PART 14

155 14 1
                                    

1 BULAN KEMUDIAN ....

Hari ini, bertepatan dengan perayaan satu bulannya hubungan Aluka dan Awan.

Setelah memutuskan untuk berpacaran, Aluka dan Awan, sama-sama sepakat untuk merahasiakan hubungannya. Sebut saja backstreet.

Untuk merayakan perayaan satu bulan hubungannya, Awan mengajak Aluka jalan-jalan sore ini. Lebih tepatnya, saat keduanya baru saja pulang dari sekolah.

"Kita mau kemana, Kak?" tanya Aluka, dia menyimpan dagunya di pundak Awan. Wajahnya sengaja ia tunjukkan ke kaca spion.

Awan meliriknya sekilas, hingga tak lama dengan jahil dia membuat kaca spionnya jadi terisi penuh oleh wajah Aluka.

"Ihh kaca spionnya jangan di arahin ke aku gitu, Kak!" protes Aluka salah tingkah.

"Gapapa, biar aku semangat." Awan menyengir.

"Jawab pertanyaan aku dulu!" Aluka cemberut.

"Nanti juga tau, pokoknya ini suprise. Kalau aku ngasih tau kamu, nanti gak suprise dong."

"Hm, yaudah deh."

"Jangan marah, sayang." Satu tangan Awan bergerak, meraih satu tangan Aluka, dan dia simpan di depan perutnya. "Satu tangan kamu, mana?" todong Awan, Aluka langsung tertawa kecil, dan menyimpan satu tangannya yang lain untuk melingkar di perut Awan.

"Kak Awan modus pengen dipeluk aku, ya?"

"Peluk yang erat Ka, biar kita cepat sampai."

Aluka langsung mengeratkan pelukannya, menyandarkan kepalanya di samping kepala Awan, yang berbalut helm.

***

Ini sudah menjelang malam. Dari senja terbit, kini tenggelam, Aluka menyaksikan semuanya dengan matanya sendiri. Ia tak mengerti, kenapa Awan membawanya ke sebuah pantai yang sudah terkenal namanya di ibukota ini.

"Kenapa kesini, Kak?"

"Sstt, udah diem aja." Awan tiba-tiba berdiri di belakang tubuh Aluka, memaikan Aluka sebuah penutup mata yang berasal dari dasi sekolahnya.

"Eh, kenapa harus tutup mata?!" Aluka awalnya ingin menolak, namun bukan Awan namanya kalau tidak bisa membujuk pacarnya itu.

"Udah, kamu tenang aja Ka. Aku gak akan macem-macem." Jemari Awan meraih jemari Aluka, lantas menggenggamnya. Awan menuntun Aluka untuk melangkah beriringan dengannya.

"Kita mau kemana, Kak?" tanya Aluka, takut-takut.

"Ada deh." Awan menjawabnya dengan begitu santai, ia merangkul Aluka dengan mesra dan menuntunnya agar lebih cepat melangkah.

Sampai di tempat tujuan, Awan langsung berdiri di belakang tubuh Aluka. Kedua tangannya sudah siap membuka penutup mata gadis itu.

"Siap?" tanya Awan memberikan ancang-ancang.

"Siap." Aluka mengangguk kecil, detik selanjutnya penutup matanya terbuka dan ...

Aluka terperangah dengan sesuatu yang tersaji di hadapannya. Ada banyak lilin yang mengitari tempatnya berdiri, di tengah-tengah ada sebuah meja lengkap dengan kursi, tidak lupa ada dua obor tersimpan disana sebagai penerang.

Oops! Ang larawang ito ay hindi sumusunod sa aming mga alituntunin sa nilalaman. Upang magpatuloy sa pag-publish, subukan itong alisin o mag-upload ng bago.
TELAGA LUKATahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon