BAGIAN 21

822 140 12
                                    

Altair memasuki rumahnya dengan santai. Sekarang sudah malam, dan dia baru saja pulang dari rumah Starla, setelah makan malam bersama perempuan itu.

Altair menghembuskan nafasnya saat melihat keadaan rumah yang sepi, syukurlah, dia bisa merasa tenang saat memasuki rumahnya.

"Daddy gak pernah ngajarin kamu ngeyel ya, Al." Ucap suara bass yang terdengar berat di telinga Altair.

Menghela nafas, Altair kemudian menatap ayahnya yang baru saja turun dari tangga lantai atas rumah mereka. Dia bisa melihat wajah lelah ayahnya malam ini, bisa dia pastikan bahwa ayahnya itu baru saja pulang dari kantor.

"Al tadi sekolah, di rumah juga gak ngapa-ngapain." Jawab Altair dengan tenang.

"Sekolah sampe malem?" Tanya Alam dengan dingin.

Altair meringis mendengar pertanyaan itu. "Tadi, Al main dulu di rumah Helli."

Alam terdiam, tatapannya menyelidik pada wajah pucat anaknya yang beberapa hari ini selalu dia lihat. "Kamu belum sembuh, boy."

Altair menahan senyumnya saat tahu ayahnya sedang mencemaskan nya. "Altair baik-baik aja."

Dia berjalan ke arah sofa yang ada di ruang tamu, lalu menghempaskan tubuhnya di sana, kemudian di susul oleh ayahnya.

"Sekolah ngadain camping--"

"Daddy gak ngizinin." Sela Alam saat tahu ucapan yang akan di lontarkan ayahnya.

Altair sudah menduganya, dia memijat pelipisnya yang kembali pusing. "Om Ardhan bakalan ngizinin Helli ikut, kalo Al ikut, Dad." Jelas Altair.

Alam mendelik. "Helli, lagi?"

"Abi.." Panggil Altair dengan pelan.

"Al gak bakalan kenapa-kenapa, Altair juga bakalan sehat terus, janji deh. Lagi pula, apa gak malu, ayahnya Starla udah nitipin anaknya ke Al, eh taunya Altair gak ikut. Bisa-bisa yang malu Abi juga,"

"Kok jadi ke Daddy?" Tanya Alam tak terima.

"Emang gak malu, punya anak cowok yang gak bisa di andelin?" Sarkas Altair.

Alam menghembuskan nafasnya, lalu dia menatap anaknya dengan hangat. "Daddy gak pernah ngelarang kamu suka sama siapa aja, tapi Daddy minta, utamain diri kamu sendiri, baru orang lain."

Altair mengangguk mengerti. "I know."

~BukanFriendzone~

Suasana kelas XI IPS 1 saat ini sedang ricuh-ricuhnya. Banyak siswa yang sedang mengantri untuk namanya di daftarkan ikut camping, ada juga para siswa laki-laki yang sudah membuat ulah pagi ini.

Di sudut kelas, Altair mendengus saat melihat Starla dan Putra selalu berdekatan sedari pagi. Bahkan, namanya saja belum perempuan itu catatkan untuk ikut lusa, tapi sepertinya Starla melupakan dirinya.

"Kaya kacang lupa kulit banget, dasar bocah." Gumam Altair dengan pelan.

Dias, pria yang sedari tadi memperhatikan sahabatnya langsung terkekeh pelan. "Kalo ada rasa, bilang. Jangan keseringan ngumpat gara-gara cemburu, gak baik."

Altair mendelik. "Ngomong sama siapa Lo?"

Dias menggelengkan kepalanya. "Ego nya di turunin dikit, Al. Ketikung baru tau rasa."

"Udah tau rasanya." Jawab Altair cuek.

Terkekeh pelan, Dias merangkul sahabatnya yang sedang menahan kesal itu. "Dulu sih ke tikung kakak kelas masih Epic lah ya. Tapi kalo ke tikung ketua kelas sih rasanya kurang lucu deh."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 23, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

BUKAN FRIENDZONE (SQUEL LIGHTERS)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang