T I G A E N A M

374 28 6
                                    

Tak terhitung berapa lama Taeyong berdiri mematung menatap keluar jendela, yang pasti dia berharap sebuah keajaiban akan terjadi di detik-detik terakhir ini.

Tok! Tok!

"Kakak..."

Kesadarannya tersadar mendengar suara tersebut. Kedua matanya terpejam dengan kedua tangan terkepal kuat.

"Mama Sena bilang sepuluh menit lagi kita berangkat."

Tak mendapatkan respon, Nana menghela napas. "Kakak gak boleh begini. Kasian keluarga kak Yeri yang udah nunggu setengah jam di villa."

Nana mengetuk untuk kedua kalinya. "Nana mohon kak... Ayo keluar."

"Kalo kamu dateng kesini karena disuruh mama Sena untuk ngebujuk kakak, maka percuma. Kakak gak akan keluar!" tegas Taeyong dengan intonasi tinggi.

Perkataan Taeyong membuat Nana terkejut, entah itu tebakan belaka atau bukan, yang pasti kedatangan Nana kesini memang disuruh Sena sebab wanita itu percaya hanya Nana yang bisa membujuk sang putra.

Menarik napas panjang, gadis itu memberanikan diri untuk menjawab lantang. "Kalo begitu, Nana juga gak akan pergi dari sini! Nana akan terus ganggu kakak biar mau keluar!"

Tok! Tok! Tok!

"Ayo keluar, kak!"

Tangan mungilnya terus-menerus mengetuk pintu di depannya karena dia tau itu akan sangat mengusik Taeyong. Dia tidak peduli apa konsekuensi yang akan dia dapatkan, fokusnya hanya pada permintaan sang mama untuk membawa kakaknya keluar kamar.

Ceklek!

Nana memberhentikan tangannya di udara saat pintu itu akhirnya terbuka lebar. Menampakkan pemuda tampan dengan hiasan maskulin dan terbalut tuxedo hitam.

"Kakㅡ"

Taeyong tak memberikan Nana kesempatan untuk berbicara. Dia langsung menarik gadis itu masuk ke kamarnya, menghimpitnya di belakang pintu lalu membungkam mulut mungil Nana dengan bibirnya.

Nana mencoba menjauhkan Taeyong dengan mendorong dada kekarnya, tetapi Taeyong justru mencengkram kedua tangannya hanya dengan satu tangan, diangkat ke atas kepala Nana lalu menarik tengkuk Nana dan kembali menciumnya.

Pada akhirnya, Nana luluh pada kehangatan yang muncul di hati kecilnya dari lumatan lembut dari sang kakak. Merasakan balasan dari Nana, Taeyong melepaskan cekalannya pada kedua tangan Nana, yang kemudian digunakan gadis itu untuk memeluk leher Taeyong erat.

Taeyong melepas ciumannya, obsidian legamnya menatap Nana dengan mata berkaca-kaca. "Kakak gak mau pisah sama kamu... Kakak gak mau kamu dimiliki orang lain, Na..."

Dia menangkup kedua pipi Nana. "Ayo, kita kabur dari sini dan hidup di tempat lain. Tabungan kakak banyak kok, cukup untuk kita hidup berdua di luar sana. Kakak juga bakal kerja supaya kehidupan kita terpenuhi, mau, ya?"

Air mata Nana menetes begitu saja melihat tatapan dan lirihan suara Taeyong yang bergetar. Ini pertama kalinya dia melihat sang kakak sangat putus asa.

Nana menggeleng pelan. "Di dalam perut kak Yeri, ada anak yang gak bersalah yang butuh ayahnya, Kak."

"Tapi dia bukan anak kakak, Na!"

"Tapi bukti tes DNA-nya sudah jelas, Kak!" seru Nana cepat. "Beginilah faktanya dan kakak harus terima..."

Taeyong menggeleng, ada banyak kata yang ingin dia keluarkan untuk membela diri, tapi semuanya tak bisa dia keluarkan mengingat dia gagal mencari bukti. Pemuda itu mulai terisak seraya menyatukan keningnya dan Nana.

Brother [✔️]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang