Prolog

26 6 9
                                    

Gwen keluar dari kelas dan mendesah sebal ketika dilihatnya hujan mengguyur bumi dengan sangat deras. Tidak mungkin dia menerjang hujan untuk sampai ke halte, karena sudah dapat dipastikan dia akan langsung terserang demam dan dimarahi Mamanya. Tubuhnya lemah terhadap air hujan.

"Wah, hujan!" seru seseorang di belakang Gwen.

"Asik nih main hujan-hujanan. Udah lama nggak main hujan," lanjut suara itu yang kini berdiri tepat di sebelah kanan Gwen.

"Bocah."

"Ngomong apa barusan?"

"Bocah."

"Lo ngomong sama gue?"

"Bukan. Ngomong sama air hujan yang turun dari langit."

"Keren!  Lo bisa ngomong sama air? Ajarin gue, dong!"

"Bocah konyol."

Orang itu tertawa mendengar tanggapan Gwen yang sudah tidak mengejutkan lagi. Gwen memang terkenal dengan mulutnya yang selalu blak-blakan tanpa disaring. Membuat banyak murid lain tidak menyukainya dan malas berteman dengannya.

"Gue emang masih bocah, sih. Masih enam belas tahun. Lo juga masih bocah. Enam belas juga kan?"

Tanpa menunggu jawaban Gwen, seseorang itu langsung berlari menerjang hujan menuju parkiran mungkin, Gwen tidak peduli.

"Padahal bisa lewat lorong biar nggak kehujanan, dasar cowok."

Gwen membalikkan badan dan berjalan ke arah barat sekolah, menuju lokernya untuk menyimpan buku-buku pelajaran supaya aman dari hujan. Langkahnya pasti, tidak peduli dengan murid-murid lain sepanjang lorong sekolah yang membicarakan tentangnya. Hal biasa dia dijadikan gosip sekolah.

"Gwen!" seseorang memanggil.

"Tunggu!" lanjut suara yang tetap terdengar indah meski sedang berteriak. Gwen sangat menyukai suara itu.

Gwen berhenti dan membalikkan badan. Menunggu seseorang yang memanggilnya sampai di dekatnya.

"Kak Saka. Ada apa, Kak?" tanya Gwen setelah Wisaka sampai di hadapannya.

"Lo mau langsung pulang?"

"Maunya, sih gitu, tapi masih hujan. Tunggu reda dulu kayaknya. Emang kenapa, Kak?"

"Mau bareng nggak? Kebetulan gue bawa mobil."

"Nggak deh, Kak, nanti ada Nenek Lampir yang ngamuk," jawab Gwen pura-pura terlihat takut.

"Nenek Lampir? Siapa?"

"Kak Ayu. Dia pacar Kakak, kan?" Gwen memastikan.

"Ada-ada aja, sih, lo. Ayu udah pulang, tadi dia dijemput."

"Tetap aja kalau tau dia bisa ngamuk."

"Nggak akan. Gue janji."

"Nggak deh, Kak. Males cari masalah sama Miss Pinky."

Gwen tidak peduli dengan Kakak kelasnya itu dan meneruskan perjalanan menuju ruang loker khusus untuk kelas X. Langkahnya terhenti saat ada sesuatu yang tergantung pada pengait lokernya. Sebuah payung berwarna kuning cerah.

"Punya siapa?" tanyanya pada dirinya sendiri.

Jika hujan mencoba menghalangi langkahmu
Petir berteriak menakuti
Dan angin mulai menginterupsi
Kan kubuktikan bahwa sebuah payung mampu membuatmu berarti

Di luar hujan, pakai payung ini biar nggak kehujanan sampai di halte. Gue tau, lo nggak pernah bawa payung atau jas hujan ke sekolah.

"Punya siapa aja, thank you, deh. Gue nggak harus nunggu hujan reda," ucap Gwen setelah selesai membaca tulisan pada selembar kertas yang tertempel pada payung itu.

***

Halo, aku nulis cerita baru, nih. Kira-kira ada yang bisa nebak nggak nih siapa yang kasih payung kuning cerah itu buat Gwen? Wah, Gwen punya penggemar rahasia kayaknya.

Baca juga cerita lainnya, ya....

Jadwal Update THE THINGS SERIES :
1. Slip Stitch oleh aphroditebae_ - Senin
2. Ketika Buku Kamis Bercerita oleh baihaqisr - Kamis
3. Setangkai oleh trzvzn - Sabtu
4. Soothing Umbrella oleh lovely_taa29 - Minggu

Soothing UmbrellaHikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin