pt 5 // Debat

1 0 0
                                    

Setelah Oma pergi rasa hangat pun berubah menjadi dingin. Seperti badai salju yang sedang terjadi saat ini.

"Hey anak manja, kenapa kau tidak turun untuk membersihkan sisa makanan yang berada dimeja makan??!". Bentak mamanya saat melihat Alicha yang ingin pergi ke taman belakang untuk menenangkan jiwanya.

"Maaf mama, kakiku sakit karena kejadian tadi malam". Ucapnya sambil menundukkan kepalanya.

Mengingat kembali tadi malam ayah- nya seperti kesetanan, membuat kaki- nya terluka.

"Kau tidak boleh makan sampai besok pagi, sekarang kau harus membantu oma Cheen di dapur!". Perintahnya.

Ia pun tak menolak dan langsung pergi menuju ke arah yang ia tuju.

Ternyata Oma Cheen masih berada di rumah ini, sungguh melegakan.

Oma menatap lesu wajah cucunya yang ditatap tersenyum manis, oma pun membalasnya.

"Selamat Pagi cantiknya oma, mana yang sakit sayang??". Sambutnya ramah. Gadis itu menunjukkan luka- nya.

'Huh parah sekali'. Batinnya.

"Antii, Anntii". Oma Cheen memanggil seseorang membuat orang itu menghampirinya.

"Iyaa omaa, ada apaa?". Tanya seorang itu, Yanti. Biasanya Alichaa memanggilnya Aunty, padahal jika jujur ia takut kepada majikannya atas gelar yang dibuat oleh sang cilik. Tapi apa boleh buat, ia menurutinya karna gadis itu hampir merajuk.

"Tolong ambilkan kotak obat di dekat dapur".

"Siyaap omaa". Berlalu mengambil nya dan diberikan kepada Oma.

"Gadis cantik, sini ikut oma". Oma mengajak Alichaa ke taman belakang, meraih tangan mungilnya perlahan, Oma berjalan perlahan² agar Alichaa bisa mengikutinya. Ia nampak gugup.

Ia takut dimarahi lagi. Batinnya berucap.

"Tak perlu khawatir sayang, oma akan menjagamu disini". Sambil mengarah ke kursi taman, gadis mungil ini memang sedikit berbicara. Namun jika sedang bercerita bersama Oma Cheen diluar pengawasan keluarganya ia sangat cerewet.

Oma Cheen paham betul apa yang dirasakan oleh gadis cilik disamping- nya namun ia tak bisa melakukan apa apa.

Oma sedikit membungkuk, Alichaa ber kedip berulang kali. Menanyakan apa yang akan dilakukan oleh oma? Dalam batinnya.

Walaupun ia adalah gadis cilik, tata krama adalah hal yang penting dan harus diajarkan kepada anaknya. Mungkin ia belajar dari kehidupan- nya yang keras ini, jadi ia paham tentang hal itu.

Alichaa mengikuti posisi Oma Cheen, Oma tersenyum manis dibalas olehnya.

"Sayang, oma akan memberikan obat merah untuk kakimu yang terluka". Ucapnya sambil mengelus lembut rambutnya. Sang cilik membalasnya dengan senyuman khasnya, Oma langsung mendekap hangat tubuh mungilnya.

...

“Anak manjaaa, dimana kao!!!”. Teriak Anggie.

Sontak orang yang disekitarnya terkejut sambil mencari sumber suara. Alichaa mengulurkan dekapan sang oma, melihat sekitarnya.

Tubuh ini tidak bisa dikendalikan olehnya.

‘Tuhan bantu Alichaa!!!’. Batinnya menangis.

Oma gusar sedangkan Alichaa ketakutan, tubuh mungilnya bergetar.

Ia sangat ketakutan jika mamanya memanggil seperti itu, Oma mendekapkan kembali sambil menenangkan sang pemilik tubuh mungil.

Pemilik suara telah sampai di taman belakang.

“Ooooh disinii rupanyaa, disuruh bantuin Oma sama bi yanti malah pelukan disini baguuusss!!! Emang lu anak ga tau diri yaa, udah bagus mama kasih tempat tinggal”. Semuanya terdiam, tanpa terkecuali Alichaa yang menunduk menahan tangis yang ingin jatuh, Oma tak henti hentinya mengelus pundaknya agar ia tenang.

“Malaah dieem lagi!!! Ayoo sinii!!!!!tolong siapkan makanan yang enak sekarang, ga boleh ada yang bantu biar gadis manja yang masak!!!!”. Ucapnya lagi sambil menarik tangannya kasar, ia tersungkur di tanah. Meringis dalam diam, sepertinya tubuh gadis imut ini tak kuasa untuk bangkit.

Namun Tuhan selalu ada disisinya, menguatkannya dan masih memberikan orang-orang yang peduli dengan keadaannya.

“Angggie!!! Si pelacur tua! Ada masalah apa kau dengan gadis kecil ini,  kau memang tak punya hati!!!!”. Oma Cheen membuka suara, baru ingin melangkah masuk ke dalam Anggie mendapat cacian dari Oma.

‘Ahh sialan!’. Batin Anggie.

“Heh nenek tua! Kau tidak perlu ikut campur yaa, disini kau harusnya bekerja bukan mengikuti urusan keluarga orang.. Ihhh”. Anggie berlalu lalang pergi.

“Sabar yaa sayang yaa”. Oma Cheen menenangkan sambil mencium pipi Alichaa yang dicium pun tersenyum.

Alichaa tersadar, batinnya bercakap

‘Apakah wanita yang tidak punya malu itu tahu bahwa Oma Cheen sedang menyamar menjadi pembantu disini?’.

(*'∇`*)

Stay Stronger Where stories live. Discover now