Me, You Won't LeaveWhere stories live. Discover now