33. Ribut

948 153 1
                                    

Hey yo eperibadiih! Happy reading eperibadih!!
.

.

.

"Ibuk... gimana caranya aku bisa tau?" tanya Jaemin sambil memijit keningnya. Mereka masih membicarakan persoalan yang sama.

Ibu Jaemin menggelengkan kepalanya. Bahunya terangkat, pun dahinya mengerut. "Ibuk nggak akan boong. Ibuk juga nggak tau," tukasnya.

Memahami jika sedang jatuh cinta saja sulitnya minta ampun. Sekarang justru ada hal lain lagi, lebih abstrak pula. Jaemin bukan pujangga, yang bisa bersyair soal cinta, hidup, dan dunia. Dia ini cuma anak remaja yang sedang bingung dan jatuh cinta.

"Ibuk... jangan bikin aku tambah pusing," gerutu Jaemin sambil memanyunkan bibirnya. Lalu berikutnya, dia sudah menelungkupkan kepala di atas meja makan lagi.

Melihat itu, ibu Jaemin hanya tertawa sendiri. Dia jelas tahu kalau anaknya itu tak akan paham. Paling tidak sekarang. Sebagai seorang ibu, dia hanya tak mau anaknya jatuh sampai tersakit-sakit.

"Yang penting ibuk udah nyampein ini ke kamu."

Jaemin tiba-tiba mendongak. Matanya agak membola dan bergulir ke kanan dan kiri. Bibir agak mengerucut, tapi tak sampai mirip bebek. Sepertinya dia sedang memikirkan sesuatu.

"Ibuk," panggilnya. Ekspresi wajahnya masih sama seperti tadi. "Ayah kok kemarin balik ke Semarangnya mendadak banget?"

Kali ini wanita itu yang seperti dikejutkan. Dia sekarang hanya membuka mulut, tapi tak ada kata-kata apa pun yang keluar. Terlebih lagi, matanya juga berlarian tak menentu. Persis seperti Jaemin ketika bingung.

Tok... tok... tok...

"JAMET! MAEN YUK!"

Perhatian mereka berdua langsung teralihkan begitu mendengar suara Haechan. Ini sudah malam, tapi anak itu malah teriak-teriak. Jaemin sendiri hanya bisa cengengesan waktu melihat ekspresi ibunya.

"Biar ibuk aja yang bukain. Sekalian mau ibuk marahin Echan," ucap wanita itu sambil beranjak dari kursinya. Jaemin hanya tertawa-tawa kecil sambil membuntuti ibunya dari belakang. Berniat untuk menonton dari jauh aksi yang akan dilakukan oleh sang ibu.

"JAMET--E-eh?! Eh Tante. Hehe..."

Jaemin berusaha biar tawanya tak meledak. Melihat ibunya yang sedang bersedekap dada sambil menatap ke arah Haechan. Dia tak tahu bagaimana ekspresi ibunya bisa sampai membuat temannya itu mendadak kalem.

Dari belakang, Jaemin bisa melihat Hyunjin yang sedang menahan tawa. Sementara Haechan sekarang cengengesan sambil berusaha menyalami tangan ibu Jaemin. Sayup-sayup dia bisa mendengar kalau Haechan sedang meminta maaf, dan ibunya yang memberi ceramah singkat.

"Besok-besok pake toa sekalian, nggak apa kok," canda ibu Jaemin sambil tertawa kecil.

"Nanti tetangga-tetangganya Tante jadi tau lho kalo anaknya jamet," balas Haechan yang langsung dicubit oleh Hyunjin.

"Lu udah dimaapin malah ngelunjak!--maapin dia ya, Te? Emang akhlakless dia," ucap Hyunjin sambil menyalami tangan ibu Jaemin.

Setelah cukup lama hanya mengintip ibu dan teman-temannya di depan pintu, Jaemin akhirnya berjalan mendekat. Muncul secara tiba-tiba di belakang ibunya. Lalu menyapa teman-temannya dengan senyuman sumringah, terutama ke arah Haechan.

"Apa lu senyam-senyum?" ketus Haechan saat melihat Jaemin.

"Oh gitu... Njin, masuk yuk! Lu sendirian ye, kan? Nggak bawa temen?" ucap Jaemin sambil berpura-pura tak melihat Haechan.

"Iya, nih. Perasaan tadi gue ke sini bareng Echan deh. Jatoh kali ya di jalan?" Hyunjin juga ikut-ikut dengan drama Jaemin. Berlagak seperti sedang mencari kancing jatuh di lantai.

Haechan sendiri hanya bisa menahan emosi. Masih ada ibu Jaemin di situ. Kalau dia kelepasan mengucapkan kata-kata kotor, bisa-bisa nanti dia ditatar oleh wanita itu. Galak ibu Jaemin itu 11 12 dengan ibunya sendiri, ngomong-omong.

"Serah. Gue pulang," balas Haechan sambil berbalik badan.

Melihat itu, Jaemin dan Hyunjin langsung mengangkat tangan mereka. Melambai-lambaikan dengan pelan, sambil berkata, "Ok, bye-bye!"

"Ah! Tanteee~ bantuin Echan dong," kali ini Haechan beralih merengek kepada ibu dari temannya itu. Ibu Jaemin sendiri dari tadi hanya tertawa-tawa sendiri melihat tingkah anak-anak muda itu.

"Udah-udah! Semuanya masuk aja. Keburu dingin di sini," ucap wanita itu masih sambil tertawa-tawa.

Setelah Hyunjin dan Haechan masuk, Jaemin langsung menghadap ke arah ibunya. Memegang punggung tangan wanita itu sebentar, lalu menatap matanya lagi. "Ibuk nggak kedinginan, kan?"

"Nggak kok," jawab wanita itu sambil menggelengkan kepala. "Udah sana. Temen-temen kamu ajak ke atas. Ibuk juga mau tidur. Udah malem."

Hellaw Pak Jewno Semwok [JAEMJEN]Where stories live. Discover now