PART 20

192 15 1
                                    

"Gak ada yang sakit, kan?" tanya Warna dengan khawatir. Ia membantu Aluka membersihkan sekujur tubuhnya di dalam kamar mandi.

Aluka hanya bisa menggelengkan kepala sebagai jawaban, sebenarnya dia malu untuk dekat lagi dengan Warna.

"Gue gak peduli dengan status lo sekarang, mau lo perawan atau enggak, gue gak peduli, Ka. Gue akan tetap jadi sahabat lo," ujar Warna begitu tulus.

"Makasih, Na." Aluka tersenyum, dengan matanya yang memanas.

"Lo mau nangis, ya?"

Aluka menggeleng dengan kelopak matanya yang sudah membendung air mata.

"Aku gak mau nangis, kok." Aluka menggeleng kecil, sambil terus mengulas senyum.

"Nangis aja, Ka." Warna memegangi pundak Aluka, yang tampaknya rubuh. "Nangis aja, jangan ditahan," imbuhnya. Detik selanjutnya, Aluka menitihkan air matanya, ia menangis di hadapan Warna.

Awan yang berada di luar kamar mandi, hanya bisa menyandarkan tubuhnya ke dinding dengan nelangsa. Apalagi, saat mendengar suara tangisan Aluka, rasanya Awan hancur.

"Maafin aku, Ka ... harusnya, aku gak mencintai kamu, atau lebih baiknya, kita gak usah ketemu dari awal. Mungkin, semuanya gak akan kayak gini, Ka. Maafin aku ...."

***

Kehebohan di SMA POSTERIOR kembali berlanjut. Kini, bukan lagi mengenai aksi perundungan Aluka, melainkan mengenai murid baru, yang digadang-gadang berwajah tampan yang sukses memikat hati para wanita.

"Ya ampun, ganteng banget!"

"Senyumannya manis banget, ya ampun mleyot!"

"Btw, udah punya pacar belum ya??"

"Mukanya sih kek orang dingin, tapi enakeun diliatnya haha!"

Laki-laki yang merupakan anak baru itu, berjalan menyusuri koridor ditemani oleh salah satu guru, di sepanjang jalan ia tak henti-hentinya mendapati banyak pujian, dan gombalan centil dari beberapa murid.

Membuka resleting jaket parasutnya, laki-laki itu menampakkan name tag yang menempel di seragamnya.

Telaga Narendra.

Begitulah, nama yang tersemat disana.

***

"Makan yang banyak, biar sehat." Dengan penuh perhatian, Awan memesankan sepiring nasi goreng spesial untuk Aluka, di kantin siang ini.

Aluka dengan senang hati, langsung melahap nasi goreng yang tersaji di hadapannya. Ia tak peduli, dengan beberapa pasang mata yang meliriknya sinis. Selama ada Awan, Aluka merasa ia terlindungi.

"Makannya jangan belepotan, Ka," peringat Awan sambil menyeka sisa nasi yang menempel di sudut bibir Aluka.

Aluka yang tahu itu, kontan menahan senyum malu. Awan yang gemas, langsung mengacak rambut Aluka. "Gapapa kok belepotan, kan ada aku yang siap bersihin," katanya, menggoda.

"Kak Awan ihh!" Aluka hampir saja salah tingkah. Untungnya, dia bisa menahannya.

"Aluka! Aluka!" Teriakan Warna, tiba-tiba terdengar keras mengisi kantin. Gadis dengan sehari-harinya tomboi itu, tiba-tiba ikut duduk nimbrung bersama Aluka dan Awan.

"Ck, ganggu," decak Awan. Warna yang mendengar itu, hanya mendelik seraya menjulurkan lidahnya mengejek.

Warna merangkul Aluka, mulutnya sudah siap sedia melaporkan berita ter hot. "Ka, lo tau gak?"

TELAGA LUKAWhere stories live. Discover now