Brownies

356 59 6
                                    

Ayu nggak mengerti kenapa sejak kejadian di minimarket minggu kemarin, Aga jadi sangat diam padanya. Aga memang pendiam sih, tapi sebelumnya mereka juga seperti biasa, mereka masih membicarakan proposal, Aga yang iseng dengan Ayu, pokoknya sebelum itu Aga masih membicarakan tentang tugas-tugas untuk kepanitiaan.

Seperti sekarang ini, Ayu baru saja menghampiri Aga untuk konsultasi proposal yang akan diserahkan ke pembina.

"Aga." Panggil Ayu, Aga yang sedang duduk sambil mengerjakan tugas di tempatnya hanya melirik sebentar dan melanjutkan kegiatannya tadi.

Hanya mendapat lirikan, Ayu menautkan alisnya, sangat bingung dengan sikap Aga.

"Mau konsul proposal." Ayu menyerahkan kumpulan kertas itu.

Lagi. Aga hanya melihatnya bahkan kurang dari sedetik.

"Ke Ajun aja."

"Kata Ajun-"

"Gue lagi sibuk."

Begitu omongannya terpotong Ayu langsung berlalu dengan langkah yang pelan. Sesekali ia menengok ke belakang, menatap Aga sebentar yang terlihat sangat berbeda. Beruntung Ajun sedang duduk di depan, mengobrol dengan Fahmi, penanggung jawab dari divisi acara.

"Ajun, tolong cek proposal dong. Aga lagi sibuk katanya, jadi suruh ke lo aja."

Ayu menyodorkan lembar proposal pada Ajun dan langsung lelaki itu terima.

"Nanti gue baca ya mbak. Sebentar lagi ngomongin acara dulu sama Fahmi." Ajun berujar dengan seulas senyum yang ikut memunculkan lesung pipinya.

Ayu balas tersenyum dan nggak lupa mengucapkan terima kasih pada cowok yang satu tahun lebih muda darinya itu. Ia kembali masuk ke dalam ruangan dengan langkah gontai. Dhiska sedikit memerhatikan Ayu dan heran karena temannya itu nggak seperti biasanya nggak bersemangat.

Mata Ayu melirik pada Aga yang bahkan seperti menghindari bertatapan dengannya. Kalaupun ada salah, Ayu bingung apakah ada kalimat ia yang membuat Aga tersinggung saat di minimarket kemarin?

Nggak tau ah, bingung....

Ayu menenggelamkan wajahnya di meja, hingga Dhiska sedikit terperanjat. Lalu, ia mengacak rambut Ayu.

"Kenapa lo?"

Ayu menolehkan kepalanya, "Dhiska...."

"Hmm?"

Ayu hanya diam, rasanya kepalanya mau pecah memikirkan banyak hal.

"Dih, ditanya malah diem aja."

---

Di ruangan, hanya berisi Ayu dan Haidar yang sedang melihat hasil dokumentasi dari kamera milik Haidar. Ternyata cowok itu sangat rajin memotret ketika rapat, saat panitia bekerja, dan juga terdapat video-video saat rapat. Kebanyakan video Ajun yang sedang memimpin jalannya rapat dan saat para panitia menghias ruangan-ruangan saat lomba.

Lalu mereka beralih ke folder dimana saat sesi foto bersama.

"Ini foto mbak Ayu sama bang Aga belum gue kirim ya. Mau nggak mbak?"

"Nggak usah, Dar. Simpen aja."

"Masa gue yang simpen sih, kan foto lo berdua. Gue kirim ya lewat chat. Kapan lagi lo foto berdua sama bang Aga. Dia paling susah kalau diajak foto bareng."

"Masa sih?"

Haidar hanya mengangguk, lalu membuka browser dan mengirim foto ke Ayu lewat chat yang tersambung di laptopnya.

"Bukan susah sih... Biasanya kalau kita mau foto, harus sedikit dipaksa dulu, kalo nggak gitu, dia nggak bakal ikutan. Bang Aga orangnya emang pendiem, agak cuek juga, susah ngeekpresiin perasaannya, makanya orang yang baru pertama kali kenal pasti bakal ngiranya bang Aga nyeremin. Padahal nggak gitu kok."

point of viewWhere stories live. Discover now