17; 계획

827 94 19
                                    

Kaki gontai Wooyoung membawanya kembali ke kamar, ia lelah, sangat. Setelah kejadian barusan, pikirannya tiba-tiba dipenuhi oleh banyak hal. Ia perlu memilih antara mengorbankan San untuk tim, atau mengorbankan tim demi San.

Ketika ia masuk, ada satu orang lagi di sana; Yeosang. Yeosang tengah mengusap rambut pemuda yang berbaring di pangkuannya. Menyadari keberadaan pemuda Jung, Yeosang hendak beranjak. Namun Wooyoung menahannya, ia tak ingin menganggu San yang tertidur pulas.

"Aku hanya ingin berganti pakaian," katanya pelan. Yeosang mengangguk.

Wooyoung berdiri di sudut ruangan, memunggungi Yeosang. Ia lepaskan kemejanya, sesekali melirik dua pemuda itu. Jujur, Wooyoung bersyukur San punya teman seperti Yeosang disaat-saat begini. Wooyoung tahu betul kalau pemuda Kang memang orang yang baik.

Pakaian Wooyoung dipenuhi bercak darah, pasti karena San tadi. Ia sebenarnya tak masalah dengan itu.

"Ah Yeosang-ah-" Kalimatnya terpotong ketika Yeosang tiba-tiba sudah ada di dekatnya, mengambil atasan Wooyoung. Ia membuat permukaan kain itu saling bergesek, seolah sedang mencuci. Yeosang menawarkan bantuan. "Tidak apa-apa, aku bisa sendiri, oke? Kau temani saja San-ie, dia pasti sedang lelah sekali."

Namun Yeosang menggeleng, ia menunjuk Wooyoung kemudian berganti menunjuk San. Wooyoung yang harus menjaga San. Kemudian, 'aku juga ingin mencuci pakaian.'

Setelah mengerti, Wooyoung akhirnya mengiyakan. Yeosang melempar senyum, memberi kecupan halus di pipi kanan Wooyoung. "Terima kasih, Yeosang."

Yeosang memang begitu. Kecupan adalah bahasa kasih sayang Yeosang.

Setelah pemuda Kang beranjak pergi, Wooyoung mengalihkan atensi pada San. Meringkuk, Wooyoung lantas berinisiatif menyelimuti tubuh itu. Ia juga menaruh pacifier milik San di dekatnya kalau-kalau nanti ia butuh.

Wooyoung tak kuasa lama-lama menatap wajah itu; wajah polos dan tak berdosa ketika San tertidur. Perihal telah mencederai salah satu tim (yang pernah membully San dulu), itu bukan sepenuhnya salah San. Akal sehatnya telah diambil alih oleh sesuatu. Toh, pria itu juga pantas mendapatkannya.

Sepertinya Wooyoung sudah membulatkan tekad. Kenapa ia harus memilih diantara tim dan San, sementara ia bisa menyelamatkan keduanya?

***

"Joongie?"

"Kapten, Hwa."

Yang lebih tinggi tertawa pelan. "Oke, oke. Maafkan aku kapten."

Hongjoong hanya bisa menggelengkan kepala. Ia sudah terlalu sibuk dengan apa yang ada saat ini, Seonghwa datang di saat yang tidak tepat—jika tujuannya hanyalah main-main saja.

"Apa ini, hm?" Seonghwa membungkuk tepat di samping Hongjoong duduk. Ada berlembar kertas berisi data hasil pengamatan yang dilakukan pada San akhir-akhir ini.

"San. Aku rasa kita perlu memanfaatkannya."

Seonghwa sontak berdiri, "Tunggu, kau sudah pikirkan ini baik-baik, Joong?"

"Seonghwa, dia melukai salah satu tim-mu!"

"Ya, tapi bukankah dia kembali lagi? Lagipula Junho memang layak diberi pelajaran setelah kejadian itu."

"Park Seonghwa, apa yang salah denganmu akhir-akhir ini?" Hongjoong menekan nada bicaranya, ia menghempas dokumen itu ke meja. "Kenapa membelanya? Kau tertarik pada bokong sintal miliknya? Kau ingin mengobrak-abrik lubangnya juga?"

"Joongie-!"

"KAPTEN, SEONGHWA!"



Hening. Napas Hongjoong menderu. Ia sebetulnya juga tak menyangka kata itu akan keluar dari mulutnya. Ia tahu Seonghwa tak mungkin berpikir begitu. Namun semua keadaan ini terlalu menyesakkan.

"Aku tidak tahu begitulah caramu melihatku, Kapten."

Demikian final Seonghwa sebelum meninggalkan Hongjoong sendiri.

***

BRAK!

"Ah- Kamjagiya!"

Yunho terlompat dari kursi ketika ada yang mendobrak ruang kerjanya. Oknum itu adalah Jung Wooyoung.

"Ya, berikan aku semua informasi yang kau tahu tentang San."

Benar, Yunho adalah orang yang bertanggungjawab atas pengamatan yang dilakukan pada San. Ia berhak melempar pertanyaan, mengamati, bahkan melakukan sesuatu pada San jika perlu.

"Apa yang akan kau lakukan?"

"Aku? Menyalamatkan kelompok ini dan San."

Yunho menghela napasnya, "Keras kepala sekali."

Wooyoung melempar tatapan angkuh. "Kenapa? Ada masalah dengan itu?"

"Tidak, hehe. Itu yang kusuka darimu." Yunho meraih beberapa kertas lagi. Wooyoung mengernyitkan kening, kembali bertanya, "Apa maksudmu?"

"Aku benci mengatakan ini, tapi bisa dibilang aku sepemikiran denganmu sekarang, Jung. Jika kita berhasil menemukan obat untuk segala wabah ini karena San, aku yakin ini akan sangat berdampak baik bagi masa depan kita."

Ya, selain rajin dan telaten, Yunho juga jenius.

"Wah, kau benar-benar temanku. Nanti, setelah San sembuh, ayo lakukan threesome. Aku akan bertanya pada San juga nanti," ucap Wooyoung enteng.

Yunho terdiam. "Kau bercanda..." Ia menggelengkan kepalanya kuat, "astaga orang-orang sudah benar-benar gila."

Wooyoung terkekeh pelan. "Baiklah, apa rencananya?"

"Mm, begini. Seperti yang kau tahu, dalam kisaran 3 hari, San perlu makan sesuatu. Namun aku masih belum tahu pasti apa yang ia perlukan pada tubuh manusia untuk dikonsumsi. Mungkin seperti sebuah zat-zat khusus tapi entahlah. Aku perlu waktu untuk meneliti itu, jadi bantu aku mengulur waktu. Untuk saat ini, kurasa kita perlu mencari daging-daging hewan seperti rusa atau apapun."

"Ah, oke. Semoga saja mereka belum punah."

"Semoga saja. Aku pernah dengar ada sebuah peternakan di sudut kota, tapi aku tak yakin apa hewan-hewan itu masih bertahan atau tidak."

Wooyoung mengangguk mengerti.

"Untuk saat ini, kita ikuti saja rencana Hongjoong. Bilang kalau kau setuju untuk mengorbankan San, dengan begitu San tidak akan diusir lagi dari sini. Semua orang akan bergantung padanya."

***

Setelah setengah tahun menghilang akhirnya aku kembali xixixi maaf yaa. Doain aku punya semangat buat update guys. Rlku udah padet banget ini 👎 aaaaaa

Anyways, coba tebak deh chapter selanjutnya bakal ngapain >>

Pinuyer yaak

Borderland 🔞Where stories live. Discover now