48. The day

31.3K 1.4K 77
                                    

RSPI dimana Jean akan melahirkan sudah diberitahukan kepada seluruh keluarga. Prav, pergi dari meeting dan berkata pada setiap board members bahwa istrinya akan melahirkan. Seketika, ruang meeting pun penuh akan pujian dan doa untuk ibu dan bayi.

Maminya bilang, Jean sudah masuk ruang bersalin masih menunggu jalan lahir terbuka full. Dari lobi, Prav sudah melepaskan jasnya yang dia bawa berlari menuju kamar bersalin Jean. Di tengah lorong, ia bertemu dengan Kia, Nana yang sudah menunggu di depan ruangan.

"Haduh Papa ini.." ledek Nana. "Your daughter udah nggak sabaran mau keluar, tapi pembukaan masih belum full."

Kia, kakak ipar Jean mengangguk. "Kamu mau masuk, Prav?

"I?" Prav menjawabnya dengan panik. "Of course, ya.. Damn I'm so─"

"Chill.." Nana menepuk bahu Prav dan menyemangati sahabatnya. "Raphael nanti nyusul ke sini."

"Mami gue dimana?"

"Tante Mauli sama Tante Britja ke kantin, mereka belum makan siang."

Kedua mata Prav membulat seketika. "Terus, Jean di dalam sama siapa?"

"Papa mertua lo, lah!"

Buset, dia tidak menyangka Jean lebih membutuhkan kehadiran Papanya daripada dirinya?

"Serius Papa Rodeo di dalam?" tanya Prav meyakinkan.

Kia dan Nana mengangguk bersamaan. "Dua rius.. Sana lo masuk, Jean baru bukaan lima. Lagi mulas-mulasnya dia itu."

"Masih lama?"

Kedua perempuan itu mengangguk bersamaan. "Masih. Kalau proses pembukaannya lama, kemungkinan Jean bakal di induksi. Pembukaan Jean prosesnya menurut gue jelek." ujar Nana memberitahu. "Pembukaan dua dan tiga, jalan lahir udah mulai tapi dia nggak merasa mulas sama sekali."

Prav berdecak gelisah mendengarnya. Bahkan dia tidak mengerti apa itu induksi, dan pembukaan. Yang dia pahami, vagina Jean─atau jalan lahir istrinya terbuka.

"Ya udah deh, gue masuk ke dalam."

Prav memutuskan untuk masuk, dia melihat Jean yang tengah mengatur napas sebagai distraksi dari rasa sakit yang dia rasakan. Mengenal perempuan itu, Prav tahu bagaimana Jean berekspresi. Istrinya cenderung menyembunyikan perasaannya sendiri. Bahkan untuk sekedar tersenyum saat pemeriksaan USG anak mereka pun, Jean terlihat ragu-ragu ketika ingin tersenyum.

Itu yang selalu membuat Prav bertanya-tanya hingga kini. Apakah Jean bahagia hidup bersamanya? Apa Jean rela-rela saja melahirkan anaknya?

"Prav," kata Rodeo menegur Prav yang hanya terdiam di ambang pintu melihat ke arah Jean yang tengah menahan sakit.

"Ya? Pa? How?"

Karena wajah kebingungan dari menantunya itu sudah terdeteksi, maka Rodeo mengundurkan diri dan melepaskan genggaman tangannya pada tangan Jean.

"Come here, I give you two space.. Then, talk to your daughter." perintahnya sebagai pria antar pria.

Prav mengangguk. Dia melepaskan kancing lengannya dan menggulungnya secara cepat, sebelum berkontak dengan istrinya dia mencuci tangan di wastafel dan memakai hand sinitizer. Entah, tapi firasatnya dia menganggap Jean sebagai area yang sangat steril.

"You okay?" itu adalah pertanyaan goblok, Prav. Bisik Prav pada dirinya sendiri.

Jean menggeleng, wajahnya kian memucat, menahan sakit yang entah berapa kuat frekuensi, dan kualitas nyeri yang Jean rasakan.

Let Joy Be, Your Heart's Name. | TAMAT Where stories live. Discover now