Halaman 14 : Almost.............

85 7 0
                                    

Hong Joshua. Pria yang sedang terkurung dengan suka rela di kamar pribadi sahabatnya sendiri terlihat sedang mengotak atik remot televisi sambil merebahkan tubuhnya diatas kasur empuk milik Jihoon. Sebetulnya pikirannya belum bisa diajak diam sejak perilaku aneh Jihoon yang mendadak memaksanya berdiam di dalam ruangan ini. Tapi mau bagaimana lagi, selama 20 menit yang sudah berlalu, sang adam hanya bisa menunggu sampai ada titik terang, apapun itu.

SREKKK!!

Ada suara dari arah pintu. Tubuh pria bermarga Hong itu tersentak dan bergegas menegak. Dia juga mengarahkan pandangan pada arah pintu kamar dimana suara tadi berasal. Namun, ada sedikit rasa kecewa yang di dapatnya karna bukan sosok kawannya itu yang datang. Ternyata yang ada hanyalah sebuah kertas yang terlipat menjadi dua. Kertas itu masuk melalui celah pintu dan terseret cukup jauh dari pintu.

"Hm? Apa itu?", gumam Joshua yang langsung mengangkat tubuhnya bangkit dari kasur. Dirinya melangkah perlahan dan meraih kertas itu secepatnya. Tanpa menunggu untuk berbalik, Joshua membuka dan membaca dengan gumaman yang cukup keras di tempatnya berdiri.

"Temui aku di Taman Literasi dekat kampus sebelum malam. Ganti bajumu dengan milikku yang berwarna putih, apapun itu. Tolong jangan terlambat, dan jangan terima ajakan siapapun saat menuju kesana. Tetap datang untuk temui diriku seorang diri. – Jihoon"

Nah, Sekarang jalan pikiran Joshua semakin terdengar berisik di kepalanya. Ada ruang yang selalu menimbulkan banyak sekali pertanyaan wawancara dengan dirinya sendiri di sana. Sekarang apa pula maunya Jihoon dengan berkata se panjang dan se detail ini? Dan apa untungnya jika dia menurutinya?

"Kenapa aneh sekali sih?"

Monolog sang adam terdengar kembali. Kali ini terdengar lebih keras. Selain karna hanya tinggal dirinya yang ada di sana, nada bicara Joshua juga terdengar meninggi karena bercampur dengan kekesalan.

Yasudah, kesampingkan masalah itu. Toh juga ternyata Lelaki muda itu terlihat menuruti kemauan Jihoon. Itu pun terjadi setelah jam dinding yang dia intip di sisi atas kamar sudah menunjukkan pukul 3 sore. Ini kan sudah mau malam? Jadi, untuk sementara Joshua lebih baik percaya dengan Jihoon untuk melakukan apa yang dia minta. Kembali, dengan pikiran yang sama. Pikiran yang berharap akan dapat jawaban dari Jihoon tentang semua ini.

Skip waktu, sekarang seluruh pakaian yang melekat pada Joshua sudah berubah seperti malaikat dadakan. Ujung kepala sampai ujung kaki semuanya putih. Oh ya, ralat. Sepatu yang dia kenakan masih tetap sepatunya semula, berwarna cokelat gelap. Dia tidak meminjam sepatu Jihoon karna ukuran sepatu mereka memang berbeda jauh.

Setelah semua sudah siap, Joshua keluar. Berbekal kunci rumah Jihoon yang memang sengaja ditinggalkan untuk Joshua, akhirnya pria itu berakhir dengan mengikuti destinasi "wisata" yang Jihoon mau. Mungkin disana ada pasar malam yang jual banyak makanan makanya Jihoon meminta bertemu, jadi yasudah dituruti.

Namun sambil berjalan menyusuri trotoar jalan, sebenarnya Joshua agak kesal dan menyesal harus meninggalkan ponselnya dirumah. Bagaimanapun juga rumahnya dan rumah Jihoon tidak sejalan. Kedua tempat ini tidak terlalu jauh dari kampus mereka, cuma posisinya ada di sisi yang berlawanan. Kalau saja Joshua membawa ponselnya, pasti sekarang dia tidak harus berjalan kaki seperti ini, pasti akan mudah sampai kalau dengan memesan taksi online, kan?

Ada ide gila melintas di pikirannya. Sambil berjalan, Joshua tampak berpikir, "Ada ga ya mantra atau super hero power itu untuk teleportasi?". Tangannya terlipat di depan dada sambil mengarahkan pandangan ke atas langit yang menggerakkan awan awan putih di atasnya.

"Pasti keren banget kalo aku bisa melakukannya sekarang", gumaman lain kembali tercuat dari bibir joshua yang sembari melamun. Namun, kali ini gumamannya tak hanya bisa untuk dirinya sendiri. Tiba-tiba dari arah belakangnya ada suara lain yang seolah ikut menimbrung pada pembicaraan monolognya.

"Sebelum kamu bisa, aku akan duluan bawa kamu buat terbang, sayang"

Joshua terkejut. Tak sengaja badannya sedikit melompat karna terkejut. Namun dirinya kembali ke alam sadarnya saat berbalik dan mendapati kekasihnya entah sejak kapan mengikutinya dan tanpa rasa bersalahnya pria kesayangan Joshua itu malah menunjukkan cengirannya seraya menjauhkan wajahnya yang sempat ia dekatkan di telinga Joshua.

"HAN HAN!", pekik Joshua seketika.

Yang diteriaki justru terkekeh dan tanpa aba-aba memegang salah satu pergelangan tangan Joshua perlahan. Badannya di dekatkan pada tunangannya itu sambil netranya menangkap pandangan Joshua yang langsung terkunci di mata seorang Jeonghan.

"Kenapa seharian ini kamu ga jawab panggilanku, hm? Kemana aja?"

Begitu suara lembut Jeonghan menyapa pendengaran Joshua. Hal itu justru membuat sebagian air liurnya harus ditelan paksa melalui tenggorokannya sebelum bisa menjawab pertanyaan itu dengan nada yang jelas bercampur dengan kepanikan.

"Anu... A-aku lupa membawa ponselku, han han. Maaf ya", cicitan Joshua yang lolos di pendengaran Jeonghan justru membuat empunya mengerutkan kening keheranan. "Ketinggalan? Ga biasanya? Sekarang mau kemana?", begitu jawaban menuntut jeonghan. Genggaman tangan pria itu juga terasa mengerat dan sedikit menarik tangan Joshua untuk mendekat.

Kalau dibilang Joshua panik, ya jelas panik. Dia tidak pernah menyangka akan bertemu dengan tunangannya dalam pelariannya ini, mau dia pergi kemana sekarang juga kedengarannya tak mungkin juga dia utarakan pada Jeonghan, kan?

"Aku ga bisa pulang sekarang, Han. Ada yang harus aku kerjakan dulu."

Joshua menggerakkan tangannya. Dia terlihat berusaha melepaskan genggaman tangan sang tunangan secara paksa. Namun bukan Jeonghan namanya kalau bukan ada paksaan, terlebih di mata nya Joshua sangat aneh. Seolah olah memang dia sedang menghindari sesuatu atau seseorang. Mana tau dia juga termasuk ke dalamnya.

"Kenapa bisa begitu? Kasih tau aku mau kemana?".

Jeonghan semakin mengeratkan genggamannya seraya mendengarkan dengusan dan berontakan Joshua di tangannya. Namun, yang ditangkap tetap bersikeras untuk pergi karna sejujurnya Joshua juga mengingat jelas isi surat Jihoon yang dia baca tadi.

"Sayang, kamu kenapa sih? Mending kita cari cafe terus ngobrol dulu sebentar, ya?"

Masih dengan berbagai bujukan, Joshua tetap enggan untuk menurut. Mau di dalam hati kecilnya ingin ikut dengan Jeonghan, tapi seprtinya ada hal lain diluar kuasa Jeonghan untuk tau tentang apa yang di alami oleh Joshua.

Itu pikirannya beberapa menit sebelumnya, sampai dengan tiba tiba Joshua terlihat melunak. Secara mendadak raungan, berontakan, dan usaha pelepasan yang Joshua lakukan atas perilaku Jeonghan seolah lenyap. Tubuhnya terdiam saat menatap manik mata Jeonghan yang memaksanya untuk saling bertemu pandang.

"Ikut aku aja, ya?"

Itu perkataan Jeonghan yang kemudian disuguhi anggukan pelan dari lawan bicaranya. Namun sayangnya, saat Jeonghan ingin mendaratkan telapak tangannya pada pipi Joshua...........











































BLAAAAAASSSSSS







































Joshua menghilang.













































Dan disana tinggallah Jeonghan sendirian, berdiri di tempat yang sama dan pose tubuh yang sama pula. Tanpa Joshua.

- TBC -

Alter Ego (Jeonghan + Joshua Seventeen)Wo Geschichten leben. Entdecke jetzt