Kamu adalah Rembulan

351 39 0
                                    

Rembulan tersenyum pada teman-temannya yang sedang ribut bicara soal taruhan sepak bola.
Lagu lama! Mereka bicara sangat ribut dan sangat bersungguh-sungguh layaknya petaruh hebat yang bersedia mempertaruhkan seluruh harta benda dan hidupnya. Ujung-ujungnya taruhan mereka hanya sebatas traktir makan siang atau makan malam. Rembulan sudah hapal tabiat mereka.

Dulu Rembulan mencatat dalam hati soal urusan taruhan ini dan mengingatnya. Ketika nanti mereka bertemu Rembulan iseng bertanya soal taruhan yang dibuat sebulan atau dua bulan yang lalu. Taruhan yang diucapkan sangat menggetarkan hati yang mendengar, lengkap dengan jabat tangan yang tegas dan tatapan mata yang tajam. Mungkin mirip dengan perjanjian gencatan senjata.
Setelah Rembulan bertanya, mereka akan tergelak lalu menjawab sambil lalu kalau taruhannya berganti menjadi traktiran makan siang sepiring nasi Padang.

"Lalu perjanjian taruhan yang sekian ratus ribu bagaimana?"

"Ah, kau macam tak tahu saja, cuma jago gertaknya kawan itu!"

Setelah itu Rembulan tidak pernah berminat untuk bertanya, sebab tanpa ditanya mereka mulai bercerita pada Rembulan sambil tertawa.

"Lan, laki-laki yang disebelah rumahmu itu sepertinya aku pernah lihat dia. Dimana ya?" Rio bertanya, mimiknya terlihat serius.

"Oh, dia aktor, namanya Raditya." Rembulan menjawab sambil tersenyum simpul.

"Bah! Hebat juga kau Bulan punya tetangga artis." Jhon menimpali.

"Matanya lihat kesini terus dari tadi waktu kita duduk di luar." Rio berkata, matanya melihat Rembulan lekat. "Macam yang tak senang dia lihat kita disini," ujarnya lagi.

"Apa haknya tak suka sama kita?"

"Dia pacarku," sahut Rembulan kalem.

Rembulan menundukkan pandangan matanya. Dia belum siap dengan reaksi teman-temannya. Rembulan sudah terlalu lama hidup sendiri, ada rasa canggung ketika menyampaikan soal hubungannya dengan Raditya. Namun, Rembulan tidak ingin menyimpannya lebih lama, dia ingin teman-temannya tahu.

Benar saja mereka bersorak, menggoda, tertawa dan ada pula yang memberikan selamat. Khas laki-laki.

"Pantas saja macam tak suka kawan itu kita di sini. Panggil lah dulu dia ke sini, biar kenalan dulu kami. Biar nggak curiga dia sama kami."

"Kalian itu memang layak dicurigai, ributnya minta ampun." Rembulan pura-pura marah. Dia berjalan ke balkon dan melihat Raditya masih duduk disitu memainkan ponselnya.

***

Raditya menyadari kehadiran Rembulan. Dia melihat Rembulan melihat ke arahnya dan melambai memanggil dirinya untuk datang. Raditya meyakinkan diri bahwa Rembulan memang menginginkan kehadirannya di rumah itu. Raditya merasa ragu karena dia masih mendengar suara teman-teman Rembulan yang berbicara, bersorak dan tertawa.

"Kamu memintaku datang ke rumah?" Raditya bertanya lewat ponselnya.

"Ya, mereka ingin mengenalmu...sebagai pacar Rembulan." Suara itu terdengar riang.

"Kamu mengatakan soal itu?"

"Ya, aku ingin teman-teman dekatku tahu tentang hubungan kita."

"Hanya teman-teman dekat?" Raditya menggoda Rembulan.

"Untuk saat ini, mereka saja dulu. Kenapa?" Rembulan sedikit bingung dengan pertanyaan Raditya.

"Aku ingin seluruh dunia tahu tentang kita. Aku serius dengan hal ini." Raditya bicara dengan sepenuh hati. Dia ingin Rembulan tahu bahwa dia tidak main-main dengan hubungan mereka.

Walaupun banyak orang yang mengatakan dia adalah seorang Don Juan yang selalu dikelilingi perempuan cantik dan digosipkan dengan beberapa perempuan. Namun, untuk kali ini dia bersungguh-sungguh. Dia sudah tak ingin menyimpan hubungannya dengan Rembulan.

"Aku belum siap kalau semua orang tahu soal ini. Nanti kita bahas ya?Datanglah dulu, sekalian kita makan malam."

***

Raditya datang ke rumah Rembulan memenuhi permintaan kekasihnya. Perempuan itu menyambutnya di depan pintu, tersenyum lebar, menatapnya dengan sepenuh perasaan. Raditya menggenggam jari-jari Rembulan, mereka melangkah masuk untuk bertemu dengan teman-teman Rembulan.

Raditya melihat beberapa orang duduk di ruang tengah dan semuanya laki-laki. Dia heran, ternyata perempuan yang kalem seperti Rembulan bisa juga bersahabat dengan laki-laki. Beberapa pasang mata melihat lekat kehadiran mereka berdua. Raditya menampilkan wajahnya yang ramah dan tersenyum tulus. Dia ingin mengenal orang-orang yang dekat dengan kekasihnya. Mereka menyambut Raditya. Tetap ribut dengan segala pertanyaan, gurauan dan tawa.
Raditya ikut larut dalam pembicaraan, membaur dan melebur bersama mereka. Menyenangkan.

***

Setelah Rembulan mengenalkan Raditya, dia berlalu menyiapkan makan malam. Rembulan ingin mereka saling mengenal tanpa dirinya berada disitu. Rembulan bersyukur Raditya adalah laki-laki yang mudah bergaul dan cepat beradaptasi dengan keadaan. Dia juga bukan jenis artis yang sombong. Rembulan mendengar pembicaraan mereka, laki-laki itu menjawab semua pertanyaan dengan apa adanya. Terkadang Rembulan mencuri-curi pandang ke arah mereka, hatinya terasa hangat melihat kedekatan Raditya dan teman-temannya.

***

Raditya belum mau beranjak dari rumah Rembulan. Setelah teman-teman Rembulan pulang, Raditya masih berada di situ untuk membantu Rembulan merapikan semuanya. Lagi pula dia masih rindu dan ingin berlama-lama di samping Rembulan.

"Mau aku buatkan kopi?" Raditya mengangguk. Dia sedang duduk di sofa.

"Kenapa kamu tidak ingin semua orang tahu tentang kita?" Raditya bertanya setelah Rembulan duduk disampingnya. Pertanyaan itu sudah bergelayut dari tadi di otaknya.

"Karena aku menjadi pacar seorang aktor terkenal. Kamu tahu betapa mereka akan mencari tahu tentang aku. Semuanya. Aku belum siap kehidupan pribadiku di korek-korek. Keluargaku juga belum tahu tentang kita, mereka pasti akan terkejut kalau ternyata kehidupan mereka pun ikut disorot. Kami cuma dari keluarga biasa saja Dit, belum tentu suka dengan segala publisitas. Jadi bersabarlah dulu."

Rembulan bicara panjang-lebar menjelaskan semuanya. Dia ingin Raditya mengerti. Bukan dia tidak cinta pada laki-laki ini, hanya dia tidak sanggup kalau hal-hal pribadinya diumbar. Apalagi kalau hal-hal yang diberitakan hanya gosip belaka dari sumber yang tidak jelas.

"Aku mengerti Lan...aku mengerti." Raditya membelai kepala Rembulan perlahan.

"Dit, kamu kan aktor terkenal. Kenapa kamu memilih aku?" Rembulan bertanya dengan suara pelan, dia ragu menanyakan hal ini namun dari kemarin dia didera rasa penasaran. Apa yang dilihat Raditya dari seorang Rembulan?

Raditya diam dan hanya tersenyum menatap Rembulan.

"Dit, sebutkan sepuluh alasan kenapa kamu memilih aku?" Rembulan tidak sabar melihat reaksi Raditya yang hanya diam. Dia perlu menegaskan hal itu.

"Sepuluh alasan ya? Haruskah sepuluh?" Raditya bertanya bingung.

"Aku kurangi deh jadi lima." Rembulan mengacungkan jari-jarinya. Raditya tertawa lalu memeluk Rembulan.

"Lima atau sepuluh alasan? Hanya ada satu alasan yang membuat aku memilih kamu."

"Oh, lalu kalau cuma satu alasan kenapa kamu nggak jawab dari tadi." Rembulan semakin penasaran. Tubuhnya tertarik semakin merapatkan dirinya pada Raditya.

"Aku harus jawab ya?" Rembulan mengangguk.

"Karena kamu adalah Rembulan." Raditya menjawab singkat, matanya tak lepas menatap Rembulan, "Aku mencintaimu."

A cup of coffeeWhere stories live. Discover now