Tujuh

462 58 17
                                    

Yelina tak kunjung bisa memejamkan matanya malam ini. Kejadian beberapa jam yang lalu, masih terekam jelas dibenaknya. Bisa-bisanya dia terlena oleh perlakuan Ares. Yelina menyesalinya.

"Ngapain lo bawa gue ke sini?" Yelina menatap Ares dengan waspada. Ares membawanya ke salah satu kamar hotel di tempat acara reuni mereka. Yelina menyapu pandangannya ke seluruh isi kamar. Dia melihat ada ransel pria di dekat tempat tidur yang sekarang tengah didudukinya. Sepertinya, Ares akan menginap di hotel ini.

"Menurut lo ngapain?" Ares menaik-turunkan alisnya sembari menyeringai.

Yelina langsung menyilangkan kedua tangannya di depan dadanya ketika Ares menundukkan kepala tepat di depan wajahnya.

"Jangan macam-macam lo!"

"Nggak kok, cuma satu macam aja."

"Res, jangan kayak gini. Gue bingung, lo itu maunya apa, sih? Bukannya lo tadi sama Manda? Ngapain sekarang bawa gue ke sini? Lo mau having fun, 'kan? Kenapa nggak sama Manda aja? Mantan terindah lo itu."

Ares terkekeh memperhatikan ekspresi wajah Yelina ketika berbicara mengenai Amanda.

"Lo cemburu?"

"Gue? Cemburu? Enggak tuh!" Yelina memalingkan wajahnya ke arah lain.

"Masa?"

"Hmmm."

"Ya udah. Entar gue ajakin Manda nemenin gue nginep di sini."

"Terserah lo."

Yelina bangkit dari atas kasur. "Gue mau pulang. Calon suami gue pasti nyariin." Yelina merasakan jika ponselnya bergetar dari tadi. Saat akan memasuki lift tadi, listriknya sudah nyala kembali. Namun, Yelina memilih untuk mengabaikannya.

Melihat ekspresi Ares tadi yang tampak serius dengan ucapannya jika Yelina berani memberontak atau mengangkat telpon dari Arya.

Baru hendak melangkahkan kaki, langkah Yelina terhenti ketika merasakan pelukan Ares pada pinggangnya.

"Gue nggak pengen Manda atau siapa pun saat ini. Gue cuma butuh elo, Lin. Apa sesusah itu buat ngomong lagi sama gue, Lin? Bahkan, gue mesti culik lo dulu agar kita bisa bicara."

Ares tersenyum miris. "Lo abaikan semua telepon dan chat dari gue. Apa gue salah nyatain cinta sama sahabat gue sendiri? Itu yang bikin lo menghindar dari gue?"

Lo nggak salah, Res. Hanya saja, waktunya enggak tepat. Gue udah mau menikah sebentar lagi.

Yelina ingin menyingkirkan tangan Ares dari pinggangnya, namun tangan pria itu semakin erat melingkari pinggangnya. Dengan gerak cepat, Ares membalikkan tubuh Yelina.

"Lima menit aja, tolong biarin seperti ini.”

Yelina terdiam. Dibiarkannya pria itu memeluknya erat, tanpa membalas pelukannya. Yelina tak mengerti apa yang dirasakannya saat ini. Apakah rasa itu masih ada? Entahlah, Yelina mendadak pusing.

Lo benar-benar nggak ada rasa lagi sama gue, Lin?"  tanya Ares sendu. Ares sadar, Yelina sama sekali tidak membalas pelukannya. Apa dia terlalu percaya diri waktu itu? Menganggap Yelina masih ada sedikit rasa untuknya. Berharap wanita itu membatalkan acara pernikahannya demi dirinya.

Selama ini, Ares selalu mendapatkan wanita mana pun yang dia mau. Untuk Yelina, nampaknya tidak semudah itu meluluhkan hati wanita itu.
Perlahan, Ares mengurai pelukannya. Dia menangkup wajah Yelina dengan kedua tangannya.
"Gue pengen dengar untuk terakhir kalinya. Bilang kalau lo nggak cinta sama gue!"

Someone Who Came From the Past (TAMAT) Where stories live. Discover now