Han River

234 103 164
                                    

Seoul, kota yang selalu ramai bahkan ketika malam tiba orang-orang masing melakukan aktivitas mereka masing-masing, bahkan bus yang Mark tumpangi masih juga ramai dengan penumpang, entah tujuan mereka akan pulang atau baru saja berniat pergi.

Selepas ia turun di halte yang ia tuju, Mark berjalan menuju rumah nya yang berjarak lumayan jauh dari halte, sepanjang perjalanan itu, Mark memperhatikan suasana di sekelilingnya, lampu-lampu jalan menjadi teman, sebab suasana mulai sepi. Meski masih ada warung tenda yang buka namun pengunjungnya pun tidak banyak, hanya beberapa orang saja yang memenuhi meja-meja yang tersedia disana.

"Mark."

"Bibi Kim."

Langkah kakinya ia arahkan menuju warung tenda tadi, ada wanita paruh baya yang berdiri disana sambil menenteng pesanan milik pelanggannya yang baru saja ia serahkan di meja luaran tenda. Wanita itu tersenyum hangat pada Mark.

"Kamu baru pulang? Habis darimana?"

"Jalan-jalan bi, sama teman."

"Sudah makan? Mau makan dulu?"

"Sudah tapi tiba-tiba jadi lapar lagi, bau ikan bakar kayaknya enak tuh bi."

"Duduklah, nanti bibi buatkan ikan bakar yang enak khusus untuk Mark."

"Terima kasih bibi."

Mark lantas mendudukan dirinya pada kursi kosong. Ia mengenal bibi pemilik warung tenda ini dengan baik, bibi Kim tinggal tak jauh dari kawasan perumahan dimana rumahnya berada, ia seringkali membantu bibi Kim berbelanja bahan-bahan jualannya di pasar ketika pagi datang. Tak jarang pula bibi Kim datang ke rumahnya untuk memberikan beberapa masakan miliknya. Jika malam tiba dan ia sedang tidak ada tugas sekolah, ia dan Haechan seringkali datang ke warung tenda ini, hanya untuk makan ceker ayam pedas ataupun ikan bakar disini.

Mark masih dibawah umur tentu saja ia tak berani mencoba soju, yang biasanya orang-orang minum ketika di warung tenda. Bagi sebagian warga korea warung tenda itu sudah seperti tempat bersantai ketika sudah seharian bekerja ataupun kegiatan lainnya, hal inilah yang membuat warga korea kebanyakan memilih soju untuk menjadi minumannya. Tapi tidak untuk Mark, dia anak baik-baik yang taat pada peraturan, okey.

Selang berapa lama, bibi kim sudah membawa ikan bakar ke meja milik mark, sudah ditebak bagaimana rasanya, enak, kalo tidak percaya silakan datang kesini dan coba saja sendiri. Mark menikmati ikan bakar itu dengan ditemani dinginnya malam, meski ia merasa dingin tapi dia tak berniat untuk pulang cepat, percuma mau cepat atau lambat tetap saja tidak akan ada orang yang menunggunya di rumah. Maka, biarkan Mark ditemani dingin malam kali ini.

Tiba-tiba saja, ia memikirkan pertanyaan Jisung tadi, tentang menjadi dewasa. Jika boleh jujur Mark akan menjawab dengan terus terang, ia sedikit takut menjadi dewasa. Menjadi dewasa artinya ia harus siap mengalami banyak kehilangan, meski dia masih belum tahu kehilangan seperti apa yang akan dia rasakan saat dewasa nanti. Menjadi dewasa mungkin akan terasa lebih sepi bagi Mark, dia harus terbiasa sendiri, harus sudah bisa mengandalkan dirinya sendiri untuk masa depannya sendiri, serba sendiri dan ia sedikit takut dengan kata sendiri.

Ikan bakar miliknya sudah hampir habis dan ia berniat untuk membayar pesanannya. Netra nya tak sengaja bertabrakan dengan mata seorang pria paruh baya. Ia berdiri disamping gerobak miliknya sembari terus melirik ke arah warung tenda, langkah kakinya seperti ragu-ragu untuk mendekat. Akhirnya Mark memberi isyarat pada pria itu untuk mendekat kearahnya.

"Ada apa pak? Bapak cari sesuatu?" Tanya Mark ketika pria itu berada dihadapannya.

"Anu..saya mau beli ikan bakar disini."

"Mau dibawa pulang atau makan disini pak?"

"Bawa pulang saja. Berapa harganya? Saya punya uang segini, apa cukup untuk dua ikan bakar?"

Somewhere in Canada || MARK LEETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang