Bagian 3

1K 131 127
                                    


Ada hal yang tidak bisa dimengerti meskipun dijelaskan sedetail mungkin. Hal yang tentu diinginkan oleh seorang lelaki yang hidup sendirian didalam ruangan apartemen dengan segala furniture mewah yang sudah pasti harganya pun sangat mahal.

Hal apa yang lelaki itu inginkan? Jika kau bertanya seperti itu, jelas ia akan menjawab kau tak akan mengerti. Ya, kalimat itu yang akan selalu ia lontarkan. Pada intinya ia merasa kesepian.

Min Yoongi-- seorang mahasiswa Jurusan Seni Musik semester 4 di salah satu Universitas di kota Seoul.

Orangtuanya-- ralat, Ayahnya sama sekali tak peduli padanya sejak ia menentang sang Ayah untuk tetap tinggal di Daegu. Sang Ayah ingin dirinya melanjutkan pendidikan di kota kelahirannya dan bekerja dalam bidang politik. Tentu, hal itu sangat tidak sejalan dengan kemampuan serta bakat dirinya. Ia tak memiliki potensi dalam bidang politik seperti yang Ayahnya inginkan.

Yoongi pergi tanpa harta benda yang berlebihan.  Ia hanya bawa dokumen penting, pakaian seadanya dan ponsel saat ia pergi ke Seoul. Yoongi juga tidak memiliki kerabat di Seoul, ia benar-benar sendirian hanya bermodalkan nekad dan impian dirinya menjadi Musisi, bahkan dia juga pernah tinggal di kosan kumuh dan tak layak untuk di tempati.

Kabar mengenai Yoongi yang tinggal di kosan kumuh rupanya terdengar sampai ke kediaman orangtuanya. Ibunya sangat syok mendengar kabar itu, bagaimana kondisi anak sulung lelakinya itu bisa bertahan tinggal di tempat tersebut. Sang ibu sangat khawatir.

Singkat cerita, Yoongi mendapat panggilan telpon dari sang Ibu. Ibunya mengatakan bahwa ia sudah membelikan apartemen untuk Yoongi yang layak ditempati. Awalnya Yoongi menolak, karena tidak ingin dipandang yang tidak-tidak oleh sang Ayah. Ia yakin kalau sang Ayah akan menertawainya dengan remeh jika tahu Yoongi difasilitasi dan tentu Yoongi menolak dan bersikeras untuk tidak ingin tinggal di apartemen itu.

Namun, sang Ibu mengatakan bahwa sang adik akan pergi ke Seoul dan tinggal bersama Yoongi. Mendengar hal itu, ia berkenan untuk pindah tempat tinggal ke apartemen agar bisa menjaga adik kesayangannya dengan baik. Dan benar, sang adik dijaga dengan baik oleh Yoongi sampai melanjutkan pendidikan yang sama seperti dirinya. Semua berjalan dengan baik sampai delapan bulan yang lalu, Yoongi dan sang adik tak lagi tinggal bersama.

Tut ... Tut ... Tut ...

Suara sambungan panggilan telpon terdengar. Yoongi tengah menelpon seseorang.

"Ya. Ada apa?" Suara lelaki di seberang sana mulai berbicara.

"Kau di mana?"

"Di jalan. Sedang mengantarkan kekasihku pulang."

"Temani aku. Aku sedang suntuk." Yoongi mengangkat kedua kaki jenjangnya ke atas meja ruang tamu.

"Kemana?"

Lelaki itu malah mendengar helaan napas Yoongi.

"Ah ... Aku tahu. Mau ke klub? Kau ingin dimanja oleh jalangmu?"

"Kau berani berbicara begitu saat sedang kekasihmu?"

"Kekasihku sedang berada di dalam supermarket, aku menunggunya di mobil. Jadi aman."

"Haha cupu sekali." Yoongi tertawa mengejek temannya itu.

"Aku bukan cupu, tapi aku menghargai kekasihku."

"Halah, bulshit. Apa bedanya? Kau sama saja membohongi kekasihmu jika kau pergi ke klub dan memanjakan matamu itu."

"Hey ... Kau tahu apa tentang kami? Aku tidak pernah membohonginya, ya. Aku ke mana-mana selalu memberi kabar dan melapor pada kekasihku. Meskipun aku sering ke tempat jahanam tapi aku tidak pernah menyentuh jalang sepertimu."

Past Grudge (MYG) MWhere stories live. Discover now