8: Ini serius rumah lo?

3.4K 466 1
                                    

Hari telah berganti, namun arahan sistem tak kunjung datang. Abel Memasuki kelas tanpa memperdulikan tatapan tajam seseorang yang di tunjukan padanya.

"Gue kemarin bilang, lo pulang bareng gue dan liat apa yang lo lakuin?" ucap Vero menghampiri bangku Abel.

Abel tak menaggapi. Otaknya sedang berputar menyusun alur asli sebelum ia masuk ke dunia game ini. Cerita asli game novel visual "Secret Admirer" adalah menceritakan Ilona gadis remaja yang mendekati kata sempurna, cantik, pintar dan baik hati.

Diam-diam menyukai ketiga karakter utama, Regan, Malvin dan Vero. Konflik cerita ini berbeda sesuai pilihan di tengah-tengah berlangsungnya game. Berlaku juga dengan ending yang di dapat. Abel sekarang di ambang kebingungan.

Alur cerita tak pasti, sebab ini adalah game yang di tentukan dari sebuah opsi. Selain itu setiap opsi memiliki alur yang berbeda. Abel menjambak rambutnya menandakan dirinya tengah frustasi. Alur benar benar sudah kacau. Ia harus berbicara dengan Ilona sepulang sekolah.

"Arabella Dirgantara lo budek?!" gertak Vero menyentil dahi Abel.

"Apaan si, Gue nggak budek!" sinis Abel menatap Vero tajam.

"Kalo lo nggak budek coba jawab pertanyaan gue tadi," tantang Vero membalas tatapan Abel tak kalah tajam.

Abel menyengir membuat laki-laki itu mendengus kesal. "Lo niat belajar nggak sih?!"

Abel menggeleng akan tetapi detik berikutnya ia mengangguk ketika Vero hendak membuka mulutnya. " Niat kok niat, jangan ceramah lagi, ya, ntar gantengnya ilang."pinta Abel dengan nada manja.

Vero melotot dan memilih pergi ke bangkunya, Ia tak ingin berbicara lebih lanjut dengan gadis itu. Dulu gadis itu tidak semenyebalkan sekarang.

Yang Vero tau Abel adalah sosok yang pendiam dan penurut. Buktinya sudah satu tahun ia mengajar gadis itu dan gadis itu hanya diam tak pernah membalas perkataanya. Maka dari itu Vero menerima tawaran Wilda, Mama Abel.

"Dih, salting  ya, lucu banget si My future Husband," kekeh Abel meletakan tanganya di pipi sebagai alas dagunya.

[-100 Poin Relationship untuk tokoh Vero]

[ Poin Realationship tokoh Vero sekarang adalah -200]

"Astagfirullah, Tega banget kamu Mas  sama calon istri," rengek Abel tak terima.

°°°°°

Sesuai yang di sepakati Abel menunggu Vero di parkiran. Ia sudah membayangkan momen romantis saat ia dikenakan helm cowok itu di lanjut Vero yang menyuruhnya memengang pinggang cowok itu karena takut Abel terjatuh di jalan. Membayangkan saja sudah membuat pipi Abel memerah.

Sepuluh menit berlalu Abel masih menunggu Vero yang tak kunjung datang. Abel beberapa kali mengecek pesan, tapi nihil Vero sama sekali tak mengirim pesan padanya. Laki-laki itu tidak lupa kan jika mereka pulang bersama?

Lelah menunggu Abel memutuskan berjalan ke luar gerbang sekolah. Ia melihat Vero duduk di atas sepedanya sembari meneguk botol air mineral. 

Abel menghampiri cowok itu. "Lo lama banget si!" semprot cowok itu padanya.

Abel membulatkan mulut."Hey, gue udah nunggu lo sepuluh menit lebih anjir! " omel Abel meningikan suara.

"Lo nunggu di mana emang?" tanya Vero menutup botol mineral miliknya.

"Di parkiran sepeda motor lah dimana lagi!" ucap Abel yang masih kesal.

"Jelas kagak ketemu lah. lo nunggu gue di parkiran sepeda motor sedangkan gue nunggu lo di depan pintu gerbang. Makanya kalo nggak tau tanya," balas cowok itu terkekeh.

Abel terpesona dengan wajah tampan laki-laki itu sekarang. "Gak usah ganteng gateng bisa nggak? gue jadi tambah suka," kata Abel tanpa sadar membuat raut wajah Vero kembali datar.

"Cepet naik!" perintah cowok itu.

Abel melihat sepeda yang dinaiki Vero. Sepada itu tidak ada boncenganya, lalu dia mau duduk di mana. 

Vero mengerti maksud pandangan Abel. Cowok itu turun dari sepedanya lalu berjalan sambil menuntun sepeda berwarna hitam itu.

"Woy, tunggu!" teriak Abel mengejar Vero.

"Kenapa nggak pakek motor?" tanya Abel.

"Nggak punya," balas Vero singat

"Haa? Mustahil."

Tidak ada jawaban dari Vero. Abel memutar bola matanya malas tapi ia merasa tertantang.

Vero berhenti di depan rumah bercat biru, memarkirkan sepeda hitamnya di depan rumah itu. Abel speechless setelah melihat rumah kecil terbuat dari kayu yang terlihat tidak kokoh. 

Abel yakin jika seandainya ada badai tornado, rumah itu akan langsung hancur di banding rumah-rumah lainya.

"Ini serius rumah lo?" tanya Abel tak percaya. 

°°°°°

Ada yang bisa bayangin rumah Vero kek mana :)

All About the Game [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang