32 || Seni Seviyorum

7.4K 537 44
                                    

Selamat malam para kaum halu. Apa kabar kalian malam ini?
Jangan lupa jaga kesehatan biar tetap beraktivitas.

Happy Reading.
Jangan lupa vote dulu sebelum baca

.
.
.
.

"Hallo, babang Yoga yang ganteng datang ...!" seru Yoga saat membuka pintu utama rumah Satria. Sementara Ardan yang berjalan di belakangnya tanya bisa menggeleng melihat tingkah manusia di depannya.

"Kalian kapan baikan? Bukannya waktu itu lagi musuhan?" Ardan mendudukkan bokongnya di samping Alta yang tengah bermain ponsel.

"Siapa yang musuhan, perasaan gue baik-baik aja," celetuk Satria. Sontak saja Ardan dan Yoga langsung melempar tatapan mengejeknya.

"Tapi buktinya wajah Alta sampe penyok tuh kena hantam tangan lo!" celetuk Yoga yang langsung membuat Alta maupun Satria menoleh ke arahnya.

"Muka ganteng gini dibilang penyok!" Alta memasang wajah datar tidak terima jika wajahnya yang tampan paripurna tiba-tiba dikatakan penyok.

"Emang faktanya gitu, waktu itu lo nggak masuk sekolah sehari. Dan waktu gue DM Om Kenzo, dia bilang wajah lo lebam gara-gara dipukul Satria," celetuk Ardan ikut membuka suara yang seketika membuat Alta diam karena ucapan Ardan memang benar adanya.

"Serius lo sampe nggak masuk sekolah?" tanya Satria kini mengarahkan pandangannya pada Alta, menatap sahabatnya penuh sesal.

"Nggak papa, kok. Santai aja, gue paham situasi lo saat itu. Mungkin kalo gue ada di posisi lo, gue juga bakal ngelakuin hal yang sama." Alta tersenyum simpul, ia meraih salah satu kaleng minuman soda kemudian meneguknya sedikit membasahi tenggorokannya yang kering.

"Sorry," lirih Satria.

"Nggak papa."

Keempat cowok itu berbincang dan sesekali tertawa, saling melempar kulit kacang hingga mengenai wajah masing-masing.

Namun, suasana mendadak senyap saat tiba-tiba suara Alena terdengar. Sontak saja Yoga dan Ardan langsung menoleh ke sumber suara. Kedua cowok itu terkejut melihat keberadaan Alena, karena satahu mereka gadis itu sudah pindah ke Singapura beberapa minggu yang lalu.

"Bang Satria," panggil Alena. Gadis yang memakai piyama bergambar panda itu mendudukkan bokongnya tepat di samping Satria.

"Kenapa?" tanya Satria.

"Lampu di kamar mandi, Lena mati. Nggak tau kenapa, mungkin udah kelamaan nggak diganti," beri tahu Alena, ia menoleh ke arah Alta yang duduk tepat di hadapannya, mereka hanya dipisahkan oleh kursi sofa.

"Ya udah, nanti diganti," ucap Satria.

"Tapi, Lena pengen mandi, kamar mandi Lena gelap nggak ada lampu," cicit Alena.

"Pake kamar mandi, Abang aja dulu."

"Ya udah." Alena bangkit dari duduknya, gadis itu kembali melangkah menaiki anak tangga meninggalkan keempat cowok tersebut.

"Heh, itu tadi beneran, Alena?" Yoga membuka suara setelah bayangan Alena menghilang dari pandangannya.

"Iya, itu emang Alena," jawab Satria santai.

"Loh, bukannya waktu itu lo bilang kalo Alena pindah ke Singapura?" tanya Ardan penasaran.

Satria langsung mengarahkan pandangannya pada Ardan hingga beberapa detik setelahnya, Satria tertawa renyah.

"Sebenarnya gue tuh sengaja bilang kek gitu, soalnya gue mau ngetes Alta, dia beneran nggak ada rasa atau bohong sama perasaannya sendiri ke Alena!" ucap Satria, sementara Alta malah memalingkan wajahnya ke arah lain sembari menutup wajahnya karena malu.

Galaksi Altair [END]Where stories live. Discover now