Halaman 3 : Si pengacara muda, Yoon Jeonghan

247 22 0
                                    

"Saya akan hubungi anda kembali jika sudah ada perkembangan datanya ya, pak."

Saat ini, di dalam sebuah ruangan berukuran sekitar 5x5 m seorang pria muda dengan setelan jas rapi terlihat berbincang dengan pria lainnya yang lebih berumur darinya. Keduanya terlihat sedikit serius tetapi terdengar bergurau sesekali. Hingga akhirnya keduanya bangkit dan saling berjabat tangan.

"senang sekali bisa percayakan kasus saya ini dengan pengacara muda yang pintar dan baik hati seperti anda, Tuan Yoon.", seru si pria paruh baya.

"hahaha anda terlalu berlebihan pak, tapi terimakasih banyak telah percayakan kasus besar ini pada saya yang masih banyak belajar."

Si pria paruh baya itu menepuk jabatan tangannya dengan seseorang yang di panggil "Yoon" itu dan kemudian berpamitan. Yang lebih muda menundukkan kepalanya untuk mengantarkan kliennya sampai keluar dari ruangannya.

Klien?

Ya, Namanya adalah Yoon Jeonghan. Pria muda yang baru setahun belakangan ini resmi mendapatkan izin pekerjaan sebagai pengacara legal di salah satu perusahaan swasta. Karena umurnya yang masih cukup belia sebagai seorang pengacara, ditambah wajahnya yang lumayan bisa dibilang rupawan, banyak orang yang penasaran dengan jasanya. Alhasil, Jeonghan sampai harus rela menolak beberapa catatan permintaan kasus untuk ia tangani.

Jeonghan memutar sedikit pergelangan tangannya, memastikan waktu yang terus berputar pada sebuah jam tangan berwarna hitam disana saat ia sadar langit yang terlihat dari dalam kaca gedung sudah gelap, bahkan sudah larut.

"sudah hampir jam 10,pasti dia masih disana."

Sang wira bergumam, memecah keheningan ruangan kantornya yang dingin dan sunyi karna hanya tinggal dia sendiri yang masih ada disana. Dirinya mulai bergerak, meraih sebuah kunci motor yang ia simpan di dalam laci meja kerja. 

Singkat cerita di dalam perjalanan, ia menyelipkan sebuah ponsel diantara celah helm dengan telinganya. Sambil fokusnya terbagi dengan menyetir, Jeonghan menyambungan sambungan telepon kepada seseorang. 

Sepertinya seseorang di seberang sana terdengar kesal.  Orang itu beberapa kali mendengus sambil terdengar terburu buru hingga akhirnya menutup sambungan teleponnya. Dan tepat setelah sambungan teleponnya terputus. Dan begitu sambungan telepon itu terputus, motor yang dikendarai Jeonghan berhenti di depan sebuah gedung yang bertuliskan "GyeonSa Art Center".

Sang adam mengambil ponsel di telinganya dan terlihat sibuk mengotak atik kolom pesan. Ia berharap bisa mengisi waktu untuk membalas beberapa pesan yang terlewat untuk ia balas sambil menunggu seseorang keluar dari gedung.

"Han han~!"

Fokus Jeonghan terpecah lagi. Wajahnya beralih menoleh ke arah pintu utama gedung gyeonsa. Dari arah sana ada seseorang yang berlari kearah Jeonghan dan berhambur memeluk dirinya dengan erat.

"hahaha, sayang.... kaget... deadline bulan depan terlalu rumit sampai larut begini?"

Tangan Jeonghan beralih membalas pelukan Joshua, kekasih sekaligus tunangannya. Dirinya mencoba mengusap punggung kekasihnya itu perlahan sampai akhirnya dilepas sendiri pelukan mereka oleh Joshua.

"hihihi, ya begitulah. Tapi rasanya ga semangat banget selesaiin projeknya. Berat."

Joshua mencoba mencairkan suasana dengan menunjukkan senyuman khas miliknya, tetapi Jeonghan tau dibalik senyuman itu ada lelah yang disembunyikan oleh Joshua darinya. Ya, memang sepertinya pangeran satu itu lebih baik cepat mengantarkan pujaan hatinya pulang agar bisa istirahat, kan?

"oh iya... gimana hari ini? ada klien yang ga ada akhlak lagi?", Joshua kembali mengiterupsi Jeonghan dengan pertanyaan, padahal yang sebelumnya saja belum ditanggapi.

"hahaha kamu ini udah jelas keliatan capek gitu masih aja nanyain kerjaanku."

Pipi gembil Joshua lolos pertahanan dari satu cubitan ringan yang dibuat Jeonghan, membuat sang empunya sedikit memajukan bibir untuk protes sekian kalinya. Namun sebelum marah, kali ini Jeonghan yang merubah ekspresi dan menginterupsi pertanyaan karna menyadari sesuatu yang rasanya ganjil.

"shua-ya, kalung saphiremu kemana?"

Kalung? 

Sebenarnya ada satu barang yang selalu Joshua bawa dan pakai setiap harinya. Itu adalah sebuah kalung saphire berwarna biru laut yang dengan batu yang kecil ditengahnya. Namun hari ini Jeonghan menyadari kalau tak ada sematan kalung di leher Joshua. Sedangkan dirinya sendiri sangat paham bahwa Joshua tak pernah melepas kalung itu sedetikpun walaupun Joshua tak pernah angkat bicara perihal alasannya.

Tangan Joshua bergerak menuju leher putih miliknya sendiri, meraba leher itu yang benar benar tak ada sematan kalung disana. Ia terkekeh. Kemudian memilih untuk langsung naik pada boncengan belakang jok motor Jeonghan. Tentu saja Jeonghan masih diam dengan wajah yang penuh dengan tanda tanya.

"ada kok, kusimpan karna tadi sempat terlepas sendiri saat di kamar mandi. Udah ah. Ayo pulang. Aku capek"

Suara Joshua memelan. Dengan tangan Joshua yang melingkar pada pinggang Jeonghan dan kepala yang sengaja di senderkan pada punggungnya, Jeonghan paham kalau Shua sangat lelah. Ia kemudian bergegas menancap gas menuju arah rumah Joshua yang tak jauh dari tempat mereka lepas landas.


- TBC -

Alter Ego (Jeonghan + Joshua Seventeen)Donde viven las historias. Descúbrelo ahora