[14] Hatrick Kebohongan

8.2K 1.3K 45
                                    

~Kebohongan, sekecil apa pun, bukan awal yang baik untuk memulai sebuah hubungan (Inggita Wimala)~

Masih hari Sabtu..

Pertama-tama yang aku perhatikan adalah alunan gamelan. Tidak terlalu keras tetapi terdengar pas di telinga serta menimbulkan perasaan homey. Menciptakan suasana acara pernikahan khas jawa yang begitu kental. Mendadak ada yang menggigit hatiku sekarang. Perih.

Seharusnya kebahagiaan ini milikku dan Vikram, tapi faktanya aku yang ditinggalkan di sini. Poor you, Inggita.

Hanya ada beberapa orang pria di sekitar kami. Mereka tengah sibuk memasang kabel-kabel di langit-langit tenda sehingga tidak terlalu memperhatikan kedatangan kami. Gatra mendekati salah satunya dan bertanya.

"Selamat siang, Mas. Saya Gatra." Pria muda mengenakan jersey warna merah biru bertuliskan barca menoleh dan tersenyum. "Apa benar ini rumah Vikram? Hm.. yang akan melangsungkan pernikahan ini."

"Benar. Saya adiknya. Mas ini temannya? Sebentar saya panggilkan Mas Vikram." Wajah mudanya tampak makin berseri-seri. Aku bisa menduga, pernikahan ini pasti membuat keluarga Vikram bahagia. Kenyataan ini membuat hatiku semakin tergigit.

Apa yang aku harapkan sekarang? Aku mulai menyadari kalau diriku memang sudah tersingkirkan sejak awal.

"Terima kasih." Gatra mengangguk sebelum adik Vikram yang berwajah sama tampan dengan kakaknya itu berlalu meninggalkan kami berdua.

Gatra menoleh ke arahku yang berdiri beberapa langkah di belakangnya. Dengan raut serius tak seperti biasanya, Gatra meneliti wajahku. Namun, aku menghindari matanya. Aku tidak mau Gatra melihat betapa mendungnya cuaca di mukaku sekarang.

Gatra masih memperhatikan wajahku saat aku bergelut dengan pikiran menyakitkan ini hingga sebuah pekikan memanggil nama Gatra mengoyak momen senyap di antara kami. Serempak kami menoleh ke arah suara tersebut.

"Bu Wiro?" tanya Gatra seperti ragu.

"Mas Gatra?! Loh, ini rak Mas Gatra to? Gustiii." Tergopoh-gopoh seorang perempuan paruh baya menghampiri kami. Rautnya campuran antara terkejut dan gembira.

Begitu tiba di depan Gatra, kedua lengan perempuan tersebut langsung terulur dan memeluk Gatra erat-erat. Tak peduli dengan sekitarnya, mulut wanita ini terkekeh riang seraya mengguncangkan tubuh Gatra yang menjulang tinggi di atas kepalanya. Lucunya, Gatra membalas perlakuan perempuan tersebut sama hangatnya.

Tidak puas sampai di situ, tangan perempuan tersebut merangkum wajah Gatra dan menciumi pipinya. Sampai-sampai Gatra harus melengkungkan punggung agar bibir perempuan paruh baya ini bisa menjangkau wajah pria tersebut.

Aku berdiri terpaku menyaksikan peristiwa paling mencengangkan di depanku sekarang. Mulutku mestinya sudah ternganga sejak tadi. Aku berusaha mencerna apa yang sedang terjadi, tapi sepertinya otakku sedang terjadi korsleting saat ini sehingga tidak bisa diajak untuk berpikir sama sekali.

"Mas Gatra kok tahu rumah ini? Oh, pasti Vikram yang ngasih tahu ya? Padahal kami tuh nggak undang-undang, wong acarane sederhana saja kok. Owalah Gusti, kalau tahu Mas Gatra mau datang, pasti tak masakin sing paling enak. Owalah.. ayo masuk. Pak! Bapak! Bapak cepetan sini! Ada Mas Gatra, Pak! Owalah, ngimpi apa dewe, Pak?!"

Aku hanya bengong melihat stamina luar biasa perempuan paruh baya ini. Gila. Saking panjang napasnya sampai-sampai Gatra tak diberi kesempatan bersuara sama sekali. Sedari tadi mulut Gatra hanya membuka-menutup lalu membuka lagi.

"Bu Wiro, saya_____."

"Wis. Ayo masuk dulu. Pak! Bapak! Cepetan keluar! Ada Mas Gatra, Pak!" potong wanita yang dipanggil Bu Wiro ini sekaligus menjerit memanggil suaminya. Tangannya segera mengeret lengan Gatra untuk jalan memasuki rumah, sementara mulutnya tak henti terus berbicara. Gatra sempat berpaling ke arahku, kepala pria itu memberi kode dan memintaku agar mengikuti langkah mereka dari belakang. "Ngobrolnya nanti di dalam saja. Wah, bener-bener kami tuh dapet kehormatan Mas Gatra mau mampir ke sini. Rencanane ini kan mendadak, Mas Gatra. Jadi ceritane_____."

[END] Mengejar JodohTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang