Hari Bersamanya

406 53 7
                                    

Sudah satu jam konser dies natalis dimulai. Para panitia yang sudah bekerja keras sebelum hari H pun, masih harus membantu panitia yang bertugas hari ini. Seperti contohnya Ayu.

Ia harus membantu divisi konsumsi untuk mengambil dan mengantar makanan ke ruang tunggu guest star yang sudah datang. Divisi konsumsi pun juga kewalahan untuk memantau jumlah konsumsi dan ada beberapa yang sedang menjemput makanan di tempat.

"Ini dua puluh box kan pak?" Tanya Ayu.

Lelaki paruh baya yang sedang menurunkan kotak makanan pun menghitung kembali.

"Bener neng, 20 kotak. Sisanya nanti kan ya? Kenapa nggak sekalian aja?"

"Ini buat tamu yang dateng duluan. Tapi, saya nggak tau sih dimintanya gimana. Kalau didatengin semua langsung udah siap semua pak?"

"Udah, Neng. Kemarin mah katanya ada buat konsumsi malem kitu. Takut basi ceunah."

"Oh gitu." Telapak tangan Ayu menutupi keningnya karena cuaca yang lumayan terik.

Ia juga nggak bisa mengambil kesimpulan bagaimana, lalu Ayu mengirim pesan pada Nisa, salah satu divisi konsumsi yang Ayu tahu masih ada di kampus. Ia menyuruh Nisa agar membicarakan ini dengan pihak katering agar nggak terjadi miskomunikasi.

"Anak konsumsi ada yang mau kesini pak, ditunggu sebentar ya. Saya bawa ini dulu ke dalem."

"Mari atuh neng saya bantu."

"Nggak—"

"Nggak usah pak, biar kita berdua aja."

Ucapan Ayu terpotong ketika Aga berdiri di sebelahnya secara tiba-tiba. Aga mulai mengangkat masing-masing lima kotak di tangan kanan dan kiri. Ayu pun begitu dan berjalan mendahului Aga.

"Kan udah dibilang kalau ada kesulitan minta tolong. Tuh liat orang-orang pada santai lo sibuk sendiri." Aga sudah berhasil menyamakan langkahnya dengan Ayu.

"Hehe tanggung... Habis nganterin ini udahan deh."

Mereka berjalan ke ruang tunggu guest star untuk menunggu giliran tampil. Nafas Ayu begitu tersengal karena harus berjalan lumayan jauh, ditambah kotak makan yang ia bawa cukup berat, telapak tangan Ayu rasanya cukup perih.

Suasana sejuk di ruang tunggu pun membuat Ayu bersyukur lega. Setelah panas-panasan dan berkeringat, setidaknya AC di ruangan ini menyejukkan meski sebentar.

"Udah?" Tanya Aga.

Ayu mengangguk dan Aga langsung berbalik hendak meninggalkannya.

"Aga—" Ayu menahan langkah Aga yang hampir keluar dari ruangan, cowok itu berbalik sedikit.

"Mau kemana?"

"Ngurusin equipment sebentar."

Ayu nggak bisa menahannya. Semua orang sedang sibuk dan Ayu nggak bisa mengedepankan ego dan mengurusi perasaannya dahulu. Ia keluar dari ruang tunggu dan berjalan ke dekat stage.

"Teh, bisa tolong bantuin anak acara nggak?" Abas tiba-tiba menghampiri Ayu.

Ayu menoleh ke belakang, tangannya masih sibuk mengipas wajahnya yang kepanasan, "Kenapa?"

"Rundownnya ada yang minta diganti."

"Ini teh, perform yang kedelapan minta diundur. Soalnya yang tampil pada belum selesai makeup." Sambar Hilda sebagai perwakilan divisi acara.

"Hah? Kok gitu sih, kan udah dibriefing dari kemarin harus udah siap maksimal 30menit sebelum segmen mereka."

"Teh, ini modern dance fakultas keperawatan emang gitu dari dulu." Ujar Abas.

point of viewWhere stories live. Discover now