41 || Ada Apa Dengan Davin?

5.1K 416 57
                                    

Happy Reading.
Jangan lupa vote and komen banyak-banyak.
.

"Ardan, tangkap!"

"Anak anjing!" Satu umpatan berhasil keluar dari mulut Ardan saat sebuah bola basket mendarat tepat di kepalanya.

"Aelah, telat lo!" sungut Yoga.

"Ya lo begok. Ngapain bawa bola ke kelas?!" Ardan melempar pulpen yang dipegangnya ke arah Yoga. Namun, dengan sigap Yoga menghindar membuat pulpen itu akhirnya mendarat di papan tulis.

"Gue disuruh Gugun!" tunjuk Yoga polos membuat Gugun yang merasa namanya disebut lantas menoleh.

"Nggak usah bawa-bawa nama gue, babi!" kesal Gugun pasalnya sedari tadi cowok itu hanya diam di pojok kelas tanpa berbuat apapun.

Yoga melenggang pergi dari kelas tanpa memperdulikan ocehan Ardan dan juga Gugun. Kelas dua belas IPA-2 sedang jam kosong membuat kelas tersebut menjadi pasar dadakan.

Yoga mendudukkan bokongnya pada kursi yang berada di depan kelas sembari bermain ponsel

"Lo ngapain di sini, Jamal?"

Yoga mendongakkan kepalanya dan menemukan Alta yang datang entah dari mana.

"Lah lo ke mana aja baru nongol?"

"Kepo!" Alta melenggangkan kakinya memasuki kelas yang benar-benar ramai. Para pelajar cewek lebih memilih bergosip ria di pojok kelas. Sementara pelajar cowok melakukan banyak hal.

"Habis dari mana lo?" tanya Ardan saat Alta duduk tepat di sampingnya.

"Ruangan Pak Jaya," jawab Alta. "Guru belum masuk?" tanyanya.

"Jamkos," ucap Ardan.

Alta mengangguk pelan, ia menyandarkan tubuhnya pada sandaran kursi dan memilih bermain ponsel.

"Kemarin gue ketemu sama Davin," ucap Ardan. Sontak saja Alta yang mendengarnya langsung menoleh dengan sebelah alis terangkat.

"Di mana?" tanya Alta penasaran. "Tapi, dia nggak nyari masalah, 'kan sama lo?" sambungnya.

"Dia malah nyapa gue, anjir!" ucap Ardan.

"Kok bisa?"

"Ya mana gue tau." Ardan mengedikkan bahunya tidak mengerti. "Dia udah tobat kali," sambung Ardan.

"Tau ah bodo amat." Alta menelungkupkan kepalanya di atas meja, rasa kantuk sekarang mulai menyerangnya apa lagi semalam Alta tidak tidur.

***

Saat bel istirahat sudah berbunyi, para pelajar langsung berhamburan keluar kelas masing-masing dan menyebar hampir di seluruh penjuru sekolah.

Alena memasukkan bukunya ke dalam kolong meja setelah pelajaran pertama selesai.

"Al, ke kantin, yuk!" ajak Dhea.

"Nggak, deh. Kamu aja, perut aku sakit," tolak Alena sekilas meremas perutnya yang terasa nyeri.

"Perut lo kenapa sakit?" Dhea yang semula sudah berdiri kembali duduk, wajah gadis itu terlihat panik apa lagi saat melihat keringat yang membasahi pelipis Alena.

"Lagi halangan," jawab Alena. Dhea lantas mengangguk paham, ia mengelap keringat yang berada di pelipis Alena menggunakan tisu.

"Lo udah minum obat pereda rasa nyeri?" tanya Dhea.

Alena menggeleng karena sejujurnya Alena jarang atau bahkan tidak pernah meminum obat-obatan saat datang bulan.

"Atau mau gue beliin obatnya?" tawar Dhea hendak berdiri. Namun, dengan cepat Alena menahan tangannya. Dapat Dhea rasakan tangan Alena yang begitu dingin menyentuh kulitnya.

Galaksi Altair [END]Where stories live. Discover now