Chapter 10

1.5K 84 4
                                    

Aku sedang didalam kelas mengamati keluar jendela. Hujan perlahan turun menjadi deras.

Saat itu kelas sedang free hanya ditinggalkan tugas mencatat. Karna guru guru akan rapat soal pemilihan Anggota Osis baru. Dan akan mengadakan semacam jalan jalan untuk anak kelas 2 dan 3nya.

Ya kalian sudah tau jawabannya, aku tidak ikut kegiatan seperti itu walau ingin sekali. Aku mengerti keuangan keluargaku.

Saat dilab tadi tak lama setelah kejadian itu, kami bergegas keluar karna bel masuk sudah berbunyi.

Tak ada yang membahas tentang itu sampai saat ini.

Aku duduk jauh sekali dari cowo cowo populer itu.

Aku hanya bisa melihat punggung hangat mereka dari belakang.

Aku fokus pada hujan yang mulai membasahi jendela.

Jedeeer!

"Aaaaaa!!" Tidak hanya aku yang kaget karna suara geluduk itu. Tapi hampir semua cewe dikelasku.

Yang laki laki? Hanya mengelus dada saja, ada juga yang minta ditiup telinga oleh teman sebangku karna teriakan cewe cewe tadi.

Udah dingin, duduk sendiri, gak ada temen ngobrol. Komplit penderitaanku.

Aku kembali menghadap jendela.

"Ehh."

Suara berat ini.

"Gava?"

Dia tersenyum.

"Gue liat catatan lo dong, gak keliatan liat papan tulis." Ucap dia santai dan duduk disampingku, mengambil buku catatanku.

"Yang minus matanya itu Davian bukan kau. Aku yakin Davian sudah selesai mencatat dia kan pintar, minta saja sama dia." Ucapku sambil merebut kembali catatanku.

Dia tersenyum meledek! Khas Gava memang!

"WOY, DAV! LO UDAH KELAR NYATET BELOM?" teriak Gava sengaja.

Davian refleks menoleh keasal suara.

"BELOM." Jawab Davian singkat.

Gava kembali menatapku tajam.

"See? Dia juga belom nyatet. Sini catatannya pinjem." Ucap dia santai sambil mengambil buku catatanku.

Mau tak mau aku menyerahkan catatanku. Menyebalkan!

"EMANG NADINE UDAH?" Teriak Davian dari duduknya.

Kenapa gak nyamperin aja sih? Pake tereak tereakan segala kaya dunia milik mereka aja.

Gava mengangguk membalas perkataan Davian.

Lalu ketiga cowo tampan dengan beda spesies menghampiriku.

"Pinjem dong." Ucap Keylo.

"Gue duluan kan yang minta." Ucap Davian gak mau kalah.

"Lo gak minta, man. Lo cuma nanya tadi." Balas Keylo tetap keukeuh.

"Sssttt gak konsen nih gue nyatetnya." Sahut Gava sebal tanpa menoleh ke mereka.

"Udah suit suit." Lanjut Excel memberi ide.

Kedua temannya mengangguk setuju.

Pertengkaran yang lucu, haha.

Excel kedua setelah Gava, dan selanjutnya Davian lalu Keylo.

"Yaelah masa gue terakhir sih? Gue liat lo deh, Va?" Pinta Keylo dengan puppy eyesnya.

"Hmm gimana ya? Kasih gak ya?" Ledek Gava sambil mengetuk ngetukan jarinya didagu.

Promise Me, You Won't LeaveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang