Prolog

12 2 0
                                    

Angin bertiup kencang dan masuk lewat celah jendela yang sengaja dibiarkan terbuka. Atmosfer malam ini mampu menembus lapisan kulit terdalamnya. Ia mengembuskan napas panjang. Giginya menggeletuk. Kali ini dia makin merapatkan jaketnya dan mengusap-usap kedua telapak tangannya sambil merintih kecil. Suaranya pun nyaris hilang karena sudah dua hari ini kerongkongannya tidak menyentuh air.

Keadaan kamar yang ditempatinya saat ini benar-benar gelap dan ia hanya bisa mengandalkan cahaya bulan dari luar. Kakinya sudah tidak bisa menopang tubuhnya sendiri. Dia tidak bisa merasakan apa-apa lagi kecuali yang satu itu. Hatinya masih saja sakit seperti ditusuk-tusuk. Meskipun begitu, dia tetap berusaha bangkit dari tempat tidur dan ingin sekali menggapai tali yang digantung di langit-langit seminggu lalu.
Kalau ia akan mengakhiri semuanya hari ini ... bukankah rasa sakitnya juga akan lenyap? Ya, mungkin saja itu benar, kan.

Tapi, mengapa semuanya terasa begitu menyesakkan? Sesekali ia bahkan berusaha menarik napas panjang dan mencoba mengusir rasa takutnya.
Kali ini ia bisa mendaratkan kaki telanjangnya di lantai setelah berusaha dengan susah payah. Setengah badannya masih terduduk di tepi kasur. Ia hanya perlu berjalan beberapa langkah, membiarkan tali itu mengambil alih dan segalanya pasti akan berakhir.

TBC

STORY IN NEW YORK (Sudah Terbit)Where stories live. Discover now