12

142 20 0
                                    

Sesampainya di Rumah Sakit, Lee Donghae, Lee Yoona dan Lee Jeno pergi menuju ruangan Jue-Ni.

Shindong yang melihat ketiganya segera menemui Donghae dan keluarganya.

"Donghae~yaa...." Shindong mendekati Donghae.

"Hyung. Bagaimana kondisi Nona Muda ?" Donghae mendekati Shindong beserta Jeno dan Yoona

"Mereka semua di dalam ruangan. Sepertinya mereka sedang menikmati waktu bersama" Shindong tersenyum.

"Apa mereka datang ?" Donghae penasaran.

"Hmmm... Mereka datang. Tapi tak memberikan dampak apapun pada Jue-Ni" Shindong tertunduk lemas.

"Apa separah itu Oppa ?" Yoona menatap tajam pada Shindong.

"Dia hancur sejak lama Yoona~ya..." Shindong tersenyum tipis pada Yoona.

"Kau Jeno kan ?" Shindong yang melihat eksistensi wajah tampan Jeno menampilkan senyum manis nya.

"Selamat pagi Tuan." Jeno membungkuk hormat pada Shindong.

"Kau sudah semakin tampan ternyata." Shindong mencairkan suasana.

"Trima kasih Tuan." Jeno tersenyum menampilkan eyesmile nya.

Shindong mengajak Donghae, Yoona dan Jeno duduk di taman yang berada tak jauh dari Ruangan VIP Jue-Ni.

Shindong ingin memberikan kesempatan pada Jue-Ni merasakan Keluarga utuh. Sebelumnya Shindong sudah meminta Ru-Na dan Su-a untuk pulang terlebih dahulu. Meskipun dengan berbagai bujukan. Bagaimana tidak, Kedua oknum tersebut sangat tak rela meninggalkan Jue-Ni. Hingga Jue-Ni tertidur barulah keduanya mau untuk pergi.

"Oppa... Aku harus bagaimana mendekatinya ?" Yoona terlihat sedikit ragu mendekati Jue-Ni.

"Ia sangat sulit di dekati, Tapi Aku yakin Kau bisa mendekatinya tanpa mendengar arahan ku Yoona~ya" Shindong menatap penuh harap pada Yoona.

Jeno hanya menyimak pembicaraan para orang tua tersebut dengan sesekali tersenyum.

'Ada apa dengan Nona Muda keluarga ini ?'

'Sakit parahkah ?'

'Atau ?'

Berbagai pertanyaan muncul di benak Jeno...

Seraya melihat keadaan sekitar. Mata Jeno menangkap sosok yang Ia kenali.

'Itukan Mama nya Nana' Lirih Jeno. Niat Jeno hendak menghampiri wanita tersebut pupus, Bunda sahabatnya itu sudah melangkah cepat dan menghilang.

'Kenapa Mama Nana disini ?' Jeno bertanya tanya.

Tak lama kemudian Dokter Moon memanggil Yoona untuk menjelaskan kondisi Jue-Ni. Sedangkan Jeno memilih untuk pergi dari rumah sakit untuk berkeliling sebelum nanti menjemput sahabat sahabatnya, tentu setelah berpamitan dengan kedua orangtuanya dan Shindong.

Shindong dan Donghae pun pergi keruangan Jue-Ni untuk berpamitan kembali ke kantor.

Setelah memasuki ruangan tersebut, senyum Shindong pudar. Ia tak menemukan sosok Irine dan Chanyeol.

Wajah kecewa dan penuh amarah tercetak jelas di wajah Tuan Jung dan Nyonya Yena.

"Shindong... Tolong bantu Aku. Cari tau kehidupan Irine dan Chanyeol."

"Baik Tuan." Shindong dan Donghae pergi dari ruangan tersebut.

Setetes Air mata jatuh di sudut mata Jue-Ni. Ia tak tidur. Ia hanya memejam kan matanya. Wajah cantik dan tampan milik orang yang bergelar Orang tuanya tersebut hanya menambah luka di hati nya.

Bukan Jue-Ni yang meminta mereka pergi. Hanya saja Jue-Ni sadar keduanya memiliki kebahagian di tempat lain. Bukan bersama nya.

Jue-Ni mengangkat tangan bebasnya menutupi kedua matanya.

"Apa mau Oma tutup saja sayang jendelanya ?" Ny.Yena yang melihat pergerakan Jue-Ni segera menghampiri sang cucu.

"..........."

Sekuat tenaga Jue-Ni menyembunyikan tangisnya. Semua kenangan, dan rasa sakitnya terasa lebih jelas sekarang. Membuat nafas nya semakin sesak. Membuat tubuhnya sedikit bergetar.

"Sayang... Ada apa ? Apa ada yang sakit ?" Ny.Yena semakin cemas melihat nafas Jue-Ni yang naik turun.

Tuan Jung yang melihat kecemasan sang Istri berjalan menghampiri sang cucu.

"Jika terasa sesak. Lepaskan sayang" Tuan Jung Yunho mengelus lembut rambut Jue-Ni dengan sayang.

Ny.Yena yang menyadari tangis sang cucu berusaha memencet tombol pemanggil, namun dengan sigap Tuan Jung menahan tangan sang istri.

Tuan Jung mengisyaratkan Ny.Yena agar mendekat dan memeluk sang istri.

Tuan Jung tahu sejak lama, Jue-Ni seperti bom waktu yang siap meledak. Kini Ia melihat kerapuhan sang cucu. Wajah dingin yang selama ini membentengi sedih nya hancur.

Tuan Jung bisa melihat air mata yang membasahi bantal dan lengan baju rumah sakit yang Jue-Ni kenakan.

"Tak apa Jue-Ni~yaa... Opa dan Oma bersama mu" Tuan Jung mengecup dalam pucuk kepala sang Cucu.

Menyalurkan rasa sayang yang diharap mampu menenangkan Jue-Ni.
Hingga tubuh bergetar itu kembali tenang.

Perlahan Tuan Jung memindahkan lengan yang menutupi wajah sang cucu.

Semakin jelas terlihat kesedihan dan kesakitan disana. Dengan sigap Ny.Yena mengusap air mata dan keringat yang membasahi wajah cantik sang cucu.

"Oppa..." Ny.Yena menggantung kalimatnya. Mata yang sudah di penuhi air mata itu menatap sendu pada wajah tampan Tuan Jung.

"Aku akan tanyakan pada Dokter Moon." Tuan Jung mengerti maksud Istri cantik nya tersebut.

Tuan Jung berjalan menuju ruangan Dokter Moon, dengan meminta seorang perawat mengantarnya.

"Dok... Tuan Jung ingin bertemu" Perawat tersebut menginfokan pada dokter Moon yang baru saja duduk setelah memeriksa pasiennya.

"Silakan" Dokter Moon mengintruksikan pada perawat tersebut untuk memersilakan Tuan Jung masuk.

Perawat itu memersilakan Tuan Jung Masuk kemudian menghilang di balik pintu.

"Bagaimana Tuan ? Ada yang bisa saya bantu ?" Dokter Moon menangkap kecemasan di wajah Tuan Jung.

"Bisakah Jue-Ni di rawat di rumah saja ?" Tuan Jung penuh harap.

"Nona Muda sebenarnya bisa pulang besok Tuan. Namun melihat kondisinya. Dia harus tetap di pantau 24 jam. Besok dr.Yoona akan menemuinya. Jika memang aman untuk di bawa pulang. Kami akan mengabari Anda" dr. Moon dengan senyum manisnya menenangkan kecemasan di wajah tua sang Kakek dari pasiennya.

"Ku minta tutupi mengenai kondisi cucu ku. Aku tak ingin Dia semakin tersudut kan." Tuan Jung meminta dengan tulus.

"Baik Tuan" dr. Moon menyetujui keinginan Tuan Jung.

"Trima Kasih" Tuan Jung berdiri dan melemparkan senyum nya pada dr. Moon. Diikuti dr.Moon yang juga berdiri dan membungkuk seiring Tuan Jung yang pergi meninggalkan ruangannya.

'Semoga lekas sehat, Nona Muda' Luapan doa sang dokter pada sang pasien.

Park Jue-Ni Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang