Ex

128 15 20
                                    

"Sa, tumben telat

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Sa, tumben telat."

Sudah Teresa duga, Naresh pasti mengekor.

"Ayo bareng ke sekolahnya, gue bawa motor. Kita naik si Udin." Naresh terus menyetarakan langkah dengan Teresa.

Udin, nama motor Naresh. Teresa yang memberi nama waktu mereka berpacaran.

"Gak, gue mau jalan kaki."

"Ayo, dong. Nanti telat masuk kelasnya, terus kena hukuman."

"Gak." Teresa mempercepat langkah seperti risih diikuti setan.

"Ayo, Sa. Kasihan nanti kamu telat. Capek nanti kakinya."

"Gak."

Naresh menggeggam lengan Teresa tiba-tiba.

"Ck!" Teresa berdecak dan alisnya mulai mengkerut kesal.

"Jangan maksa, dong!"

Naresh refleks melepaskan genggamannya cepat.

"Sorry, hati-hati, ya."

Teresa tak menjawab, lantas dengan cepat ia mengayun langkah. Sebeluman hukuman hormat bendera sampai jam istirahat ditimpakan Pak Ojip padanya.

Sementara itu, Naresh yang sudah kembali ke tongkrongannya disambut dengan tawa iblis milik Deku.

"Pasti dia kagak mau." Deku meledek sambil terus tertawa puas.

"Diam kau, anjing." Naresh kembali menghisap rokoknya, berjongkok di daun pintu.

"Kasihan, ih!"

"Gara-gara lo, anjing!"

"Loh, anjing salah apa?" Sambil menunjuk dirinya sendiri, Deku memasang air muka sok sedih.

"Lo harusnya gak bisik-bisik pas ada dia, jadi dia keganggu. Ah anjing badmood gue!" Naresh merengek.

"Halah tai kau! Mau gue gak ada di sini juga dia tetep gak akan mau ke sekolah bareng lo, anjir!"

Naresh menunduk pasrah, yang dikatakan Deku memang benar.

"It's ok, Res. At least you tried risky move ... sedikit bego cuman okelah. Lo emang manusia nekat. Udah tau Teresa sejutek apa, malah coba-coba," ujar Deku sambil meneguk segelas kopi.

"Gue ada feeling ini bakal CLBK, Ku. Yakin gue."

Deku hanya manggut-manggut mengiyakan.

Asal si anjing bahagia.

"Tumben tongkrongan sepi?" Naresh mengganti topik.

"Biasa, pada sibuk menghitung wanita sholehah." Deku menjawab sambil berjalan ke luar dari kedai.

"Mau ke mana lo?"

"Sekolah, dong. Saya tak mau madesu (read: masa depan suram) macam anda."

"Anjing."

If We Didn't MeetTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang