🌹ILY_~ I love you

108 20 20
                                    

24. Ily Jangan Dingin!

Sikap Ily berubah dingin sejak dua hari yang lalu setelah kejadian Leo membentaknya didepan umum. Hubungan mereka tidak pernah merenggang seperti ini sebelumnya. Dan Leo benci itu!

Ketika ia ajak bicara, menyuruh, bergosip sekalipun gadis itu membalasnya dengan singkat. 'Oh, Iya, gak, hm, oke.' Di dua hari itu, ini kalimat andalannya macam tak ada kosa kata lain.

Padahal serese apapun dirinya Ily tidak pernah sampai mendiamkannya begini. Palingan hanya ngambek sebentar sejam kemudian biasa lagi. Tapi ini ngambeknya kelamaan!

Walaupun sedang marah dan gak enak hati pun. Ily tetap mengurus rumah dan dirinya dengan baik. Namun, bedanya kali ini Ily mengerjakannya dengan raut wajah datar dan mulut terkunci rapat.

Leo coba memancing emosi Ily dengan menaruh handuk basah sembarangan, membuka kulkas tapi tak menutupnya kembali, menggangunya ketika menonton film, mengacak-acak kamarnya agar lebih super duper berantakan. Tetapi semua itu masih belum bisa membangunkan sisi kebuasan Ily.

Sekarang mereka berdua tengah perjalanan menuju sekolah mengendarai motor matic dengan Leo duduk diboncengan. Tangannya melingkari perut Ily seraya mengoceh tak jelas.

"Ly, lo denger gak sih gue cerita? Air liur limited edition gue sampe muncrat-muncrat dan berterbangan nyeritainnya."

"Iya."

"Gak ada jawaban lain selain iya atau enggak? Kuping glowing gue bosen dengernya."

"Oke."

Leo memandang wajah Ily lewat spion motor. "Ly, lo kenapa, sih? Lagi kepengen, ya?

"Gak."

"Lo masih marah sama gue?"

"Gak."

Leo mendengkus. "Jawaban lo gak sinkron sama tingkah lo ke gue."

Ily diam.

"Maaf, Ly. Maafin, ya. Jangan marah-marah terus nanti makin tua loh," ucap Leo. "Mau seblak?" 

"Pemakaian kuota maaf anda sudah mencapai batas pemakaian wajar. Penggunaan selanjutnya akan dikenakan tarif non paket. Silahkan isi ulang dengan menukar nyawa anda." Air mukanya tetap tak berekspresi.

Senyum Leo mengembang akhirnya ada kemajuan. Ily mulai berbicara panjang walau minim ekspresi.

"Mati dong gue. Kalo gue mati siapa yang bakalan jadi peliharaan selucu dan sepenurut gue? Siapa juga yang jadi jodoh dunia akhirat lo?"

Lagi-lagi Ily bungkam.

"Ly, lo mau gak jadi jodoh gue?"

"Gak."

Leo memanyunkan bibirnya. "Kok gitu, sih? Padahal berjodoh denganmu adalah Aamiinku yang paling serius, ciaaah."

"Yakin gak mau? Mumpung gue yang nawarin langsung loh. Gue kasih waktu lima menit buat lo mikir. Santai nanti gue yang atur lo istri ke berapanya."

Tak harus sampai lima menit, sedetik pun jadi! Tanpa harus berpikir! Ily menjawab. "GAK!"

Alis Leo berkerut. "Masa sih lo gak mau jadi jodoh gue? Selain good looking, good attitude, gue juga good rekening."

Tak ada respon dari Ily. Leo memutar otak mencari topik pembicaraan. Ia tidak akan diam hingga Ily kembali berbicara padanya sampe mulutnya berbusa pun Leo jabanin.

"Ly, gue udah mulai baper loh sama lo. Usaha lo selama ini membuahkan hasil. Mungkin sekitar 1% gue baper. Berarti 99% lagi. Ayo, semangat lagi. Kemana semangat membara lo itu? Padamkah?"

ILY, I love youWhere stories live. Discover now