Chap 4 | Bermain di kantor.

684 85 15
                                    

Pagi indah di awali sarapan lezat di temani aroma wangi tea rose yang selalu menjadi andalan keluarga Bhagaskara

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Pagi indah di awali sarapan lezat di temani aroma wangi tea rose yang selalu menjadi andalan keluarga Bhagaskara. Dinginnya pagi masih merengkuh kuat tubuh mereka. Senin telah tiba maka waktu telah mengatakan jika aktivitas hari ini telah menunggunya.

Sebelum masing-masing berada di tujuan, setelah selesai sarapan mereka sibuk menyiapkan peralatan sang bayi yang masih tertidur pulas namun tubuhnya sudah wangi dan pakaian telah berganti. Apalagi jika bukan Theo yang mengusulkan Azkandra untuk ikut bersamanya ke kantor karena jika di titipkan pada orang lain tentu Theo sendiri sangat tidak yakin.

Dalam satu tas besar ini maka siaplah sudah perlengkapan bayi milik Azkandra. Seperti baju, popok, mainan dan susu ada di dalamnya karena Theo tidak tau apa saja yang di butuhkan saat bayi di bawa pergi.

“Kak, ayo pergi. Ini udah mau jam setengah tujuh,” ajak Saddam melihat jam dinding cream disana.

Theo mengangguk lalu menghampiri satu bayi yang terbangun kecil akan pergerakannya, “Ndra... ayo bangun,” lembutnya menepuk pelan tubuh itu hingga dua kelopak mata terbuka lalu mengerang.

Berulang kali mulut Azkandra mengecap dan berakhir dalam gendongan. Saddam sebagai adik yang baik tentu membawakan tas agar mempermudah sang kakak. Mereka keluar menuju parkiran apartemen, sedari tadi mata Azkandra terbuka lalu tertutup saat ia melihat hal aneh belum pernah di temui.

Sinar mentari tampak semakin jelas. Setelah menaruh tas di bagasi mobil, Saddam mengambil alih untuk mengambilnya dan membiarkan Theo fokus menyetir tetapi Saddam langsung menahan tangan kekar milik Theo.

“Kak... ini kalau aku udah sampai di sekolah terus Kandra sama siapa?”

Theo juga terdiam akan perkataan adik kandungnya, sepertinya Theo akan membeli kursi mobil untuk bayi agar mudah. “Kakak yang urus, kakak bisa kok pakai satu tangan.”

Saddam mengerti akan hal itu hanya menggangguk ria, “Jangan malah tebar pesona sama emak-emak ya Kak,” kikiknya kecil.

“Abang mu masih lama mau nikah dek lagi pula jodoh masih semu-semu.”

Mobil kini bergerak dari tempat parkiran. Jakarta memang tidak luput dari kemacetan namun beruntung Theo dapat menghindarinya dan mengambil jalan tikus yang hanya beberapa orang saja ketahui. Azkandra benar-benar terbangun sesekali tertawa riang melihat sosok mengayuh sepeda dengan banyaknya balon terikat, sementara Saddam masih di selemuti kantuk tiada henti akibat permainannya tadi malam.

“Adam...”

Mereka saling meoleh secara cepat. Tidak lain dan bukan bayi yang menatap Saddam masih mengucapkan kalimatnya, “akak..” diakhiri tawa geli.

Theo kagum dan memuji berulang kali, “Coba bilang kakak, kakak Saddam..”

“Acam...” ikutnya.

Saddam merotasi, “Saddam bukan Acam, kak dia sebenarnya udah bisa jalan.”

“Udah?” kaget Theo mendengarnya.

I'm A Father RN?! • Taeyong ft JisungWhere stories live. Discover now