Beautiful Time

54 5 2
                                    

Jari-jari miliknya menekuk satu persatu menghitung sisa hari yang belum ia lewati menuju hari yang sangat ia nanti-nantikan namun juga ia khawatirkan kehadirannya.

"Masih tersisa tiga hari lagi rupanya."

"Sudah berapa kali kamu melakukannya?"

"Melakukan apa?"

"Menghitung hari yang tersisa dengan jari-jari mu itu."

Jisung mendongak sejenak, keningnya mengerut mencoba mengingat-ngingat berapa kali ia melakukan kegiatan menghitung hari dengan jari tangannya. Berapa detik terlewat, ia sadar bahwa dirinya sesering itu melakukan hal tersebut. Ia lantas tersenyum memandang ibunya yang kini tengah mengoles selai coklat pada satu lembar roti. Roti yang akan menjadi menu sarapannya kali ini.

"Kenapa kamu terus melakukannya Jisung? Sebegitu tidak sabarnya kamu dengan hari itu?"

"Sejujurnya aku sedikit tidak tenang bu, aku khawatir jika pada hari itu akan terjadi hal yang tidak aku harapkan."

"Apa lagi yang perlu di khawatirkan? Sejauh ini kamu sudah melakukan yang terbaik."

"Aku tahu, tapi tetap saja aku takut."

"Berhentilah menghitung hari, lewati saja, kamu sudah berusaha tinggal serahkan dengan Tuhan atas apa yang akan terjadi."

Suara kakaknya dari arah belakang Jisung tiba-tiba, kakanya sudah rapi dengan seragam sekolah yang sama seperti miliknya. Hana menarik kursi disamping Jisung kemudian duduk menghadap kearahnya.

"Kenapa? Menghitung hari seperti itu apa bisa membuat mu tenang? Tidak kan? Jadi lewati saja, jangan takut. Sudah berapa kali kakak tuh bilang sama kamu, jangan takut gagal."

"Terus gimana biar aku bisa tenang."

Hana menarik kepala Jisung mendekat ke arahnya membiarkan mata mereka bertatapan, Hana berusaha menyakinkan Jisung dengan tatap matanya.

"Caranya dengan membuang pikiran-pikiran buruk dari kepala ini. Dalam kepala mu itu jangan dibiarkan buat terus memikirkan hal-hal yang buruk, tapi mulai isi dengan hal-hal yang baik, pikiran yang baik dan suara-suara yang positif. Jisung, tidak apa-apa jika melakukan kesalahan, tidak ada manusia yang sempurna di dunia ini. Tapi, manusia seperti kamu didunia ini ya cuma kamu, kamu satu-satunya, makanya kamu menjadi sangat berharga didunia ini. Jadi, ayo coba lawan pikiran buruk dalam kepala mu itu dengan memikirkan hal yang baik. Memikirkan berbagai banyak kemungkinan terbaik yang akan kamu dapati disetiap harinya, itu akan membuat mu tenang."

Jisung lantas menutup matanya sejenak, lalu menarik nafas dalam-dalam dan dalam hitungan detik melepaskannya. Perlahan Jisung berusaha membuang hal-hal buruk yang setiap hari mengusik harinya, membuang suara-suara buruk yang sering berbisik dalam kepalanya.

"Sudah lebih baik kak, terima kasih."

Hana mengelus lembut kepala Jisung sebelum melepaskan tangannya dari kepala adiknya, ia lantas membalas senyuman dari ibu yang rupanya sedari tadi memperhatikan kegiatan kakak adik itu. Senyuman ibu amatlah hangat, senyuman menenangkan kesukaan Hana yang tidak pernah Hana harapkan hilang dari wajah cantik itu.

"Sarapan apa hari ini bu?"

"Roti dan selai, kamu mau selai rasa apa?"

"Rasa coklat dan stroberi ya bu."

"Siap, pesanan anda akan segera diantar."

"Aigoo terima kasih ibu."

Setelah memesan sarapan pada Ibu, Hana kini kembali menatap adiknya yang sudah mulai memakan sarapannya, sepertinya suasana hati adiknya sudah lebih baik.
Beberapa hari yang lalu semenjak Jisung keluar dari rumah sakit, Hana berapa kali sering melihat adiknya itu menghitung hari dengan jari-jari nya, hari dimana pertandingan basket akan dimulai. Hana tahu Jisung takut kejadian lepas kembali terulang, adiknya takut jika ia akan gagal lagi. Apalagi sekitar seminggu lebih Jisung tidak ikut berlatih basket karena kesehatannya. Iya, Jisung dirawat dirumah sakit sekitar satu minggu, waktu yang cukup lama untuk pasien yang hanya dinyatakan kelelahan. Tapi dokter bilang, Jisung memang perlu untuk dirawat dirumah sakit lebih lama demi kesehatannya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 08, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Somewhere in Canada || MARK LEETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang