chap 6 | Sama.

497 73 13
                                    

"Pagi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Pagi..."

Melihat ruangan kosong, hanya di isi oleh satu pria dengan mata tajam, khas miliknya. Terdengar tawa dari Azkandra mengisi keterkosongan ruang divisi.

"Gak usah kaget, mereka telat." Rangga kembali meneguk pelan kopi dan siap bekerja di depan komputer saat ini.

Theo menghela nafas, "Udah siang masih telat?" ia sama sekali tidak percaya atas fenomena, terlambat serempak.

Kapan lagi di ruang divisinya bisa melihat seperti ini. Kembali menutup ruangan, ia menaruh Azkandra pada ranjang bayi yang sudah tersedia lalu melewati Rangga tuk duduk pada meja kerjanya.

"Lo udah lama datangnya?" tanya Theo basa-basi.

Rangga menggeleng, "paling sekitar lima menit. Gimana pemasarannya?"

Sejenak Theo menyandar pada kursi empuk, menatap Azkandra dari kejauhan. "Lumayan bagus, kita harus cari pasaran yang lebih beda."

"Cuman pemikiran random mereka yang jalan."

Siapa lagi jika bukan barisan telat hari ini. Jika pemasaran mereka sangat menarik dan di luar nalar maka pencetus ide tersebut adalah mereka, bahkan dalam debat, trio waras mungkin akan mengalah.

Kembali pada Theo, dua kelopak matanya tampak memancarkan kelelahan, Rangga sadar akan itu membuat benaknya bertanya-tanya. Berulang kali Rangga berpikir sebelum bertanya namun tampaknya sang sahabat kelelahan menjaga sang anak.

"Lo kenapa Yo," tanyanya di hantui rasa penasaran.

Dua bola mata mengerling, "Cuman kecapean aja. Semalam mimpi gue aneh," jujurnya berterus terang.

Dahi Rangga mengerut tanda meminta jawaban lebih maka Theo kembali melanjutkan jalan ceritanya, "Ya. Mimpi bayangan tapi gitu."

"Oh mimpi buruk?" anggap Rangga enteng.

"Bukan!" sanggahnya cepat. Theo menatap serius dimana sang sahabat mulai beranjak ketika Azkandra memanggilnya, "Kayaknya orang yang punya hubungan sama dia. Toh dari malam itu juga si Azkandra terus nangis, gue juga gak tau."

Rangga mendekati box baby, "Gue kira lo mimpi buruk tapi kayaknya di kasih petunjuk."

Azkandra tertawa senang, "Enyong!" (Gendong.)

Anak kecil beraroma ciri khas bayi pada umumnya, Rangga angkat sembari mencium pipi gembul. Melihat secara saksama sembari mendengar Theo terus bercerita, ada rasa aneh pada satu bayi lelaki manis ini. Dua bola mata jernih masih sangat polos terus berkedip lucu.

I'm A Father RN?! • Taeyong ft JisungTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang