Chapter 1

368 61 11
                                        

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

.

.

Biasanya harapan akan berbanding terbalik dengan realita. Itulah yang dirasakan Krist Perawat Sangpotirat. Setelah tahu laki-laki yang dia chat selama dua minggu belakang bukanlah gebetan yang ditaksir sejak lama, dia berharap dosen mata kuliah Kriminologi bukanlah Pracahya.

Setelah libur dua minggu, dia baru masuk kuliah lagi dan memulai semester baru. Iya, di kampusnya hanya libur sebentar. Betapa sialnya saat mengetahui mata kuliah Kriminologi masuk dalam daftar semester enam ini. Selama kuliah Krist tidak pernah diajari Pracahya. Akan tetapi dia sudah mendengar desas-desus sifat saklek dosen itu. Belum lagi pelit kalau kasih nilai.

Krist tidak dapat membayangkan bagaimana akhirnya kalau dia ketahuan rutin mendekati Prachaya. Alih-alih ingin mendekati presiden mahasiswa sekelas Taptap, dia malah terjebak menggali kuburannya sendiri karena sahabatnya yang salah kaprah.

"Kit, lo baik-baik aja?" tanya New.

"Menurut lo?"

"Ya, nggak sih. Lagian Gun bolot banget. Ditanya apa malah jawab apa. Emangnya Pak Prachaya sama Toptap lagi berdiri deketan?"

"Nggak tau deh ah. Gue pusing!"

New mengusap pundak Krist merasa kasihan.

"Lo kirim apa aja sih selain foto kemeja ga dikancing itu?"

Krist tidak menjawab. Dia menghela napas berat dan pasrah. Yang dia pikirkan sekarang, bagaimana dia memblokir nomor Prachaya tanpa ketahuan. Pastilah kalau dia memblokir Prachaya, laki-laki itu langsung tahu pesannya tidak dibalas. Kepalanya sedang berputar memikirkan berbagai kemungkinan.

"Eh, itu Pak Prachaya udah dateng. Ayo, masuk!"

New menarik tangan Krist dan masuk ke dalam ruang kelas yang sudah diisi beberapa mahasiswa. Mereka memilih duduk di barisan paling belakang.

"Ini tempat paling aman sedunia," kata New.

Terserah mau aman atau tidak karena Krist tidak peduli. Dia sedang memikirkan beragam cara supaya bisa lepas dari Prachaya.

"Selamat siang," sapa Prachaya dengan nada dingin dan tak bersahabat.

Setelah semua mahasiswa menjawab, dia melanjutkan, "Saya Prachaya Ruangroj. Selama enam bulan ini kita akan sering bertemu membahas mata kuliah Kriminologi."

"Kalo gue pindah jurusan bisa nggak ya?" tanya Krist tanpa sadar kepada New, membuat seluruh mahasiswa di kelas menoleh karena ucapannya.

New yang sadar akan tatapan seluruh mahasiswa di kelas langsung memberi kode kepada Krist untuk segera menyadari situasi tidak menguntungkan ini. Sialnya suasana sedang hening saat pertanyaan Krist terucap cukup keras.

"Kalian boleh pindah jurusan kalau nggak suka dengan mata kuliah ini," sahut Prachaya santai.

Krist menggigit bibir bawahnya sebal. Bisa-bisanya dia mempertanyakan hal selantang itu. Duh, bodoh kali kau, Krist! Batinnya kesal.

Wrong Target [On Going]Where stories live. Discover now