6; 낯선 사람을 만나다

1.9K 187 37
                                    

Wooyoung menghembuskan asap dari rokok yang terselip di bibirnya ke udara. Changbin yang menyetir melirik temannya itu, ia tahu Wooyoung hanya merokok saat merasa tertekan. Dan tentu ia tahu apa yang membuat Wooyoung merasa demikian.

"Pstt, Tuan Jung!"

Nah, ini dia.

"Itu rokok rasa apa?" kata San, mencolek pinggang Wooyoung dari kursi belakang. Oh ayolah, tak ada gunanya juga ia tahu.

"Tolong biarkan aku hidup tenang, San."

"Aku hanya bertanya!"

Seonghwa tertawa, merampas bungkus rokok sisa yang telah Wooyoung telantarkan. "Lemon, San." Seonghwa menunjukkannya.

"Aku juga mau~"

"Ambil saja sana, kenapa merengek padaku?" Wooyoung menepis tangan San, pasalnya tangan itu heboh menarik bajunya ini. Jelas-jelas itu pakaian favoritnya, nanti kusut.

San mengambil kembali kotak itu, "sudah habis tau!"

"Lalu kau mau aku bagaimana? Ya tuhan, manusia sialan ini."

Detik kemudian, San mengangkat bokongnya, menarik paksa lengan Wooyoung lalu mengambil alih rokok itu, menghisapnya pelan. "HEI!?" Si pemilik rokok kemudian protes.

Seonghwa terkekeh sambil menepuk-nepuk bokong San, sang empu malah kegirangan sambil menggerakkan bokongnya ke kiri dan ke kanan, membuat renda pada rok pendeknya ikut bergoyang.

"San-ah, kau ini. Wooyoung bisa saja mati karena naik tensi gara-gara kau," ucap Mingi ikut bercanda.

"Fuuhh~" San kembali meniupkan asapnya pada wajah Wooyoung. Oh, doakan Wooyoung tak sakit kepala karena darahnya mendidih.

"Heh, sudah-sudah. Saatnya bekerja."

Wooyoung membanting pintunya kuat setelah keluar. San terkikik, sekali lagi ia berhasil mengganggu Tuan Jung ini.

Tak banyak yang mereka bawa. Hanya beberapa shotgun, dan peluru. Ada juga selembar kertas yang ada pada tangan Seonghwa. Toh hari ini mereka bukan ingin berperang...?

"Mingi, apa kau punya cita-cita?"

Jangan tanyakan pemuda surai merah itu, ia kaget San tiba-tiba bertanya.

"Aku... tak punya cita-cita," cicitnya pelan.

Lalu, San tiba-tiba mengendusnya. "Hmm, bau apa ini? Apakah bau keputusasaan??"

"Sialan."

Di depan Mingi, Seonghwa lagi-lagi dibuat tertawa. Sudah ia bilang, ada sesuatu yang unik tentang San.

"Sudah kubilang dia sinting," Wooyoung menimpal, berbisik pada Mingi. Yang lebih tinggi mengangguk membenarkan.

"Baiklah, kita sampai."

Changbin mengambil langkah terlebih dahulu, ia kemudian sampai di sebuah mobil van yang biasa dipakai untuk bepergian. Mobil ini sudah lama terparkir di sini, di pinggir pelabuhan di Korea Selatan ini.

Tok tok!

"Halo, anda sudah makan?"

"Mi casa, su casa."

Kemudian, pintu tersebut otomatis terbuka. Jujur saja, San sampai menganga dibuatnya. Tak pernah ia lihat surga seindah ini. Ini-van ice cream (。♡‿♡。)

"Chan-ah!"

"Ya, dia lebih tua darimu!" Wooyoung memberi sebuah pukulan di kepala Changbin. "Chan-ah, Chan-ah seenak jidatmu."

Borderland 🔞Where stories live. Discover now