limabelas

42 1 0
                                    

15.

"Tidak peduli seberapa marah dan kesalku padanya. Aku berakhir memaafkannya,"---Aisha Valerie.
.
.
.
.

Bel pulang sekolah telah berdentang. Awalnya Aisha ingin pulang saja, tapi ia urungkan.

"Pulang bareng yuk!" ajak Tiara.

"Kalian pulang duluan aja, nanti gue nyusul," saran Aisha.

"Iya nih, lagian udah beberapa minggu kita nggak pulang bareng. Sebenernya lo ada urusan apa sih Cha?" sambung Feyla sembari mengemasi buku di atas meja.

"Ituu... urusan tentang buku."

"Lo kenapa Cha? Dari tadi gue lihat kayak lesu gitu?" tanya Tiara sambil memandangi Aisha.

Haduh, gawat.  Apa belakangan ini Tiara sudah mengamati tingkah anehnya? Aisha segera memutar otaknya mencari alasan terbaik.

"Hmmm... gue lagi kebanyakan pikiran deh kayaknya. Mikirin tugas jurnal ilmiahnya Bu Jeni. Hehehe."

"Mau ditemenin nggak?"

"Nggak deh, kalian pulang aja. Nggak lama kok."

"Lo sama siapa nanti?"

"Samaaaa tutor," jawab Aisha se normal mungkin. Sebenarnya Aisha tidak ingin menemui Reyes. Tetapi, kakinya berkehendak lain.

"Ooh, yaudah. Kita pulang dulu," pamit Feyla.

"Tiati ya!"

"Iya, lo juga jaga diri baik-baik!"

Sampai di parkiran, Feyla baru ingat jika ia tidak membawa kendaraan dan bakal dijemput kakaknya. Tiara bertanya, "loh, sepeda lo mana Fey?"

"Lupa gue kan tadi pagi dianter abang, jadi gue sekarang nungguin abang juga," jelas Feyla.

"Yaudah, gue  pulang dulu."

Mondar-mandir di parkiran hingga ke gerbang sekolah. Gerombolan siswa-siswi mengambil kendaraan masing-masing dan meninggalkan area sekolah.  Ia belum  melihat tanda-tanda motor kakaknya akan datang. Akhirnya ia berjalan kembali ke kelasnya yang lumayan agak jauh. Karena berada di lantai tingkat dua.

Di sana ia bisa melihat Reyes yang tengah berjalan menuju ruang perpustakaan. Lalu Feyla mengarahkan matanya ke lapangan, Abyan, Louis, Daniel, Ega, Bimo, Adit, Aiden, dan Nando. Mereka bermain bola voli, tapi kenapa Reyes tidak ikut?

Penasaran, Feyla membuntuti Reyes dengan jarak yang aman.

Sampai di perpustakaan, Aisha masih memasang wajah datarnya. Reyes pun masih belum  membuka suara.

Hening.

Hanya suara tik-tok dari jam dinding yang terdengar.
Akhirnya Reyes memutuskan untuk membuka suara duluan.
"Kali ini materinya trigonometri sama fungsi relasi?"

"Ehmm," Reyes berdehem sebelum melanjutkan bicara, "dan untuk kejadian tadi pagi. Maaf gue udah lancang... nyium lo!"

Mendengar pengakuan itu, Aisha mencoba untuk meredam bara api di hatinya.

"Iya. Nggak usah diomongin lagi."

Reyes mengangguk, lalu memberi instruksi pada Aisha agar membuka materi yang akan dibahas. Suasana canggung itu berubah menjadi normal kembali.

Kedua insan itu tidak menyadari, ada sepasang telinga di dekat pintu masuk yang mendengar percakapan mereka.

----------

Di rumah.

Aisha sedang asyik mendengarkan musik dari headset yang tersambung ke handphonenya. Saat itu lagu bernuansa romantis sedang diputar. Aisha tiba-tiba teringat ucapan Reyes tadi siang. Bahwa cowok itu tidak akan menjadi tutornya mulai senin depan.

Hai, Mas AtletTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang