50 - AWAL KISAH, AKHIR DERITA

891 97 24
                                    

HAPPY READING!!

Pertama dan terakhir.

|Bismillah.|

Perkampungan terpencil di wilayah timur Pajajaran telah mengalami musibah kekeringan selama 2 tahun. Konon katanya pernah terjadi perselisihan antara dua kubu yang memperebutkan tanah di perkampungan itu. Dan akhirnya kejadian itu berujung pada peruntuhan paksa sebuah mushola. Sejak saat itu, seperti sebuah teguran yang di berikan, kampung itu di landa musibah sampai Kian Santang dan rekan-rekannya datang mengunjungi tempat itu.

Sesuai saran sekaligus pemecah permasalahan yang terjadi, Kian Santang yang di sepakati oleh para warga memutuskan untuk melaksanakan sholat istisqo' (sholat minta hujan) yang di awali dengan berpuasa selama 3 hari.

Dengan berbagai permasalahan yang sebelumnya telah terjadi, Kian Santang akhirnya dapat kembali dengan selamat walaupun dalam keadaan yang tak cukup baik.

"Raka, beristirahatlah ...," Surawisesa yang sedari tadi menunggui Kian Santang tak berhenti memantau kesehatannya.

"Terima kasih, rayi. Kau sudah merawatku dengan sangat baik. Sekarang aku sudah merasa lebih baik dari sebelumnya," ujar Kian Santang sembari berusaha bangkit dari tidurnya.

"Iya, raka. Tapi aku masih merasa heran dengan bekas lebam yang kau miliki. Ini sangat tidak wajar," seru Surawisesa mengutarakan kebingungannya.

Kian Santang terdiam. Ia sudah menyadari hal itu. Terdapat beberapa bekas lebam yang ia miliki. Tapi sama halnya dengan Surawisesa, Kian Santang pun tidak tahu apa penyebabnya.

"Jangan terlalu di pikirkan, rayi. Ini hanya bekas lebam. Tidak lama lagi akan menghilang," Kian Santang berusaha menghibur.

Surawisesa hanya dapat mengangguk pelan walau sebenarnya ia tidak dapat berhenti memikirkan hal itu.

"Aku harus cari tahu, apa yang sebenarnya terjadi pada raka kian Santang ...."

ⓚⓡⓚⓢ

"Di mana dia??"

Rara Santang terus mengitari tempat itu. Ia yakin, inilah tempat yang di maksud rayinya Kian Santang. Tapi tidak ada siapapun di sana.

"Di mana Kianara? Apa dia sudah pergi? Tapi ... Bagaimana dia bisa pergi dengan kondisi seperti itu."

Rara Santang mulai putus asa karena tak mendapat petunjuk apapun.

"Aku sudah berjanji pada rayi Kian Santang untuk membawa Kianara kembali, bagaimanapun juga aku harus menemukannya,"

"Hei Rara Santang,"

Langkah kaki Rara Santang terhenti. Suara itu tak asing di telinganya. Sedetik kemudian Rara Santang berbalik dan menemukan seorang gadis yang menyeringai remeh ke arahnya.

"Bintari? Kau ...."

"Ya, ini aku. Aku ingin tahu. Apakah rayi kesayanganmu itu telah mati? Dia cukup hebat sampai bisa bertahan sejauh ini." ujar Bintari tersenyum sinis. Setelah berhasil lolos dari perangkap Kian Santang, ia akhirnya bisa membebaskan diri dan tak sengaja bertemu dengan Rara Santang.

"Apa maksud ucapanmu itu?" Rara Santang mendelik merasa jengkel mendengar ucapan Bintari yang dengan sengaja menghina rayinya Kian Santang.

"Oh, ya. Aku lupa. Kau belum tahu, ya? Sebentar lagi adikmu itu akan segera mati. Aku telah meracuninya dengan racunku yang mematikan."

KEMBALINYA RADEN KIAN SANTANG (SPECIAL.VERSION)Where stories live. Discover now