"Sa! Sini!"
Teresa menoleh ke belakang, menatap kekasih tampannya yang tengah berdiri di sebelah kumpulan bunga liar yang tumbuh setinggi pinggangnya.
"Ngapain, sih?"
"Sini dulu makanya!"
Teresa menurut, mengayun langkahnya pada Naresh Beavis Jonathan.
"Apalagi, sih? Dari tadi berhenti-berhenti mulu!" rengek Teresa.
"Pacar gue kenapa harus lo, sih? Gak bisa diajak romantis banget!" Naresh protes sambil memetik setangkai bunga liar berwarna oranye sebanyak lima buah kemudian menyodorkannya pada Teresa.
"Nih ...."
Teresa mengernyitkan dahi, tetapi pipinya bersemu merah dalam waktu bersamaan.
"Hari ini bunga liar dulu, nanti bunga yang aslinya."
Ucapan Naresh membuat Teresa tak kuasa menahan senyumnya. Teresa menerima rangkaian bunga itu sambil menahan senyumnya.
"Lo mau baper aja ditahan. Senyum aja, Sa! Yaelah!"
Naresh meraup kedua pipi Teresa.
"Gue soswit, kan? Ayo jujur!"
"Mpph! Lu gak tahu ini tempat umum, ya?" Teresa melepas tangan Naresh dari pipinya kemudian melanjutkan langkahnya.
"Sini, ah! Foto dulu! Jangan cepet-cepet jalannya!" Naresh menarik tangan Teresa kemudian merangkulnya.
"Senyumnya mana! Tapi jangan lebar-lebar!"
Teresa tersenyum dengan Naresh yang merangkulnya.
Satu foto tertangkap, menampakkan wajah berseri-seri mereka.
"Tuh! Cakep banget anjir kita berdua. Sini, Sa! Sini lagi!"
Naresh mencubit pelan pipi Teresa kemudian memotretnya tiba-tiba.
"ISH! Udah, ah! Katanya lari pagi! Malah foto mulu!"
Teresa melepas rangkulan Naresh kemudian menggandengnya dengan tangan lain memegang rangkaian bunga liar itu.
Naresh langsung tersenyum senang karena Teresa tak pernah berhenti membuat jantungnya berdebar-debar tak karuan. Lutut Naresh lemas, demi apa pun Teresa membuatnya bahagia saat itu.
Sejurus kemudian Naresh mengunci tatapannya pada Teresa.
"Suatu saat gue bakal berdiri di depan rumah lo sambil megang buket bunga gede yang mahal yang warna-warni itu, loh," ucap Naresh antusias.
"Terus gue bilang gini .... Sa, ayo kita kencan, aku ajak kamu ke restoran mahal. Mau gak lo?" Naresh bertanya sambil terus berjalan beriringan dengan Teresa yang menggandeng manja tangannya.
"Bisa emang?"
"Bisa lah kalo lo mau! Mau gak?" tanya Naresh meyakinkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
If We Didn't Meet
Teen FictionGara-gara americano yang tak sengaja mengotori sepatunya, Teresa berjumpa dengan Ivander Gabrian Adhitama dalam skenario alam semesta yang gemar menjadi mak comblang di panggung sandiwara ini. If We Didn't Meet berbicara tentang persahabatan, cinta...