59 - RESPONSIBLE WOMAN

190 18 2
                                    

-- Flashback --
Kulihat baik-baik dirinya, tidak ada hal penting selain menghabiskan waktu berjam-jam hanya untuk merenung. Ya, itulah yang Fiora lakukan hampir setiap hari setelah jam kerjanya selesai. Dia.. kelihatan depresi, tapi aku tidak bisa mengembalikan suasana hatinya. Fiora selalu mengeluarkan keluh kesal kepadaku, aku pun mengerti karena tugas polisi berpangkat tinggi tidak pernah ada yang mudah.

"Fiora.." kuhampiri dia, berdiri didepan meja kerjanya. Jam kerja telah selesai, namun Fiora tetap duduk dengan kepala menunduk. "...Waktunya pulang, Fiora."

Mungkin ini adalah sebagian rasa cemas dariku, hampir satu bulan Fiora tidak pulang dan hanya duduk lesu di kantornya. Aku merasa.. payah sebagai pria. Apa aku mesti membiarkan Fiora terus-terusan begini?

"Lebih baik kau pulang, kupikir Saber bakal semangat bila kau mau kembali."

"Aku tidak akan pulang sebelum tugas-tugasku selesai."

Dengan jawaban seperti itu, aku langsung mengepalkan kedua tanganku. Kesal sekali apabila Fiora mengatakan hal yang sama jika kuajak pulang—tapi sekarang.. aku benar-benar kesal.

"Pikirkan kondisi perutmu, Fiora. Apa kau mau sakit dalam kondisimu yang sedang mengandung?" kulempar kata-kata yang bisa saja membuat Fiora tersinggung.

Ia berdiri, bangkit dari tempat duduknya. Fiora berhadapan denganku. Tanpa alasan ia mengelus wajahku dengan tatapan yang sangat suram. Ekspresi wajah itu sama seperti orang yang belum tidur berhari-hari. Yah, karena itulah setiap pagi sampai malam Fiora selalu menutupi setengah wajahnya.

"Tugasku lebih penting daripada diriku sendiri, John."

Tidak, kalimat itu seketika menyakiti hatiku. Ia sedang hamil. Tapi kenapa ia bisa mengatakan hal itu seakan-akan kondisi perutnya sama sekali tidak penting? Aku tidak bisa diam saja. Aku mesti bertindak agar Fiora mau melangkah maju.

"Meski secara paksa, aku tetap akan membawamu pulang malam ini. Kau tidak boleh egois!" kutarik lengannya sampai aku sadar bahwa.. Fiora sudah tidak punya stamina / tenaga lagi untuk menahanku. "Fiora..."

Tubuhnya begitu lemah, wajah pucat itu adalah tanda bahwa Fiora sudah lama tidak makan. Tapi ia terus memaksa tubuhnya untuk bekerja, kenapa aku tidak sadar akan hal ini? Sial.. mengapa aku sangat payah.

"Kau bisa menyembunyikan wajah pucatmu menggunakan topengmu, tapi kau tidak bisa membohongiku! Sekarang kita pulang dan besok kau harus cuti!" entah kenapa perasaanku meledak begitu saja, menarik Fiora keluar dari ruangan.

________________________________
.

.
MOBILE LEGEND FANFICTION [S3]
"Responsible Woman"
.

.

©Wibukun________________________________

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

©Wibukun
________________________________

"Akhirnya ibu pulang!" anakku bernama Saber menerjang Fiora kedalam pelukan, Saber kelihatan sangat senang. "Setiap hari aku menunggu ibu sampai hadiah itu menumpuk di kamarku!"

[S3] ⚫ MOBILE LEGEND FANFICTIONWhere stories live. Discover now