Adhitama's Legacy

27 7 0
                                    

***

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

***

"Mau peluk?"

Teresa tahu kedua tangan itu menunggu dirinya untuk datang.

"Sa?"

Teresa melangkah perlahan dengan ragu. Ia tak bisa menahan keinginannya untuk masuk ke dekapan Ivan. Tangannya gugup-gugup ia rentangkan.

CKLEK

Namun sialnya, takdir menghentikan mereka.

Buru-buru keduanya berjauhan saat Candra dan Agatha muncul dari dalam. Setelan keduanya nampak formal.

"Loh? Ada Teresa?" Agatha menyapa dengan sumringah tak berdosa.

Teresa menyalami Agatha dan Candra dengan sopan.

Agatha melirik Ivan ketika Teresa sedang bergurau singkat dengan Candra.

"Jangan dibawa ke kamar lagi. Walaupun cuman sebentar." Agatha memperingati.

"Kalau gitu jaga diri baik-baik, ya. Kapan-kapan kita ngobrol lebih lama, Sa. Sekarang Om lagi ada rapat di perusahaan."

"Iya nggak papa, Om." Teresa tersenyum lebar memperlihatkan gigi rapihnya. "Kita masih punya banyak waktu buat push rank PUBG bareng-bareng."

Candra terkikik kemudian melingkarkan melenggang pergi dengan istrinya. "Papa pergi, Van."

Langit mulai jingga, udara dingin mulai menerpa lapisan kulit keduanya.

"Mau masuk?" tanya Ivan.

Teresa mengangguk.

Dingin dari AC dan keramik mengkilap menyambut Teresa di dalam rumah megah dengan wangi buah segar.

"Duduk dulu. Gue mau ganti baju." Ivan merapihkan bantal sofa.

"Naik ke atas kakinya, Sa. Dingin."

"Nggak perlu."

"Masih mau keras kepala? Lo pikir gue nggak tahu kemarin lo pingsan di sekolah?"

Teresa melotot, terkejut. Khas. "Tahu dari mana?!"

Ivan tak menjawab, ia malah duduk dengan nyaman di samping Teresa.

"Pasti si Doni. Gue tahu lo berdua makin lengket akhir-akhir ini." Suara Teresa kedengaran kesal.

"Kenapa lo bisa pingsan? Kata Tante Dian lo tidur di ruang tamu waktu itu. Apa-apaan tidur di ruang tamu, hah?"

Semua orang di sekitar Teresa seperti mata-mata milik Ivan. Semua saja membela cowok sialan ini.

"Heh, jawab."

Teresa melirik mata Ivan tajam kemudian buang muka. "Gue sebenernya di sini mau apa, sih, menurut lo? Gue mau denger alesan lo bawa Lexi ke rumah. Masih mau ngelak lo, somplak?" serang Teresa kepalang kesal.

If We Didn't MeetWhere stories live. Discover now