21

136 17 0
                                    

Pagi ini semua para pemegang saham sudah berkumpul di ruang rapat perusahaan. Dengan beberapa Dewan Direksi.

Jue-Ni memasuki ruang rapat dengan wajah anggun dan dingin nya. Ia sama sekali tak menampilkan wajah cemas dan takut.

Dengan sopan Jue-Ni membungkuk kan tubuh nya untuk menyapa para anggota rapat dan kemudian duduk dengan tenang di kursi yang biasa di duduki sang kakek.

Rapat dimulai, semua suasana tegang terpancar disana. Beberapa dari para pemegang saham tetap akan mengakuisisi saham mereka. Semua perdebatan yang berjalan penuh taktik dari para pemegang saham benar benar membuat Jue-Ni kewalahan. Namun sama sekali tak menggentarkan Jue-Ni.

Rapat berlangsung hingga petang. Dengan keputusan Jue-Ni yang membuat semua orang bingung dan terkejut. Setelah selesai rapat, Jue-Ni melangkahkan kaki nya menuju ruangannya.

"Nona... Tuan Kim ingin bertemu" Suara siyeon melalui interphone.

"Baiklah" Jue-Ni sudah mendudukkan diri di kursi nya.

Tak lama masuk seorang Pria bernama Kim Min Seok.

"Nona... Ada apa dengan Anda ? Apa Anda benar benar mengerti bisnis ini ?" Terlihat kekecewaan dan kemarahan di wajah Paruh baya tersebut.

"Anda benar. Saya akan memperkenalkan bisnis yang sebenarnya." Jue-Ni masih dengan tatapan dingin nya.

"Nona.... saham yang akan di akuisisi sebesar 47% dari perusahaan ini. Jika Anda mengabulkan semuanya. Perusahaan ini bisa bangkrut" Suara Tuan Kim meninggi.

Jue-Ni hanya diam. Otak nya sedang berpikir keras. Ia bukannya tak paham dengan hasil diskusi tersebut. Jue-Ni yakin langkah nya akan tepat.

Karena tak ada respon dari sang Nona Muda, Tuan Kim keluar dari ruangan tersebut dengan penuh amarah. Ia membanting keras pintu ruangan Nona Muda tersebut.

Semua mata menatap tak suka pada Tuan Kim yang sangat emosional. Mereka paham kemarahan Tuan Kim, Namun mereka tak membenarkan sikap tak sopan pada Nona Muda Jung.

"Apa semua baik baik saja Nona ?" Siyeon yang terlihat khawatir memasuki ruangan Nona Muda.

"Semua baik baik saja. Kau bisa pulang jika pekerjaan mu selesai" Aura dingin Jue-Ni menciutkan nyali Siyeon untuk terus berada di ruangan tersebut.

Semua staf pun satu satu pulang karena memang sudah waktunya. Termasuk para dewan direksi.

Lee Donghae dan Lee Mark yang kebetulan selesai dengan urusan di perusahaan Jung pun kembali kerumah nya. Sesampainya disana Kedua Lee tersebut segera mandi dan bergabung dengan Yoona dan Jeno yang sudah menunggu dimeja makan.

"Bagaimana hasil rapatnya ?" Yoona yang melihat wajah lelah sang suami dan putra sulung nya penasaran.

"Nona Jung mengabulkan Akuisisi. Perusahaan kehilangan 47% Saham besar" Suara lemah Mark menjawab sang Mommy.

"Daddy yakin, Jue-Ni memiliki langkah lain" Donghae seperti paham dengan pemikiran Cucu Tuan Jung tersebut.

"Aku merasa prihatin pada Jue-Ni. Apa Dia terlihat baik baik saja ?" Yoona penuh kecemasan.

"Dia selalu tanpa ekspresi Mom" Mark sedikit cemburu dengan kecemasan sang Mama.

"Dia tidak sedang baik baik saja Mark" Donghae menatap anak sulung nya dengan lembut.

"Kenapa Mom sangat mengkhawatirkannya ?" Kali ini Jeno terlihat sama cemburu nya dengan sang kakak.

"Omo... Anak Anak ku cemburu" Yoona menampilkan senyum cantik nya.

"Kami tidak cemburu Mom" Ucap Mark dan Jeno bersamaan.

"Bagaimana jika Mom mengangkatnya menjadi putri di keluarga ini ?" Yoona kembali menggoda kedua putranya.

"Mom.... Tidak Boleh !" Kedua putranya menjawab serempak.

Membuat Yoona dan Donghae tersenyum.

"Atau Dia akan menjadi menantu keluarga kita Dad ?" Yoona menatap Donghae penuh harap.

"MOMMYYYYYYY" kedua putra mereka terlihat sangat kesal sekarang.

"Lagipula Aku sudah memiliki Chanie" Mark berkata acuh.

"Dan Aku akan mencari wanita seperti...."

"Nana ya ?" Ucap Mark memotong ucapan Jeno. Membuat semua orang tertawa dan Jeno kesal.

"Jeno~yaa... Cepatlah putuskan pilihan mu. Kau akan melanjutkan Perusahaan milik Daddy atau akan membuka perusahaan mu sendiri ?" Donghae meyakinkan sang putra.

"Aku akan melanjutkan Perusahaan Daddy saja. Toh Notaris terbesar adalah perusahaan Daddy" Jeno tersenyum sampai menampilkan Eyesmile nya.

"Kalau begitu besok kau sudah harus bekerja." Putus Donghae

"Ay ay Kapten" Jawab Jeno seraya mengangkat tangan nya memberi hormat pada sang Daddy.

Mereka kembali menikmati makan malam seraya bercanda.

.
.
.
.
.
.
.

"Nana~yaa..... Ayolah makan" Irine masih membujuk putri nya untuk makan. Pasalnya Sang Putri masih marah dengan pengakuan sang Mama. Ditambah Ia melihat bagaimana sang Mama seperti tidak perduli pada Jue-Ni.

"Aku akan makan jika Mama mengajak nya ke rumah ini" Ucap Nana tegas.

"Sayang.... Kau tidak bisa memaksakan keinginan mu. Lagipula Ia sudah bekerja sekarang. Tidak akan bisa menemani mu" Suho mencoba menjelaskan pada sang putri.

"Setidaknya Eonni tidak sendirian, Dad" Nana menatap kearah mata Suho.

"Dia akan datang jika dia ingin." Jawab suho lembut.

"Bagaimana Eonni bisa kesini, sedangkan kalian tidak mengajak nya ? Bahkan Ia tak mengenal kalian" Mata Nana terlihat sendu.

"Besok Daddy akan menemuinya dan mengajaknya untuk tinggal disini. Tapi kau harus makan dan jangan berharap lebih." Suho menegaskan.

Senyum Nana pun terbit. Ia pun mengambil alih piring yang dibawa sang Mama sejak tadi.

Melihat sikap sang Putri, Irine yakin, Nana bisa menerima kehadiran Jue-Ni. Irine bernafas lega, mengingat Suho dan Nana tak membenci nya dan Jue-Ni. Bahkan bisa berteman baik dengan Chanyeol.

..............

"Appa... Bisakah Appa biarkan Noona tinggal bersama kita ?" Jisung yang terus merengek sejak tadi membuat Wendy dan Chanyeol pusing

"Jisungie... Noona mu itu sibuk sayang. Beri Noona mu waktu okey" Ucap Wendy menenangkan putra manja nya

"Kalau begitu aku memutuskan untuk magang di perusahaan Noona" Jisung dengan tegas memutuskan keinginannya.

Chanyeol hanya dapat memijat pelipisnya. Wendy menghela nafas panjang nya.

Bukan tak terima, Chanyeol senang Jisung sangat menerima Jue-Ni, Namun disisi lain Chanyeol sangat takut jika Jue-Ni tak bisa menerima Jisung dan Wendy .

Selama ini Chanyeol bahkan tak tau bagaimana kondisi dan kepribadian sang putri.

'Semoga Jue-Ni bisa menerima semua ini' Lirih Chanyeol dalam hati.

Park Jue-Ni Where stories live. Discover now