35. During moments

11.2K 1.2K 31
                                    

Jean tidak tahu apa yang salah dengan kepalanya, tapi pukul empat pagi adalah waktu yang pas baginya untuk pergi ke air. Dia kabur dari ranjang kamar yang tidak dia ketahui siapa pemiliknya, dia membuka semua pakaian asing yang melekat pada tubuhnya, menelanjangi dirinya sendiri dan memastikan bahwa dia tidak disentuh dengan cara yang menjijikkan.

Selangkangan oke.

Jalan gue oke.

Payudara gue oke.

Cuman codet-codet yang nggak oke.

Jean mendesah pasrah menemukan tubuhnya penuh luka. Dia membuka ponsel dan melihat pesan dari Nakula, kakaknya.

NAKULA:

Aman sist, jgn balik dulu
sengaja gue nggak bawa
lo balik, btw dua klien
gue ambil alih ya. Dan ya,
lo ada di kamar Prav.
Tenang aja.

18.15 p.m

Jean membuka matanya lebar-lebar, membaca pesan gila yang dia terima. Dan ya, lo ada di kamar Prav. Tenang aja.

"Kampret betul!" umpat Jean membanting ponselnya di atas wastafel.

Dia mencari bathrobe yang sudah tersedia dan terkejut ketika pintu toilet terbuka begitu saja menampilkan sosok jangkung dengan lengan penuh tato yang tengah mengawasi tubuh telanjangnya.

"BERENGSEK PRAVINDA!" Jean menjerit melemparkan hanger ke arah Prav.

Prav buru-buru membalikkan tubuhnya dengan gugup. "Sori! Aku kira kamu kabur dan kenapa kamu bertelanjang di toilet jam segini?!" tanya Prav yang membelakangi Jean.

Ini namanya kampret momen, Jean tidak tahu seberapa banyak yang Prav lihat pada tubuhnya. Tapi ketika dia berhasil memakai bathrobe Jean langsung menendang bokong Prav dengan kakinya dan membuat pria itu mengerang kesakitan.

"ARGHH! JEAN!"

"Jangan bilang lo mikir jorok sekarang?!" tuduh Jean.

Prav membalikkan tubuhnya dan memandang Jean penuh amarah. "Aku nggak mikir jorok! Dan untuk apa kamu lepas baju kamu?!"

"Ya gue mau cek apa gue masih perawan apa nggak, takutnya gue jadi threesome sama mereka!"

Teriakan Jean yang frontal membuat Prav menggeleng. "For real, Jeanarta? Kamu baru saja sadar dan tadi mencium aku─"

"HEIII!" Jean melayangkan telunjuknya pada wajah Prav. "Jangan mengarang cerita, masa iya gue cium lo?"

Prav memutarkan bola matanya dengan malas. Harusnya dia tahu, Jean itu tukang denial, mana mau gadis itu mengaku? "Harusnya kamu berterima kasih kepada aku!"

"TERIMA KASIH!" bentak Jean pada Prav. "Gimana? Puas?"

"Terkesan terpaksa."

"Memang,"

"Setidaknya jangan lepas baju kamu sembarangan."

"Lo yang nyelonong masuk sembarangan!" balas Jean tak mau kalah.

Jean meneliti kedua lengan Prav yang kini sudah dipenuhi oleh tato. Rasa penasarannya begitu besar, apa rasanya dan bagaimana setiap cerita yang tertuang pada setiap tato, Prav? Pria itu selalu memiliki cerita.

Jean ingat, pertama kalinya Prav jatuh sakit setelah flight panjang dari Jakarta menuju Connecticut, pria itu jatuh sakit demam dan minta dia kerok. Sebagai orang Indonesia sejati, Prav ternyata punya kebiasaan di kerok.

Let Joy Be, Your Heart's Name. | TAMAT Where stories live. Discover now