S E M B I L A N

1.1K 46 3
                                    

༻🌹༺

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

༻🌹༺

"JENO! LO APAIN NANA?!"

Pekikan nyaring Yuqi menggelegar di penjuru kelas star-one. Jeno dengan cepat menggeleng sembari mengangkat kedua tangannya, seperti seorang pencuri tertangkap polisi.

"Sumpah! Gue nggak ngapa-ngapain! Dari gue jemput di perusahaan keluarganya, Nana udah nangis nggak jelas."

Yuqi menarik kerah Jeno, mengisyaratkan lelaki itu untuk bangkit dari bangkunya lalu dia duduk di sebelah Nana dan mengusap punggung bergetar gadis itu.

"Lo seriusan nggak tau apa-apa?" tanya Lucas setelah Jeno berdiri di sebelahnya.

"Sumpah nggak tau, tapi feeling gue sih sama Mamanya lagi," jawab Jeno sembari agak berbisik.

Jeno ingat betul kejadian saat SMP. Waktu itu dia main ke rumah Nana dan gadis itu tidak sengaja memecahkan gelas yang berisi es jeruk untuk Jeno. Sena marah dan menyuruh Nana membersihkannya, tapi berujung dengan jemari Nana yang tergores dan Jeno membantu mengobatinya.

Bukan hanya itu, Sena juga sering memarahi Nana tanpa sebab, tak peduli saat ada tamu atau tidak, seolah menjelekkan Nana adalah hobinya.

Saat itu mereka masih kecil, Jeno tidak berdaya untuk membela Nana, namun sekarang keadaan sudah berbeda, Jeno berjanji pada dirinya sendiri untuk melindungi gadis yang disukainya itu apapun yang terjadi.

🦋

Taeyong sudah rapi dengan setelan jas. Dia dan Sena akan makan siang bersama dengan kerabat Sena sekaligus gadis yang dijodohkan dengannya.

Kedua tangan Taeyong terkepal kuat, rasanya dia ingin meninju kaca di depannya. Dia menyesal telah mengambil keputusan hanya karena api cemburu.

Taeyong memantapkan keputusannya dan langsung menghampiri Sena di ruang tengah.

"Ma, aku nggak mau ikut makan siang bareng kalian," ucap Taeyong to the point.

Pandangan Sena seketika beralih dari ponsel di tangannya, menatap Taeyong tak suka. "Apa-apaan kamu ini?! Mama sudah janjian sama calon mertua kamu dan ini nggak boleh dibatalkan."

"Tapi Taeyong nggak menginginkan perjodohan ini, Ma!"

"Perjodohan ini harus tetap terjadi! Ini akan menguntungkan kedua belah pihak, terutama perusahaan keluarga kita yang beberapa tahun belakangan melarat karena kasus narkoba Papa kamu!" ujar Sena penuh penekanan.

"Aku janji bakal perbaiki keadaan perusahaan kita, Ma, tanpa ngelakuin perjodohan ini!" ujar Taeyong tak kalah menyakinkan, tapi Sena tak menanggapi karena ponselnya tiba-tiba berdering.

"Halo, Irene?"

"Halo, Sena. Aku sama anakku otw ke restorannya."

"Oh, oke. Aku sama Taeyong otw juga. Sampai jumpa di sana." Sena mematikan panggilan tersebut lalu menoleh pada Taeyong.

Brother [✔️]Where stories live. Discover now