Part 28

14.8K 1.6K 5
                                    


Nayra menatap Ustsdz Raihan dengan nanar dan mata yang berkaca. Ustadz Thariq dan Ustadzah Afifa juga ada di sini.

Tadi Ustadzah Afifa sengaja memanggil Nayra. Beberapa menit setelah itu, Ustadz Raihan dan Ustadz Rasyid juga datang ke sana. Mereka duduk mrlingkar di atas karpet tebal dengan Nayra dan Ustadzah Afifa duduk bersebelahan.

"Ustadz Rasyid dan Ibu Ratna sudah menyampaikan niat baik mereka pada Saya dan Ustadzah. Jadi, tugas kami menyampaikan pada Nayra. Nayra tidak harus menjawab sekarang bisa dipertimbangkan dulu ya," kata Ustadz Thariq.

Nayra menarik nafas sedalam yang ia bisa. Tidak percaya pada semua ini. Pada semua kalimat yang tadi tercetus begitu saja dari bibir Ustadz Thariq.

Awalnya Nayra merasa bahagia saat Ustadz Raihan juga hadir ke dalam rumah ini, ia berpikir mungkin ada sesuatu yang akan disampaikan Ustadz Thariq dan Ustadzah Afifa padanya mengenai Ustadz Raihan selaku orang tua angkat pria itu, tapi begitu melihat Ustadz Rasyid yang juga berada di belakang Ustadz Raihan pikiran Nayra jadi entah kemana.

"Iya, apa yang Ustadz katakan itu benar Nayra. Nayra coba istikharah dulu dan begitu juga dengan Nak Rasyid. Minta kejelasan dari Allah," lanjut Ustadzah Afifa.

Nayra hanya diam tidak bergeming. Hati gadis cantik itu seketika mencelos karena mendengar perkataan Ustadz Thariq tentang lelaki yang ingin mengajaknya berkenalan dengan tujuan menjadikannya pendamping dalam melanjutkan kehidupan ini.

Nayra benar-benar tidak menyangka jika Ustadz Rasyidlah pria yang berniat baik itu dan lebih tidak menyangka lagi jika Ustadz Raihan juga tahu semua ini. Ustadz Raihan juga tahu tentang bagaimana perasaan tertarik Ustadz Rasyid padanya. Lalu apa maksud Ustadz Raihan yang kerap kali memuji bahkan kadang sampai membuat Nayra berbunga hatinya?

Huh, Nayra pikir dengan semua itu Ustadz Raihan juga memiliki perasaan lebih padanya, mengingat serentet kalimat dari bibir Ustadz Raihan yang selalu Nayra ingat sampai kapan pun. Kalimat yang selalu menjadi pendorong Nayra untuk bertahan dengan perasaannya pada Ustadz Raihan.

"Aku Raihan. Orang yang insya Allah akan menjadi imammu, Nayra."

Namun, kenyataannya tidak. Ustadz Raihan bahkan tadi menjadi orang yang ikut medukung tentang rencana Ustadz Rasyid. Ustadz Raihan juga terlibat dalam pertemuan ini. Bagaimana Nayra bisa baik-baik saja sekarang dengan orang yang ada di hatinya ingin menarik orang lain untuk menduduki tempatnya.

Tidakkah Ustadz Raihan ingat pada ucapannya? Ucapan yang Ustadz Raihan pernah lontarkan dan tidak akan pernah bisa ia tarik lagi. Bukankah setiap ucapan yang terlanjur terlontar itu sudah menjadi milik si pendengar?

"Nayra?" pamggil Ustsdzah Afifa saat Nayra tidak menyahut apa pun yang ia dan Ustadz Thariq ucapkan.

Gadis itu menyeka sudut matanya yang berair dan ingin rasanya menangis dengan sejadi-jadinya tapi Nayra tidak akan melakukan itu.

"Iya Ustadzah?" kata Nayra.

"Bagaimana Nak. Kamu istikharah atau...?"

Nayra tidak tahu kata apa setelah itu yang terlontar dari bibir Ustadzah Afifa katakan karena ia sendiri sibuk berperang dengan hatinya.

Sejenak Nayra menarik lagi nafasnya dan menghembuskannya dengan pelan.

"Iya Ustadzah, Nayra akan istikharah dulu dan setelah itu apa pun keputusan Nayra nanti insya Allah Nayra akan sampaikan ke Ustadzah," kata Nayra.

Mendengar ucapan Nayra, kedua pria tampan di hadapannya menampilkan raut wajah yang berbeda. Ustadz Rasyid dengan wajah penuh lega dan terlihat bahagia dan Ustadz Raihan yang memasang wajah sendu, namun tetap mempertahankan senyumannya.

****

Nayra memainkan ujung kerudung yang ia kenakan. Wajahnya menunduk dan sudah beberapa kali ia menarik nafas sangat dalam.

Ia tengah bersama Ustadzah Ulfa dan Ustadzah Afifa sekarang. Nayra baru saja diberi pertanyaan oleh Ustadzah Afifa tentang dua Ustadz penuh pesona milik pesantren Al-hidayah ini.

Ustadzah Afifa tahu sekilas perasaan tersimpan Nayra pada putra angkatnya dan begitu pun sebaliknya. Ia juga sedikit tahu bagaimana perasaan Raihan pada Nayra dari tatapan Raihan untuk Nayra.

Ustadzah Afifa juga awalnya bingung dengan berita yang suaninya bawa mengenai Ustadz Rasyid yang berniat mengajak Nayra berta'aruf. Dalam benaknya tersimpan banyak tanya tentang Raihan dan Ustadzah Afifa pun tahu jika Ustsdz Thariq mengerti akan perasaan Raihan.

"Jadi menurut Nayra, Ustadz Raihan dan Ustadz Rasyid itu lebih unggul siapa? Dalam segala bidang ya maksudnya," tanya Ustadzah Afifa lagi.

Nayra tersenyum dan mengangkat wajahnya, menatap lurus pada rerumputan yang tertiup angin.

"Ustadz Rasyid dan Ustadz Raihan itu seperti yang disebutkan firman Allah dalam surah yasin di ayat ke 50, Uatadzah," jawab Nayra singkat.

Tidak bisa dan tidak mungkin dapat membandingkan antara satu manusia dengan manusia lain. Karena memang setiap manusia memiliki kekurangan dan kelebihannya masing-masing.

Ustadzah Afifa tersenyum mendengarnya, begitu pun Ustadzah Ulfa.
Ustadzah Afifa mengelus pundak Nayra dengann lembut.

"Nayra, apa yang dikatakan Ustadz tadi jangan terlalu dipikirkan ya. Nayra berhak untuk memilih keputusan apa pun yang ada di hati Nayra," kata Ustadzah Afifa.

"Nayra itu cantik dan sekarang sudah terlihat lebih sholeha jadi wajar jika disukai banyak ikhwan termasuk Ustadz Rasyid. Tapi bukan berarti Nayra harus membuka hati untuk semua pria yang hadir ke samping Nayra."

"Yang datang lebih awal belum tentu menjadi penghuni hati yang sesungguhnya. Yang datang belakangan pun belum tentu jadi pemilik hati seutuhnya. Nayra mengertikan maksud Ustadzah?" tanya Ustadzah Afifa.

Nayra mengangguk pelan. Ia tersenyum pada Ustadzah Afifa dan merasakan dadanya menghangat.

"Ustadzah, boleh Nayra tanya sesuatu?"

Bibir gadis itu semakin tersenyum saat Ustadzah Afifa mengangguk.

"Apa boleh jika akhwat duluan yang mengutarakan isi hatinya pada seorang ikhwan?" tanya Nayra dengan mata yang serius tertuju pada Ustadzah Afifa.

Lagi-lagi Ustadzah tersenyum.

"Boleh. Bahkan itu tidak membuat hilangnya martabat seorang ikhwan. Pertanyaan Nayra itu sebenarnya sudah dicontohkan oleh ummu mukminati yakni Ummu Khadijah."

Nayra semakin memasang wajah serius pada Ustadzah Afifa.

"Mungkin Nayra sudah pernah mendengar jika bukan Rasulullah yang datang dan mengutarakan isi hatinya pada Ummu Khadijah tapi justru Ummu khadijahlah yang menyampaikan apa yang ada dibenaknya pada Rasulullah melalui sahabat dan rekan kerja Rasulullah,"

"Dan kisah cinta Rasul dengan Ummu Khadijah ini tidak kalah romantisnya dengan kisah cinta dalam diamnya Ali dan Syaidatina Fatimah Az-zahra," kata Ustadzah Afifa.

"Jika banyak yang menjadikan kisah cinta Ali dan Syaidatina Fatimah Az-zahra sebagai panutan mengapa tidak untuk Nayra mencoba meng-copy kisah cinta yang dirajut oleh Ummu yang melahirkan kekasih dunia akhirat dari Ali bin abi thalib itu? Toh dua wanita kecintaan Rasul itu adalah ibu dan anak yang mendapat gelar wanita sempurna,"

Wanita sempurna di muka bumi dalam islam itu benar adanya dan hanya ada empat wanita di muka bumi ini yang mendapat gelar wanita sempurna. Wanita sempurna yang pernah ada di muka bumi itu adalah Asyiah istri Fir'aun, Maryam binti Imram (Ibunda Nabi Isa as), Ummu Khadijah, dan Syaidatina Fatima Az-Zahra putri Rasullullah.

Nayra tertegun mendengarnya. Hatinya bergemuruh mendengar penjelasan Ustadzah Afifa. Semakin dikaji rupanya islam dan segala ketentuannya itu sangat indah apalagi ketentuan tentang cinta yang sekarang ini banyak menjadi penyebab getarnya hati para remaja yang kadang sampai menjadika cinta sebagai alasan menjauhi ketentuan islam. Padahal islam itu sendiri adalah cinta yang sesungguhnya.

"Apa memang aku harus mengikuti jejak Ummu Khadijah dalam menyampaikan perasaan pada Ustadz Raihan? Tapi bagaimana cara untuk menolak niat baiknya Ustadz Rasyid?"

Ma'had in Love (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang