Halaman 20 : Treasure hunt

80 8 0
                                    

Nomor yang anda tuju sedang di luar jangkauan, mohon coba hubungi beberapa saat lagi

Sepuluh kali. Setidaknya itu yang terhitung dari seorang Joshua yang berulang kali mendesak kesal pada ponsel yang ada di tangannya. Panggilan telepon yang sepertinya sangat penting itu tak kunjung terangkat oleh seseorang.

Tubuhnya yang ia sandarkan pada tembok rumah warga yang entah milik siapa sembari ia coba untuk mengatur nafasnya sendiri. Benar, namja berkulit putih itu belum sampai di rumahnya. Adegan melarikan diri dari kawasan balai kota ia hentikan di salah satu gang sempit di area perumahan yang terletak tak jauh dari balai kota itu sendiri.

"Kenapa tak diangkat sih? Ck!", begitu gumaman kesal dari sang Wira di sela nafasnya yang masih memburu yang entah dicoba untuk dinetralkan atau tidak olehnya. Pandangan matanya yang seperti tak tenang terus mengawasi sekitarnya sesekali seolah-olah seperti sedang dikejar oleh aparat keamanan.

Mungkin memang Joshua bukanlah penjahat, namun adegan mengobrak-abrik ruang pameran pemerintah secara diam-diam di tengah malam lalu mengambil barang yang berkilauan dari dalam sana akan tetap sama halnya dengan seorang pencuri yang merampok toko emas di tengah kota.

Abaikan soal itu. Joshua sendiri tidak memikirkan apapun yang telah dia kerjakan tepat sebelum dia berada di situ sekarang. Fokusnya hanya ada pada ponsel lingkungan dan juga satu buah pecahan batu yang sedari tadi dia genggam di tangan kanannya.

Soal batu itu, tepat saat Joshua mengingat Dia membawa batu itu di tangannya, Dia kemudian menempelkan potongan batu itu tepat berdempetan dengan mata batu di kalung yang selalu dia pakai. Anggaplah Joshua terlalu ajaib karena hanya dengan insting yang seperti itu sekarang Dia seolah sudah mengerti bahwa dia ini bukan manusia biasa.

Bag seorang penyihir yang sangat mahir, Joshua berhasil menggabungkan kedua batu itu menjadi satu di liontin yang dia pakai. Ada pendaran cahaya yang keluar dari sana dan tanpa Joshua sadari di luar sana sesuatu yang spesial pasti akan melihat pendaran cahaya yang dibuat olehnya itu.

Dan benar saja, tak lama setelah Joshua berhasil menyimpan batunya, ada satu pergerakan kaki yang terdengar di telinganya. Langkah kaki itu terdengar berjalan mendekat.

Awalnya Joshua berpikir bahwa mungkin itu hanya orang yang kebetulan lewat di jalan yang baru selesai pergi dari suatu tempat. Namun ternyata maka kaki itu terdengar semakin cepat bahkan terdengar seperti berlari mendekat padanya.

Sambil menggumamkan kata-kata umpatan seperti "shibbal", Joshua refleks untuk berlari ke arah gang yang lebih dalam. Jujur dia tidak tahu kepala jalan itu akan berujung, namun dia tahu bahwa langkah kaki itu bukan langkah kaki biasa terlebih dia juga masih bisa mengingat dengan jelas bagaimana pertarungan antara dirinya dengan seseorang yang mengincarnya di dalam ruang pameran tadi.

Sambil kaki-kaki jenjangnya yang terus berlari mengikuti alur dari gang yang dia tempuh, pikirannya melayang mengingat bagaimana kuatnya aura dan kekuatan yang menghajarnya di ruang pameran tadi. Sepertinya dia mengerti dan paham kata-kata ji-hoon padanya waktu itu bukanlah bualan. Malaikat maut memang sedang ingin berkunjung padanya. Namun malaikat maut yang dimaksud ini bukanlah malaikat maut utusan Tuhan.

DUAARR!!

Joshua terkejut. Tiba-tiba saja ada satu serangan dari arah belakang yang nyaris saja mengenai kepalanya. Beruntung saja tembakan yang digunakan yaitu meleset dan mengenai tembok rumah seseorang yang ada di depannya saat ada di pertigaan.

Wira itu sempat melirik ke belakang setelah dia bisa melihat bagaimana tembok itu dihancurkan. Dari kejauhan seseorang berjubah hitam berjalan santai mendekat ke arahnya. Namun sayangnya joshua lebih memilih untuk berlari menjauhi orang itu dan memilih mencari jalan keluar walaupun tak tahu harus pergi ke arah mana.

Alter Ego (Jeonghan + Joshua Seventeen)Where stories live. Discover now