16. Konser

1.3K 219 0
                                    

Happy readin' all!

Jangan lupa buat vote and comment! Biar aku semakin semangat lagi nulisnyaa

.

.

.

Jujur saja, sebelum ini mereka--anggota band sekolah--belum pernah tampil dipanggung umum. Tapi karena ulang tahun sekolah dalam kombinasi angka yang spesial, konser mereka yang internal diubah menjadi eksternal. Semua orang dapat melihat mereka tampil di tengah lapangan bola, depan sekolah mereka. Jaemin saja tangannya berkeringat, apalagi Haechan yang sekarang mulai berbicara sendiri seperti orang kesetanan. Di antara mereka semua, yang paling kena mental sekarang ya, Haechan.

"Astaga! Ntar kalo suara gue nge-crack gimana, anjir?!"

"Lu kalo teriak-teriak sendiri sekarang, justru bakal bikin suara lu nggak fit nanti!" tukas salah satu senior yang dulunya merupakan anggota band.

Haechan memang biasa menyanyi. Tapi kali ini yang menonton benar-benar banyak! Konser sekolah mereka memang banyak ditunggu oleh orang-orang. Dari luar sekolah saja banyak yang rela menonton, apalagi dari alumni. Biasanya kan, Haechan cuma menyanyi di depan teman-teman sekolahnya.

"Tapi tandingannya gue sama GS (guest star), Anjeer!

"Gilak, mana gue nyanyiin lagunya mereka lagi!"

"Lu mending sekarang pemanasan, gih. Kalian tampil pertama, kan? Dua lagu," celetuk Hyunjin yang menjadi LO untuk mereka.

Sebenarnya Hyunjin juga sempat mendumal kalau dia diberi tugas tak sesuai jobdesc. Sekretaris, tapi diberi tugas humas dan bendahara. Katanya, 'Kamu kan gabut pas hari-H. Mending sekalian nyemangatin temen-temen kamu.'

Taek.

'Gue gabut dari mananya, pala berbi?'--Hyunjin, 17 tahun. Ngakunya sibuk.

Mendengar kalau mereka tampil di awal, Jaemin langsung menyeletuk, "Loh, berarti bisa ikutan nonton konsernya dong kita?" Hyunjin--dengan segepok kertas, langsung memukul kepala temannya itu. "Lu dengerin nggak sih TM kemaren?!"

Sebagai teman yang baik, Haechan membantu temannya dengan menertawai plus mengolok Jaemin. "Makannya, kemaren TM ikut!

"--Nggak malah cipokan di ruang Pak Jeno," bisik Haechan pelan. Teramat pelan sampai hanya Jaemin yang bisa mendengar di tengah keributan panggung di depan sana. Sementara orang yang dibisiki, hanya menabok kencang lengan Haechan. "Gue nggak cipokan ya, anjing!"

•••

"Wuih, Bapak Guru!"

"Hormat! Hormat sama Pak Guru!"

Jeno hanya tertawa menanggapi guyonan dari teman-teman sekelasnya dulu. Sesekali dia bakal berlagak seperti sedang menghukum mereka, lalu tertawa bersama-sama. Sudah lama mereka tak berkumpul begini. Jarang-jarang mereka semua bisa berkumpul dengan lengkap, saat reuni sekalipun.

Langit makin menggelap, mungkin sebentar lagi acaranya akan dimulai (berdasar rundown yang diberikan panitia). Suasana seperti ini mengingatkan dia ketika masih SMA. Teman-teman mereka semuanya juga sama, bernostalgia sambil sesekali membicarakan penonton konser--umum--yang datang. Terutama yang perempuan.

Jangankan anak-anak muridnya, teman-teman Jeno saja, yang sudah tak terisolasi dari keberadaan perempuan, masih suka heboh sendiri kalau melihat perempuan cantik. Walau (mungkin) hampir setengah kelas sendiri sekarang sudah membawa gandengan. Ada beberapa yang bahkan sudah menggendong anak. Melihat itu, ada sepercik perasaan iri di hati Jeno.

"Pak Guru, kapan nikah?" celetuk salah satu teman Jeno. Yang lain langsung tertawa, atau balik bertanya, dan lain-lain. Jeno sendiri, hanya tertawa canggung dan berusaha agar tak terlihat mencurigakan.

'Gue nikah kalo bisa, anjir.'

MC acara mulai berbicara dan menyapa para penonton. Dia dan teman-temannya bergerombol mencari tempat, menyelip di tengah-tengah kerumunan yang siap menikmati konser. Tapi, salah satu teman--Joni--merangkulnya dengan tiba-tiba dan langsung bertanya, "Eh-eh, Jen! Gimana?"

Jeno agak kaget, mendadak tolol. Dia tak tahu apa yang dimaksud dengan 'gimana' atau apa yang sedang dibicarakan. Dia bahkan masih terkejut dengan kedatangan orang itu yang tiba-tiba. Tapi, kalau soal cewek-cewek yang pernah dia jodohkan dengannya, bukankah mereka sudah tertolak sejak lama? "Ini gimana apanya?"

Suara mereka tenggelam di antara ributnya musik yang dimainkan. Butuh beberapa menit--sekitar satu lagu--agar mereka bisa keluar dari lautan manusia di sana. Satu lagu wajib yang selalu dinyanyikan tiap perayaan ulang tahun sekolah.

"Yak, terima kasih buat semuanya yang udah ikut ngeramein lagu pertama, 'Selamat Ulang Tahun' tadi."

Suara Haechan tadi, mengalihkan perhatian Jeno. Tanpa sengaja matanya menangkap sesosok laki-laki yang sedang dikerubungi banyak perempuan. Jantung Jeno serasa berhenti ketika melihat orang itu.

"... Lagu kedua yang mau kita bawain adalah..."

Jeno benar panik sekarang. Itu Arthur. Mantan pacarnya. Kenapa bisa di sini?!

"J-Jon, gue kudu ke backstage. Ada urusan. Penting banget," ucap Jeno yang langsung pergi menjauh, sambil menutupi wajah dengan kertas rundownnya. Sayang, eksistensinya terlanjur terdeteksi oleh laki-laki tadi. Arthur langsung menerobos kerumunan orang yang ingin berfoto dengannya, sementara Jeno semakin cepat-cepat berusaha masuk ke dalam gedung sekolah.

"JE-"

"...Mungkin Bila Nanti, yang dipopulerkan--"

"Jeno! Glad to see you here!"

Sial, Jeno tertangkap.

Hellaw Pak Jewno Semwok [JAEMJEN]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang