Sirius

107 24 57
                                    

Terik matahari siang itu sama cerahnya dengan suasana hati Hana kini, lalu lalang kendaraan dijalan dengan deru suara seolah tak pernah terdengar ditelinga Hana, bahkan obrolan yang dibicarakan oleh laki-laki disampingnya yang kini mengenggam erat tangan kanannya tak Hana hiraukan. Sosoknya malah tak henti-henti menatap kekasihnya. Hana masih menganggumi pahatan indah dari sosok Jaemin, laki-lakinya. Memiliki Jaemin didalam hidupnya adalah satu dari banyak hal yang ia syukuri, Jaemin miliknya seperti sebuah harta karun yang ia temukan dipulau terpencil setelah melewati lebatnya hutan dan derasnya ombak laut yang menghantam. Begitulah Jaemin bagi Hana.

"Hei! Kamu dengerin aku gak sih?"

"Enggak."

"Aku udah ngomong panjang lebar loh, kamu ini!"

"Salah kamu sih."

"Kok aku?"

"Kalau sama kamu pikiran aku ya cuma tentang kamu. Jaemin, kamu kok indah banget ya? aku sampai gak bisa berpaling dari kamu. Kalau ada yang namanya kehidupan sebelumnya, apa mungkin aku pernah menyelamatkan sesuatu atau berbuat sesuatu sampai-sampai aku begitu beruntung memiliki kamu dikehidupan kali ini."

"Kamu ini kenapa sih? Jadi bucin sama aku?"

"Apa salahnya bucin sama pacar sendiri? Gak boleh emangnya?"

"Boleh! Bucinin aku semau kamu. Tapi kamu juga harus ingat, kalau kamu juga indah, saking indahnya, aku menempatkan kamu disini, di relung ku yang dalam, biar kamu susah keluarnya dan gak kemana-mana."

"Ngomongin aku bucin, kamunya juga bucin tuh."

"Oiya harus! Aku memang bucin sama kamu kok. Setiap hari, setiap jam, setiap de-"

"Ssttt! Iya iya si paling bucin. Bucinnya lanjut nanti lagi, aku laper mau makan."

"Mau makan apa?"

"Makan kamu?"

"Heh! Mulutnya!"

"Bercanda, Jaemin. Aku bukan kanibal."

"Iya terus mau apa?"

"Jjamppong!"

"Okey, let's go!"

Langit masih cerah, awan putih masih menggumpal diatas sana seakan mendukung kencan pertama mereka. Dihari libur kali ini Hana memilih untuk menghabiskan waktunya bersama Jaemin. Segalanya masih sama seperti sebelum mereka berpacaran. Jaemin masih selalu mengomel, Jaemin masih mengenggam tangannya kemana pun Hana pergi, senyum Jaemin untuknya masih sama, manis. Yang berubah hanyalah status nya yang kini menjadi kekasih laki-laki itu.

Bus sudah datang, Hana terlebih dahulu masuk kedalam bus, tak lupa ia menempelkan kartu untuk membayar ongkos mereka, Jaemin hanya mengikuti Hana dibelakang karena ia tak begitu paham cara menaiki bus. Jujur saja, ini pertama kalinya Jaemin menaiki bus. Mereka lantas memilih kursi paling belakang, kursi yang Hana pilihkan, katanya kursi belakang adalah yang paling nyaman, Hana bilang ia suka bagaimana pemandangan kota Seoul yang terlihat dari sudut jendela bus dan pada detik ini, Jaemin mulai menyukai duduk pada kursi belakang bus, menyukai jalanan dan keramaian kota Seoul yang dapat ia lihat dari tempat duduknya kini melalui jendela bus.

Pernah pada satu waktu Jisung mengajak Jaemin menonton drama di televisi malam-malam dan Jaemin masih ingat adegan dalam drama itu dimana pemeran menduduki kursi bus didekat jendela sembari menikmati alunan musik dari airpods miliknya.

"Hana, kamu bawa airpods?"

"Bawa, kenapa? Kamu mau dengerin musik?"

"Iya, aku pinjam ya, aku gak bawa airpods"

Somewhere in Canada || MARK LEETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang