Bagian 4

1.1K 113 116
                                    


Menyedihkan.

Seharusnya disaat seperti ini, saat-saat yang dinanti dan dinikmati oleh sebagian orang yang begitu mengharapkan. Bagaimana seorang wanita yang akan mencalonkan dirinya sebagai seorang ibu kelak, mengandung sembilan bulan lamanya, dengan segala perjuangan yang tentunya tidak akan mudah dijalani seperti apa yang dipikirkan kebanyakan orang yang kurang mengerti bagaimana rasanya tersiksa sekaligus memangku nikmat dalam perjalanan sembilan bulan tersebut.

Namun, tidak untuk seorang gadis yang sedang bersimpuh di depan wastafel kamar mandinya. Cairan bening keluar dari rongga mulutnya itu sungguh amat menyiksanya. Dan ia sangat membenci hal ini. Tidak ada kata nikmat ataupun hal yang membuat dirinya senang akan kehamilannya.

Hhoeek ... Hhooeek ...

"Ahhrrgghh! Kenapa kau harus ada dirahimku, sialan!" Geramnya tertuju pada bagian perut setelah ia mencuci mulutnya yg terasa kebas.

Sebenarnya Hyumi tidak menyalahkan janin yang sedang dikandungnya saat ini. Walau bagaimanapun janin itu tidak bersalah sama sekali, mungkin lebih tepatnya yang bisa disalahkan yaitu dirinya sendiri terlebih pada seseorang yang menaruh benih hingga menjadi janin.

Usia kandungannya saat ini sudah mencapai sepuluh minggu. Rencana untuk menggugurkan masih belum terlaksana. Ia bingung harus mulai dari mana. Pun tak mungkin jika ia tetap mempertahankan, bukan? Bagaimana jika orang-orang disekitarnya yang mengenalnya menanyakan siapa ayah dari si jabang bayi tersebut? Ia harus menjawab apa? Sedangkan sampai hari ini saja ia tidak tahu di mana keberadaan kedua orang yang mestinya bertanggung jawab atas apa yang mereka lakukan terhadapnya.

Menghembuskan napas dan membuangnya kasar. Hyumi masih berada di kamar mandi dengan kedua tangannya yang ia tumpu di atas wastafel. Ia menatap dirinya di depan cermin. Tidak ada waktu lagi, perutnya akan semakin membesar dan ia harus segera memusnahkan janinnya malam ini juga.

🌱

"Y-yoon...."

Suara desahan seorang wanita yang sedang terbaring di atas ranjang empuk, menggema di dalam ruangan. Sinar cahaya lampu yang temaram hingga aroma vanilla yang menyeruak dalam ruangan menjadikan suasana lebih memikat.

Ruangan yang dingin tak berlaku bagi keduanya yang sedang bergumul tanpa sehelai benang, justru mereka merasakan hawa panas yang menggairahkan seolah pendingin ruangan tak berfungsi dengan semestinya.

Dalam hentakan ketiga kali, Yoongi menyemburkan seluruh cairan hangatnya pada mulut rahim seorang wanita yang berada di bawahnya. Setelah bergelut selama satu jam lebih dan keduanya pun telah mencapai puncaknya, lalu mereka melelapkan diri menuju alam mimpi. Mengisi ulang tenaga, siapa tahu akan ada permainan kedua, ketiga, keempat, atau bisa lebih pada malam ini.

Lelaki bermarga Min itu sebenarnya lelaki baik bahkan tidak pernah melakukan hal kotor seperti yang beberapa jam lalu ia lakukan, akan tetapi dalam beberapa bulan terakhir ini ia telah kecanduan dengan hal permainan seks. Semua itu ada alasannya, atau katakanlah sebagai pengalihan akan beberapa hal yang sedang dipikirkannya.

Bukankah manusia butuh pengalihan untuk mengatasi masalah yang tengah menghadang atau yang telah terjadi supaya tidak menjadi beban pikiran? Yeah, meskipun tahu masalah atau hal itu akan datang kembali membumbui pikiran setelah berakhirnya pengalihan tersebut.

Yoongi tahu akan hal itu, Yoongi mengerti akan hal itu. Tetapi bagi Yoongi hanya cara seperti ini yang bisa-- atau setidaknya sedikit meringankan beban pikiran akan hal yang telah terjadi pada dirinya.

Pukul dua dini hari, Bora terbangun dari tidurnya dan ia menyadari bahwa Yoongi tidak berada di tempat tidur yang sudah berantakan. Wanita itu yakin, Yoongi tidak akan berani pergi begitu saja dengan meninggalkan dirinya seorang diri di kamar seperti jalang-- meskipun dirinya memang seorang jalang, tapi Yoongi tak menganggapnya seperti itu.

Past Grudge (MYG) MWhere stories live. Discover now